Stunting Adalah Pekerjaan Rumah Kita Bersama

Stunting Adalah Pekerjaan Rumah Kita Bersama
info gambar utama

Bayangkan suatu hari kita melihat balita atau remaja dengan kondisi fisik pendek, mengalami banyak keterlambatan baik kecerdasan, emosional dan motorik tubuh. Tentu muncul rasa prihatin dan kuatir dengan kondisinya, termasuk masa depannya kelak. Muncul pula pertanyaan, mengapa kondisi seperti itu terjadi ?

Gejala fisik seperti gambaran di atas dinamakan dengan stunting. Istilah ini tidak begitu populer dibandingkan dengan gizi buruk atau malnutrisi. Terlepas dari populer atau tidak, kejadian stunting telah membuat kekuatiran sendiri atas masa depan sebuah generasi.

Bila kita melihat laporan WHO, jumlah penderita stunting di dunia pertahun mencapai 170 juta anak yang mencakup 37 negara. Dari jumlah tersebut, sebanyak 36 persen terjadi di Indonesia. Prosentase ini menempatkan peringkat Indonesia pada posisi 5 terbanyak di dunia.

Apa Itu Stunting ?

Stunting adalah kondisi anak yang mengalami gangguan dalam pertumbuhannya sehingga ia tumbuh pendek pada usianya dibandingkan dengan teman sebayanya. Kondisi ini terjadi karena anak mengalami kekurangan gizi selama masa kehamilan hingga usia 2 tahun. Asupan nutrisi janin yang kurang selama proses kehamilan berlanjut hingga masa pertumbuhanna di usia 2 tahun pertama.

Resiko yang dihadapi jika kondisi anak seperti di atas adalah kemampuan kognitif lemah, kesulitan belajar, mudah lelah, resiko terkena penyakit kronis seperti jantung, diabetes, stroke, dan lainnya, mudah terkena infeksi serta kesulitan dalam koordinasi gerak tubuh.

Jika dewasa, anak yang terkena stunting bisa dipastikan akan memiliki produktifitas yang rendah dan tidak mampu bersaing dalam dunia kerja.

Berita buruk dari stunting ini adalah jika anak sudah menderita stunting maka kondisinya tidak bisa dikembalikan pada kondisi ideal semula karena fase emas pertumbuhannya telah dilewati.

Apa yang Mesti dilakukan ?

Prof. Dr. Merryana Adriani S.KM., M.Kes dari FKM Unair menjelaskan bahwa stunting bisa diatasi bila selama masa kehamilan hingga usia 2 tahun setelah kelahiran, janin dan bayi mendapatkan nutrisi bergizi tinggi. Periode 1000 hari kehidupan ini adalah masa kunci untuk menjadikan anak tumbuh sehat dan optimal. Setelah kelahiran berilah anak ASI eksklusif dan tidak boleh sakit. Setelahnya berilah makanan pendamping ASI dengan kandungan zat besi, zink dan protein yang cukup.

Anak yang menderita stunting memiliki perkembangan sel - sel otak yang tidak optimal dibandingkan anak yang tumbuh secara normal.

Selain diakibatkan oleh kurangnya gizi yang baik, stunting juga dipicu oleh faktor pencemaran lingkungan seperti sanitasi dan pernikahan usia dini.

Pencemaran lingkungan seperti pencemaran air akan memberikan air berkualitas buruk ke tubuh . Pernikahan usia dini menjadikan janin tidak tumbuh secara optimal dikarenakan sang calon ibu dalam pertumbuhan cepat fase 2. Janin dan calon ibu sama - sama tumbuh dan berebut nutrisi.


Perbanyak Voice Dibandingkan Noise

Berkaitan dengan masalah stunting tersebut, Good News From Indonesia (GNFI) bersama dengan Kementrian Kominfo mengadakan acara #Kopdarbaik - 1000 hari terbaik bertempat di Orilla Cafe & Resto jln Ahmad Yani Kabupaten Bondowoso pada 3 November lalu. Tema acara ini adalah Indonesia Sehat Indonesia Digdaya. Acara tersebut dihadiri berbagai kalangan, mulai dari pelajar, komunitas, organisasi pemuda, LSM, PKK kabupaten, blogger, pemerintah daerah dan media massa,

Wahyu Aji, CEO GNFI, menjelaskan di awal acara bahwa kegiatan ini bagian dari GNFI untuk berkontribusi membangun optimisme generasi muda Indonesia atas masa depannya. Pasalnya, dengan mengutip, hasil survei 10 tahun lalu yang dilakukan terhadap 4000 remaja menyimpulkan bahwa 80 persen responden ternyata pesimis dengan kondisi negerinya. Pesimisme ini adalah cerminan dari fakta bahwa sebagian besar informasi yang hadir di media massa adalah berita - berita pesimis (bad news).

Senada dengan Wahyu Aji, Adhitya Putri seorang influencer yang juga dihadirkan sebagai pembicara mengajarkan bahwa generasi muda bisa menjadi lilin yang memberikan cahaya dengan menyebarkan banyak berita baik, memperbanyak voice diberbagai kanal sosial media dibandingkan sekedar hanya menyuarakan berita buruk atau noise. Dalam mengatasi masalah stunting, dia mencontohkan pengalaman pribadinya dalam merawat anak melalui pemberian nutrisi yang bergizi sejak masa kehamilan dan setelah kelahiran bayinya.

So, masalah stunting bukan hanya persoalan keluarga dan anak yang menderia stunting saja, namun masalah kita bersama. Kita membutuhkan informasi yang benar mengenai masalah ini dan kita juga memiliki tanggung jawab untuk menyebarkan informasi yang benar juga.


Sumber:

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini