Menilik Resep Sukses Restoran Indonesia di Luar Negeri

Menilik Resep Sukses Restoran Indonesia di Luar Negeri
info gambar utama

Masakan Indonesia tidak hanya dikenal kelezatannya di dalam negeri, tapi popularitasnya juga sudah merambah luar negeri. Kerap kita baca atau temui, restoran Indonesia yang laris manis dikunjungi konsumen, baik di Eropa, Asia, Amerika, maupun Australia.

Lalu, tahukah Kawan GNFI resep di balik kesuksesan restoran-restoran itu?

Melalui siaran pers dari Indonesian Diaspora Business Council (IDBC) hari ini (23/11), lima pemilik restoran Indonesia ternama membeberkan kiat-kiat yang mereka lakukan untuk memopulerkan restoran masing-masing.

Bertempat di acara Wonderful Indonesia Gastronomy Forum Diaspora Restaurants di Jakarta, kelima pengusaha kuliner tersebut berbicara panjang lebar dalam sesi We Will Thrive, yang dipandu Robert Manan.

Pembicara di Wonderful Indonesia Gastronomy Forum Diaspora Restaurants | Foto: IDBC
info gambar

Kelima pemilik rumah makan Indonesia di luar negeri yang dihadirkan di acara ini adalah Chef Yono pemilik Yono’s Indonesian Fine Dining di Amerika Serikat, David Tjoe pemilik restoran Ubud di Australia, Nina Hanafi pemilik restoran Djakarta Bali di Prancis, Alicia Martiono pemilik restoran Sendok Garpu di Australia, dan Chef Agus Hermawan pemilik Ron Gastrobar di Belanda.

Dimulai dari Chef Yono, pria yang telah 30 tahun menekuni bisnis restoran di New York ini menuturkan bahwa memulai bisnis restoran harus diawali dengan pola pikir yang matang.

Mindset-nya dari awal harus saya tidak boleh gagal. Harus berhasil. Kalaupun saya gagal atau membuat kesalahan, harus mau belajar dari kegagalan atau kesalahan itu. Kemudian pemilik restoran juga harus dekat dengan masyarakat dan organisasi lokal agar dapat terus menjaring pelanggan baru,” terangnya.

| Foto: Trip Advisor
info gambar

Kemudian beralih ke Chef Agus Hermawan, ia mengatakan inovasi adalah kunci dari bisnis restoran yang bisa bertahan lama. Itu dikarenakan banyaknya kompetitor, sehingga harus pandai mengambil celah.

“Makanan yang kami hidangkan harus lain daripada yang lain supaya dapat diingat dan dikenal oleh masyarakat,” ungkap pemilik restoran Ron Gastrobar di Belanda itu.

Menu di restoran Ron Gastrobar | Foto: Trip Advisor
info gambar

Dengan konsistensi dan kata kunci

Membuka bisnis restoran tak hanya bicara soal rasa. Konsistensi kualitas juga perlu dijaga, ditambah promosi gencar yang rutin dilakukan. Dua tips itu dijelaskan oleh Alicia Martiano dan Nina Hanafi.

“Restoran tidak akan survive tanpa konsistensi rasa dan kualitas. Tidak bisa hari ini enak, kemudian besok tidak,” ucap Alicia Martiano yang mendirikan restoran Sendok Garpu di Australia.

Alicia kemudian menambahkan, promosi sangat penting untuk memopulerkan produknya. “Percuma punya berbagai makanan enak tetapi tidak ada yang tahu. Oleh karenanya, makanan dan marketing harus berjalan beriringan,” tuturnya.

Interior restoran Sendok Garpu di Australia | Foto: TripAdvisor
info gambar

Senada dengan Alicia, Nina Hanafi yang mengelola restoran Djakarta Bali di Prancis menjelaskan konsep serupa. Agar mudah dicari orang di era internet saat ini, restoran juga harus memerhatikan SEO (Search Engine Optimization) dalam promosinya di dunia maya.

“Kami terus berpromosi lewat surat kabar, sosial media, bahkan melalui SEO (Search Engine Optimization). Jadi kalau Anda tulis di mesin pencari “restoran romantis di Paris”, maka restoran Djakarta-Bali akan muncul di paling atas,” begitu penjelasan dari pemilik restoran yang sudah berdiri selama 34 tahun tersebut.

Nina pun menambahkan, selain cita rasa masakan, suasana khas Indonesia juga harus ditambahkan di restoran.

“Ambiens restoran harus mereflkesikan Indonesia bukan hanya dari segi rasa kuliner tetapi juga dari segi visual misalnya dengan kerajinan dan furnitur khas Indonesia, musik suara gamelan, dan aromaterapi khas Indoensia.” pungkasnya.

Suasana di restoran Djakarta Bali | Foto: Best Restaurant Paris
info gambar

Wah… benar-benar visi yang luar biasa ya, Kawan GNFI. Namun, resep sukses tak berhenti sampai di inovasi individu lho, karena seperti jatidiri gotong royong yang melekat di masyarakat Indonesia, pemilik restoran Indonesia di luar negeri juga harus saling membantu.

“Kita harus saling membantu dan jangan fokus berkompetisi sebab kalau begitu kita bisa terus tertinggal dari restoran negara-negara lain, seperti Thailand,” ucap David Tjoe yang memiliki restoran Ubud di Australia.

Foto: IDBC
info gambar

Sumber: Siaran pers Indonesian Diaspora Business Council

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini