Indonesia Tujuan Akhir Migrasi Ribuan Raptor Asia

Indonesia Tujuan Akhir Migrasi Ribuan Raptor Asia
info gambar utama

Setiap tahun, puluhan ribuan raptor bermigrasi mencari makan dari kawasan Asia Utara menuju kawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia. Hingga saat ini, Indonesia tujuan migrasi terbesar raptor Asia Timur, dan sebagian kecil mereka ke Timor Leste. Musim migrasi biasa dua kali: musim gugur (September-November), dan musim semi (Maret-Mei).

Zaini Rakhman, Ketua Raptor Indonesia (Rain), mengatakan, Indonesia dan Timor Leste, tujuan akhir migrasi. Namun, terbesar di Indonesia secara sporadis sampai ratusan ribu ekor. “Sebagai tujuan akhir migrasi raptor dari Asia, Indonesia menjadi penting untuk konservasi raptor di Asia,” katanya awal Desember 2012.

Dia mengatakan, ada 66 raptor migrasi di Asia, 19 bermigrasi melintasi kawasan Indonesia sebelum kembali ke area berbiak mereka. Raptor yang melintasi kepulauan Indonesia, masuk ke beberapa wilayah antara lain, Sumatera (sekitar 11 jenis, empat menetap), Kalimantan (tujuh jenis, satu menetap), dan Jawa (10 jenis, dua migrasi dari Australia), Sulawesi (delapan termasuk satu migrasi dari Australia). Lalu, Maluku (lima jenis dua dari Australia), Nusa Tenggara (delapan jenis dua dari Australia), dan Papua (delapan jenis dua dari selatan dan satu sub-jenis Aquila audax populasi penetap di Papua Selatan).

“Indonesia salah satu daerah penting berberapa jenis burung migrasi di Asia sebagai daerah lintasan, daerah singgah bahkan beberapa daerah menjadi tempat menghabiskan musim dingin,” ucap Zaini.

Sayangnya, kondisi ini tidak diimbangi lingkungan yang memadai. Tingkat kerusakan hutan baik deforestasi, degradasi dan fragmentasi terutama di Jawa makin tinggi dan menyebar ke daerah-daerah lain. Keadaan ini, sangat mengganggu sekaligus menjadi penyebab terus berkurangnya raptor yang bermigrasi ke Indonesia.

“Kebakaran hutan di Sumatera dan pembukaan lahan di Pulau Rupat bagian selatan menjadi salah satu penyebab raptor bermigrasi ke Indonesia, berkurang.”

Pembukaan hutan untuk perkebunan di Pulau Rupat menjadi ancaman serius migrasi raptor ke Indonesia. Sebab, Pulau Rupat pintu masuk dan keluar bagi ribuan raptor yang bermigrasi ke Indonesia. Begitu pula, kerusakan hutan di Sumatera. Sebab Sumatera, jembatan pertama migrasi raptor yang menyebrang dari Malaysia.

“Saat pengamatan beberapa waktu lalu, raptor yang bermigrasi ke Indonesia hanya sampai Malangbong, Jawa Barat dan tidak meneruskan perjalanan ke jalur yang biasa ditempuh tiap tahun.”

Hal ini juga berhubungan dengan serangan belalang di Jawa Timur beberapa waktu lalu. Menurut Zaini, serangan belalang itu terjadi karena raptor yang biasa memakan belalang tidak sampai ke Jatim karena kerusakan hutan, hingga ekosistem terganggu.Tak hanya itu. Perubahan iklim, juga menyebabkan, banyak burung bermigrasi lebih awal pada musim semi, dan beberapa bermigasi lebih akhir pada musim gugur, atau sebaliknya.

Perubahan iklim dan kerusakan habitat juga membuat perilaku migrasi reptor berubah. Beberapa jenis yang sebelumnya jenis migrasi penuh, sebagian migrasi (partial migration). Beberapa jenis atau individu juga ada yang menjadi penetap di daerah musim dingin dan tidak kembali menuju daerah berbiak para reptor. “Ini membuat kompetisi para reptor makin tingi, hingga secara tidak langsung menyebabkan penurunan populasi.”

Rain mengamati migrasi raptor sejak 1999, di Puncak Bogor. Rain mencoba membangun jejaring dengan komunitas-komunitas lain di berbagai daerah. Beberapa waktu lalu, Rain mengamati migrasi raptor di Bali. Selama pengamatan terpantau sekitar 5.000 raptor melintas setiap hari, seminggu bisa 36 ribu ekor.

Raptor bermigrasi ke wilayah Asia Tenggara biasa melalui tiga jalur koridor, yaitu daratan sebelah timur (Eastern Inland corridor), Koridor Pantai Pasific (Coastal Pacific corridor) dan Koridor Samudra Pasific (Oceanic Pacific corridor).

Catatan tahun 2007 di Pulau Sangihe, Peneliti dari Italia mendapatkan, lebih dari 350 ribu raptor migran masuk ke Indonesia dari Filipina melalui Kepulauan Sangihe. “Ini informasi yang sangat menarik mengingat itu data baru untuk jalur terbang koridor timur,”kata Asman, staf Rain.

Temuan Baru

Menurut Asman, tahun ini di Puncak-Bogor, berhasil terdokumentasikan alap-alap walet, satu jenis raptor sangat jarang dan sebagai bukti hidup setelah 85 tahun. Di Jawa Barat, elang alap-alap walet (Falco subbuteo), belum pernah terdokumentasi selama 85 tahun terakhir. Namun tahun ini, berhasil mendokumentasikan.

Peta migrasi raptor | Foto: Raptor Indonesia
info gambar
Peta migrasi raptor di Jawa | Foto: Raptor Indonesia
info gambar
Grafis: Raptor Indonesia
info gambar
Grafis: Raptor Indonesia
info gambar


Sumber: Diposting ulang dari Mongabay Indonesia atas kerjasama dengan GNFI
*Artikel diposting pada tahun 2012

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini