2 November 1915: Lahirnya Klub Sepak Bola Tertua di Indonesia

2 November 1915: Lahirnya Klub Sepak Bola Tertua di Indonesia
info gambar utama

Sepak bola Indonesia, bisa dibilang dimulai dari PSM Makassar. Tepat pada hari ini, 103 tahun yang lalu, atau tanggal 2 November 1915, berdirilah klub sepak bola pertama di Indonesia. MVB (Makassar Voetbal Bond) namanya, yang sekarang kita kenal dengan nama PSM Makassar.

PSM bukan hanya menjadi klub sepak bola pertama di Indonesia, tapi juga diklaim sebagai salah satu yang tertua di Asia Tenggara. Dibentuk pada masa penjajahan Belanda, nama MVB kemudian diganti menjadi PSM (Persatuan Sepak Bola Makassar) ketika Jepang menjejakkan kaki di Bumi Pertiwi.

Selama mengarungi kompetisi sepak bola nasional, PSM selalu menjadi tim kuat. Di periode awal berdiri, mereka sempat mengirim banyak pemain ke timnas Indonesia. Salah satunya adalah Ramang, striker legendaris yang kisahnya diceritakan turun-menurun di Makassar.

Alkisah, Ramang adalah seorang penyerang yang sangat tajam dan kuat. Ia terkenal dengan tendangan kerasnya, bahkan konon katanya ada kiper yang muntah darah akibat menahan tendangan Ramang dengan badannya. Versi dongeng lainnya adalah tiang gawang yang bengkok akibat bola sepakan Ramang.

Tidak diketahui secara pasti apakah cerita-cerita tersebut benar adanya. Namun satu yang pasti, Ramang memang sangat disegani di era kejayaannya, sekitar tahun 1940-an sampai akhir 1960-an. Berkat kebintangan Ramang pula, pada saat itu banyak bayi laki-laki di Makassar yang dinamakan Ramang.

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)

Selain Ramang, masih banyak pemain lain yang namanya meroket ke angkasa berkat meniti karier di PSM. Ronny Pattinasarany, Bahar Muharram, Ali Baba, Bima Sakti, Hendro Kartiko, dan Andi Oddang adalah pemain lokal yang namanya sangat harum di PSM.

Pun ketika beralih ke generasi 1990an, PSM tetap setia menelurkan bakat-bakat besar di sepak bola nasional. Ada Hamka Hamzah, Ponaryo Astaman, Syamsul Haeruddin, Irsyad Aras, sampai pemain asing yang kemudian dinaturalisasi, Cristian “El Loco” Gonzales.

Kemudian yang terbaru, pemain didikan klub yang pernah menembus perempat-final Liga Champions Asia 2000 ini kita kenal dengan nama Asnawi Mangkualam (bek kanan Timnas U-19, anak kandung Bahar Muharram), Rasyid Bakrie, Muhammad Rahmat, dan Reva Adi Utama.

Juku Eja, raksasa Liga Indonesia

Seperti yang telah disebutkan tadi, PSM selalu menjadi kandidat juara setiap musimnya. Di awal tahun 2000-an tim ini sangat fenomenal, dengan menjuarai Liga Indonesia 1999/2000, dan menjadi runner-up di musim 2001, 2003, dan 2004.

Hanya di era Indonesia Super League (ISL), tim yang berjuluk Juku Eja atau Ikan Merah ini, prestasinya merosot. PSM kala itu hanya sanggup finis di posisi 8 pada musim 2008/2009, dan peringkat 13 di musim berikutnya.

Hingga akhirnya, aroma juara kembali tercium saat musim pertama Liga 1 dimulai. Di pekan-pekan akhir PSM sangat berpeluang meraih trofi, tapi sayangnya pada laga penentuan kontra Bali United, tim yang diasuh oleh Robert Rene Alberts ini takluk dramatis dengan skor 0-1.

Tak ayal tangis langsung merebak di penjuru Stadion Mattoanging. Rintik-rintik air mata berjatuhan, tak mampu menahan luka. Beredar pula foto kiper PSM, Rivky Mokodompit, yang duduk termenung bersandarkan tiang gawang sembari dipeluk salah satu suporter PSM yang tak kuasa menahan tangis.

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)

Namun, masa lalu biarlah masa lalu. Kini saatnya bangkit, coba mengobati luka dengan meraih trofi juara. Kesempatan itu terbuka lebar, karena sampai 28 pekan Go-Jek Liga 1 2018 berjalan, Pasukan Ramang masih berdiri kokoh di puncak klasemen.

Menggenggam kembali trofi juara setelah 18 tahun lamanya akan menjadi kebahagiaan yang tak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Di usia yang ke-103, PSM kembali berpeluang melakukannya. Membawa kembali trofi juara ke Sulawesi Selatan dengan penuh kebanggaan.

Salamakki mattemu taung, PSM!


Sumber: SuperBall.id, Football Tribe Indonesia, Liga Indonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini