Tren naik gunung mulai melejit di Indonesia sejak tahun 2012 lalu saat film berjudul 5 cm ditayangkan di layar kaca. Sebuah film yang bercerita tentang perjalanan sekelompok sahabat mendaki Gunung Semeru untuk mencapai puncak Mahameru, gunung tertinggi di Pulau Jawa.
Berbicara gunung, beberapa gunung di Indonesia selain Semeru, seperti Gunung Ijen, Gunung Bromo, dan Gunung Rinjani memiliki nama yang cukup terkenal di kalangan para pendaki gunung atau bagi para pencari matahari terbit di atas ketinggian.

Dua puluh delapan tim berangkat secara bersamaan untuk melakukan ekspedisi ke 28 gunung di Indonesia untuk mengibarkan bendera Indonesia dan memproklamasikan Sumpah Pemuda tepat pukul 10 pagi Waktu Indonesia Barat (WIB) pada 28 Oktober yang lalu bertepatan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda.
Proyek Ekspedisi 28 Gunung dan semua bentuk dokumentasi seperti teks, gambar, dan video dari proyek tersebut saat ini sedang dimasukkan ke dalam sebuah buku yang direncanakan akan diterbitkan awal tahun depan guna mengenalkan lebih banyak lagi gunung-gunung yang ada di Nusantara.
"Foto-foto itu sudah dikurasi oleh tim National Geographic dan hasilnya ada di perusahaan peralatan outdoor, Eiger, jadi semua orang bisa melihatnya," kata Galih Donikara, anggota staf Tim Petualang Eiger, seperti dikutip dari kompas. com.

Ke-28 gunung tersebut merupakan gunung-gunung yang tersebar di pulau-pulau di seluruh Indonesia; Gunung Kemiri, Gunung Sibuatan,Gunung Talang, Gunung Masurai, Gunung Kerinci, Gunung Dempo, Gunung Patah, dan Gunung Pesagi di Sumatra, Gunung Pulosari, Gunung Ciremai, Gunung Slamet, Gunung Merapi, dan Gunung Semeru di Jawa, Gunung Palung, Gunung Rorekatimbu, Gunung Halau Halau, Gunung Beriun, dan Gunung Kelimutu di Kalimantan, Gunung Klabat, Gunung Tambusisi, Gunung Gandang Dewata, Gunung Mekongga, dan Gunung Latimojong di Sulawesi, dan Gunung Binaya, Gunung Tambora, Gunung Koya Koya, Gunung Rinjani, dan Gunung Cartensz di Nusa Tenggara Barat dan Timur, Pulau Ambon dan Papua.

"Ekspedisi ini juga telah membuat beberapa jalur alternatif yang populer dan mereka telah menjadi favorit baru dengan pejalan kaki," kata Galih.
Ia berharap buku ini dapat memperluas pengetahuan tentang pegunungan Indonesia dan kekayaan alam nusantara.
Sumber: Jakarta Post
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News