Sosok Sang Flamboyan Pilihan Bung Karno

Sosok Sang Flamboyan Pilihan Bung Karno
info gambar utama

Tepat di hari itu, 23 Juni 1962 menjadi hari yang mendebarkan bagi keluarga Mayor Jenderal Ahmad Yani. Sebab saat itu pula Yani, panggilan akrabnya, akan dilantik oleh Presiden Soekarno sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD).

Ia pun tak dilantik sendiri. Ada beberapa Duta Besar (Dubes) yang ikut dilantik berbarengan. Ialah Dubes RI untuk Polandia, Dubes RI untuk Ghana, dan Dubes RI untuk Austria.

Saat dilantik sebagai KSAD, Yani tengah berada di puncak karier. Ia juga merangkap jabatan penting sebagai Kepala Staf Operasi Pembebasan Irian Barat. Untuk itu tak heran jika di upacara pelantikannya, Presiden RI banyak menyinggung soal Irian Barat.

Jenderal Ahmad Yani | Sumber dok: Tirto
info gambar

Seperti yang tertulis dalam laman Historia, bahwa semula Yani tak termasuk menjadi kandidat calon KSAD. Bahkan disebut ada beberapa nama lain yang diajukan. Namun semuanya ditolak oleh Soekarno. Tak berapa lama Nasution kembali mengusulkan beberapa nama lain, yang kali ini menyertakan nama Yani, untuk menjadi Deputi II KSAD. Menariknya, tanpa ada perbantahan, Soekarno langsung menyetujui hal tersebut.

Sebagai seorang perwira, Yani memiliki reputasi gemilang. Di 1958 ia sukses menggelar operasi militer penumpasan PRRI di Sumatera. Ia lantas merapat ke Istana ketika menjabat sebagai Kepala Staf Komando Operasi Tertinggi (KOTI) yang berada di bawah komando presiden. Dalam waktu empat tahun, namanya pun kian melejit.

Yani juga memperoleh kepercayaan Nasution dan korps perwira AD karena merupakan seorang antikomunis garis keras. Pengangkatan dirinya untuk menjadi seorang KSAD pun terbilang cepat dan mulus.

Kendati sama-sama antikomunis, namun Yani mampu menampilkan citra diri yang berbeda dari Nasution. Hal tersebut dapat terlihat dari cara Yani menentang kebijakan Soekarno terhadap PKI. Yani, yang merupakan orang Jawa, cenderung memperlakukan Soekarno sebagai “bapak” yang bisa saja salah namun tak boleh ditentang secara terbuka.

Kepribadiannya yang menarik dan luwes ini yang kemudian menjadikannya memiliki nilai tambah sebagai seorang jenderal. Karakter demikian yang turut membuatnya mampu mengembangkan hubungan serasi dengan Soekarno. Untuk itu tak heran jika Soekarno menjadi yakin untuk menjatuhkan kepercayaannya pada Yani.

Sumber: Historia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini