Jubah Karma Menuju Panggung Dunia

Jubah Karma Menuju Panggung Dunia
info gambar utama

Bukan… bukan… Ini bukan Karma program televisi bertema supranatural, tapi Karma yang merupakan nama jubah mobil Toyota 86. Jubah atau bahasa kerennya body kit ini dipamerkan di Indonesia Modification Expo (IMX) 2018.

Bertempat di Balai Kartini pada 17-18 November lalu, Kiki Anugraha selaku penggarap jubah Karma menjelaskan proses di balik terciptanya mahakarya ini.

Dilansir dari Kompas, ada riset lebih dulu yang dilakukan Kiki bersama partnernya, Monaco Auto Design yang berasal dari Amerika, untuk membuat karakter agresif lebih menonjol dibanding body kit Rocket Bunny yang banyak digunakan pengendara Toyota 86.

Body Kit Karma | Foto: Kompas
info gambar

“Saya kerjasama dengan Monaco Auto Design, makanya kita kasih nama Karma. Semua material kita olah dari sini (Indonesia), baru kita ekspor ke luar. Secara konsep dan desain semua faktor sudah kita perhitungkan, artinya kita tidak ingin bikin body kit ini hanya sekadar soal tampilan saja, tapi fungsi juga,” terangnya.

Kiki menambahkan, nuansa sport Toyota 86 sangat terlihat dikarenakan desain jubahnya menyatu dengan bodi asli Toyota 86, dan aspek aerodinamikanya juga sudah diperhitungkan.

Untuk material pembuatan Karma sama dengan Rocket Bunny yaitu Grade A, tapi yang membedakan adalah harga yang lebih kompetitif. Bahkan Karma disebutnya memiliki paket yang lebih lengkap dibandimg Rocket Bunny yang merupakan produksi orang Jepang, Ken Miura.

Bumper belakang Karma | Foto: Kompas
info gambar

Dengan harga USD 3.000 atau sekitar Rp 43,7 juta, pembeli Karma sudah mendapat front-rear bumper, front fender, splitter, over fender, side skirt, dan ducktail. Bumper belakang itulah yang membuat Karma lebih lengkap paketnya dibanding Rocket Bunny.

“Material kita samakan dengan Rocket Bunny, kita pakai Grade A. Untuk harga ini lebih murah dibandingkan Rocket Bunny yang dijual 3.700 dolar AS, bahkan paket kita juga lebih lengkap karena kita kasih juga bumper belakangnya,”

“Selama ini kita banyak konsumsi komponen dari tunner luar negeri. Sudah waktunya tunner lokal juga ikut memasarkan karyanya. Selain bisa dikenal, tentunya juga bisa mendatangkan devisa untuk negara,” pungkas Kiki, dikutip dari Kompas.


Sumber: Kompas

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini