Ternyata Ini Sejarah Penamaan Nama-Nama Kereta Api di Indonesia!

Ternyata Ini Sejarah Penamaan Nama-Nama Kereta Api di Indonesia!
info gambar utama

Kawan GNFI pasti di antaranya cukup banyak yang bertanya-tanya dengan nama kereta api di Indonesia. Sebab masing-masingnya memiliki nama yang berbeda. Lantas apakah yang membedakan nama-nama tersebut? Lalu mengapa bisa dinamakan demikian?

Berikut, tim GNFI melalui Antara mencoba mengulas arti juga makna yang tersaji pada penamaan kereta api di Indonesia.

  1. Berdasarkan Nama Gunung

Rupanya kata Argo pada kereta Argo Bromo atau Argo Parahyangan bukanlah nama biasa lho. Nama tersebut merujuk pada sebutan gunung dalam bahasa Jawa Kuno. Oleh sebab itu, kereta dengan nama depan Argo selalu diikuti dengan nama belakang gunung yang dimaksud. Seperti halnya Argo Muria yang mengarah pada Gunung Muria atau Argo Lawu yang artinya Gunung Lawu.

Kereta Api Argo Bromo | Sumber dok: Wikipedia
info gambar

Uniknya, adapula nama Malabar yang tidak diberi nama depan Argo namun sejatinya justru merujuk pada nama gunung yang ada di Bandung. Juga dengan nama KA Krakatau dan Ciremai, yang tidak diberi embel-embel Argo, karena rupanya bukan termasuk kereta api eksekutif.

  1. Berdasarkan Nama Sungai

Selain nama gunung, nama kereta api di Indonesia juga turut diwarnai dengan nama sungai. Seperti KA Progo yang merujuk pada Sungai Progo, KA Cisadane, KA Brantas, KA Logawa, KA Serayu, KA Gajahwong, KA Bengawan, dan KA Bogowonto.

Kereta Api Brantas | Sumber dok: TIKETKAI.COM - Tiket Kereta Api
info gambar

Nama-nama ini turut disesuaikan dengan jurusan yang dilalui kereta, layaknya KA Brantas dengan jalur Jakarta-Kediri yang tentunya melewati Sungai Brantas yang terlihat amat besar.

  1. Berdasarkan Nama Hewan

Pernahkah kawan GNFI mendengar atau bahkan membeli hingga menumpangi KA Sembrani? Rupanya Sembrani berasal dari nama hewan yakni kuda terbang. Selain Sembrani, ada beberapa nama kereta lain yang turut diberi nama hewan dan sebagian besarnya ialah penamaan hewan dalam bahasa kuno.

Kereta Api Sembrani | Sumber dok: Wikipedia
info gambar

Seperti KA Turangga yang berarti kuda, Taksaka yang artinya naga, Sancaka yang bermaksud ular, Harina yakni kijang, Gumarang yang artinya kuda, Lodaya yakni macan, juga Dwipangga yang memiliki arti gajah.

  1. Diambil dari Sejarah Daerah yang Dilewati
Kereta Api Sritanjung | Sumber dok: Breaking News
info gambar

Selain tiga alasan sebelumnya, rupanya nama-nama kereta api di Indonesia turut diambil dari sejarah daerah yang dilewati. Seperti halnya KA Sritanjung yang diambil dari legenda masyarakat Banyuwangi, KA Tawangalun yang juga diambil dari legenda rakyat Banyuwangi, KA Kertajaya yang merupakan raja di Kerajaan Kediri, KA Gajayana yang merupakan kerajaan di Kota Malang, KA Kahuripan yakni nama ibukota Kerajaan Airlangga, KA Tegalarum yang merupakan situs makam Amangkurat, dan beberapa nama lain yang diambil berdasar sejarah atu legenda masyarakat setempat.

  1. Berdasarkan Nama Populer dari Masa Lalu
Kereta Api Kalijaga | Sumber dok: Kisah Klasik Duniaku
info gambar

Nama kereta api di Indonesia rupanya juga diambil berdasar nama tokoh populer dari masa lampau. Yakni KA Aji Saka, KA Joko Tingkir, KA Kalijaga, KA Kian Santang, dan beberapa nama lain yang tentu saja nama tersebut disesuaikan dengan rute kereta yang dilalui.

  1. Berdasarkan Gabungan Kata

Pernah dengar atau justru menaiki kereta Matarmaja? Rupanya nama tersebut merupakan singkatan dari Malang-Blitar-Madiun-Jakarta. Tak hanya itu, adapula KA Tawangjaya yang merupakan singkatan dari Tawang Semarang-Jayakarta, Kutojaya dari Kutoarjo-Jayakarta, Purwojaya dari Purwokerto-Jayakarta, atau Bangunkarta yang merupakan gabungan dari Jombang-Madiun-Jakarta.

Kereta Api Bangunkarta | Sumber dok: Enciety
info gambar

Wah rupanya menarik ya penamaan nama-nama kereta api di Indonesia. Kalau kawan GNFI di antara kereta tersebut manakah yang sudah pernah kalian naiki?


Sumber: Antara

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini