Perjalanan Ke Masa Lampau Di Masa Kini Eks Pabrik Gula Colomadu

Perjalanan Ke Masa Lampau Di Masa Kini Eks Pabrik Gula Colomadu
info gambar utama

Jika anda berkesempatan untuk mengunjungi kota Solo, mungkin anda ingin meluangkan waktu untuk mengunjungi situs eks pabrik gula Colomadu yang kini telah dipugar menjadi sebuah museum pabrik gula dengan nama De Tjolomadoe.

Terletak tidak jauh dari Bandar Udara Adi Sumarmo Boyolali, di Jalan Adi Sumarmo lahan bekas pabrik gula ini kini menjadi objek wisata yang juga sering digunakan sebagai area untuk event-event pameran.

Eks pabrik gula Colomadu setelah dipugar menjadi De Tjolomadoe | Foto: Vita Ayu Anggraeni
info gambar

Meskipun terlihat megah, anda tidak dikenakan biaya masuk untuk dapat mengelilingi area De Tjolomadoe ini.

Menara di De Tjolomadoe | Foto: Vita Ayu Anggraeni
info gambar

Dulunya merupakan pabrik gula yang didirikan oleh Mangkunegaran IV pada tahun 1861, kemudian pada tahun 1921 mengalami perluasan lahan tebu dan juga perombakan arsitektur.

Memang ada beberapa pendapat mengenai pemugaran eks pabrik gula Colomadu ini. Salah satu kenalan saya menyebutkan kekecewaannya terhadap pemugaran tersebut yang benar-benar merubah keaslian dari pabrik gula tersebut, membuat saya penasaran seperti apa sesungguhnya wujud museum ini.

Dinding asli pabrik gula Colomadu | Foto: Vita Ayu Anggraeni
info gambar

Saat saya mengunjunginya saya merasa tempat ini sangat megah. Mungkin saya bias, karna saya belum pernah tahu bagaimana wujud aslinya saat sebelum dipugar.

Pabrik gula Colomadu zaman dahulu | Foto: Vita Ayu Anggraeni
info gambar

Tapi pertanyaan tersebut terjawab saat saya memasuki gedungnya. Saya disambut dengan mesin-mesin yang sesungguhnya saya tidak bisa sebutkan bagian-bagian apa saja yang dipajang tersebut, yang saya tahu hanyalah betapa raksasanya ukuran mesin-mesin tersebut.

Stasiun gilingan | Foto: Vita Ayu Anggraeni
info gambar

Saat memasuki pintu masuk, saya disambut dengan area yang dinamakan stasiun gilingan. Dari namanya dan sedikit papan penjelasan kecil di sampingnya menyebutkan bahwa mesin ini dulunya digunakan untuk mengambil nira tebu dengan cara di tekan oleh rol gilingan.

Saya bisa bayangkan ribuan batangan tebu yang dengan mudahnya dihancurkan, digiling, ditekan oleh mesin-mesin raksasa tersebut.

Meskipun sudah dipugar total, masih ada beberapa bagian yang dibiarkan alami seperti aslinya namun dilindungi dengan kaca atau pelindung lainnya untuk memberikan sedikit gambaran bagaimana museum ini dulunya sebelum dipugar.

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)
info gambar

Saat melihatnya terasa seram, batu-batu bata merah usang yang tampak berlumut menjadi pemandangan yang merepresentasikan bagaimana sebelumnya bangunan ini dibangun.

Stasiun penguapan |
info gambar
Foto: Vita Ayu Anggraeni
info gambar
Ruangan di dalam ketel tekanan rendah yang dibiarkan asli | Foto: Vita Ayu Anggraeni
info gambar

Di area-area lain juga terdapat area stasiun mesin lainnya seperti stasiun penguapan, stasiun ketelan, dan stasiun listrik.

Stasiun listrik | Foto: Vita Ayu Anggraeni
info gambar

Area favorit saya adalah stasiun listrik. Pada jaman dahulu listrik di pabrik gula Colomadu ini menggunakan tenaga mesin uap generator untuk menghasilkan listrik dari uap Boiler, sehingga mesin-mesin yang ada tidak kalah raksasanya dengan mesin-mesin lainnya. Alasan saya menyukai area ini adalah dimana panel-panel mesin tersusun yang membawa memori saya kepada film berjudul The Imitation Game karna mesin uap tersebut menyerupai mesin pemecah enigma yang ada di film tersebut.

Panel mesin di stasiun listrik |
info gambar

Di salah satu sudut terdapat potret Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo Mangkunegara IV pada tahun 1871 yang menyebutkan pesannya “Peliharalah pabrik ini, memang tidak bisa membuatmu kaya raya, setidaknya cukup untuk menghidupimu..”

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)
info gambar

Sebuah perjalanan yang mampu membawa pengunjungnya flashback ke masa silam.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini