Ma’Nene Toraja, Ketika Mayat Berganti Pakaian dan Berjalan

Ma’Nene Toraja, Ketika Mayat Berganti Pakaian dan Berjalan
info gambar utama

Ada sebuah tradisi unik di Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan. Masyarakat setempat percaya bahwa leluhur yang sudah meninggal harus dihormati dengan menggali kuburnya, lalu mengganti pakaian jasad dan mengajaknya berjalan-jalan di sebuah festival.

Tradisi tersebut bernama Ma’nene, atau yang berarti mengganti pakaian jasad dalam bahasa Toraja. Prosesi adat ini diawali dengan berkunjung ke lokasi pemakaman leluhur yang dinamakan Patane. Jasad yang tersimpan di sana bisa bertahan sampai ratusan tahun, karena diberi bahan pengawet.

Tahapan berikutnya adalah menggali makam, kemudian mengganti pakaian lama yang digunakan. Untuk jasad pria akan dipakaikan setelan jas lengkap mulai dasi sampai kacamata, sedangkan untuk jasad wanita akan dikenakan gaun pengantin. Tetapi sebelumnya, jasad tersebut harus dibersihkan dan didoakan dulu, sesuai dengan adat setempat.

Festival Ma'nene | Steemit
info gambar

Hanya Ne’tomina Lumba yang boleh melakukannya, karena dia tetua adat semacam imam atau pendeta. Di proses pengangkatan jasad, Ne’tomina membacakan doa dalam bahasa Toraja kuno, yang berisi permohonan kepada leluhur agar rakyat diberi keberkahan di setiap musim tanam dengan hasil panen yang melimpah.

Setelah selesai didoakan, jasad leluhur kemudian dibersihkan dan dipakaikan pakaian baru, Waktu penggantian pakaian dan pembersihan tidak lama, kira-kira hanya 30 menit.

Di sesi terakhir, acara ditutup dengan Sissemba’. Itu adalah momen untuk bersilaturahmi antara keluarga di wilayah tersebut, yang dilakukan setelah makan bersama. Makanan di prosesi itu tidak boleh sembarangan disajikan, karena harus berasal dari sumbangan setiap keluarga leluhur.

Prosesi pembersihan jasad | acourseindying.com
info gambar

Untuk waktu penyelenggaraannya, Ma’nene digelar tiga tahun sekali. Ini bertujuan agar sanak saudara yang merantau bisa mengatur jadwal untuk mengunjungi orang tuanya atau Nene To’dolo (nenek moyang). Tujuan lainnya adalah supaya silaturahmi tetap terjaga dan tidak melupakan kampung halaman.

Waktu penyelenggaraan juga disesuaikan musim tanam setempat. Ma’nene harus digelar sebelum musim tanam dimulai atau sesudah memotong padi. Nantinya hasil panen akan digunakan sebagai biaya prosesi Ma’nene.

Keunikan tradisi Ma’nene di Toraja ini sempat menarik perhatian media asing, salah satunya Daily Mail. Media asal Inggris tersebut bahkan melakukan liputan langsung dengan menyorot tahapan-tahapan Festival Ma’nene secara rinci.

Sumber: Daily Mail, TribunNews

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini