Terbiasa untuk gunakan kertas sehari-hari, kita telah dihadapkan pada batasan-batasannya yang pasti. Kertas itu begini, kertas itu begitu. Seakan selalu menjadi sesuatu yang pasti, pemahaman kita akan kertas menjadi seperti itu saja.
Seperti tidak peduli dengan kebiasaan akan pemahaman batasan tentang kertas pada umumnya, 7 Perupa Muda pilihan Ugeng T. Moetidjo menghadirkan 'XYCLO' (dibaca: “syaiklo”) di Galerikertas-Studiohanafi. Asmoadji, Gilang Mustofa, Ivan Oktavian, Jinggam, Kevin Nathaniel, Amiiko dan M. Raka Septian telah memastikan bahwa mereka menghasilkan karya yang tidak peduli dengan berbagai batasan yang tersemat pada kertas dan siap untuk melawannya.
Diadakan sejak Sabtu, 17 November 2018 hingga Selasa, 27 November 2018, ‘XYCLO’ menjadikan 7 Perupa Muda untuk lebih berperan sebagai produser yang memproduksi--malahan mereproduksi--dan menjauhkan ide the creation, mencipta. Kebebasan untuk berimajinasi, melepaskan kreatifitas, menjadikan kenangan sebagai bagian dari proses berkarya, itulah yang mereka lakukan dalam proses mencipta ini.
Tidak melulu tentang kertas, pengolahan karya juga dilakukan dengan menghubungkan pesona kertas Bersama objek-objek lain. Siapa yang menyangka jika karya yang berpusat pada kertas dan kombinasi berbagai objek yang saling memiliki keterkaitan akan menghasilkan sesuatu yang lebih.
Mari nikmati karya mereka.
“Kamu Yang Mana” oleh Asmoadji
Penggambaran situasi nyata situasi dalam transportasi public Jabodetabek, seperti KRL. Saling mendorong, berdesak-desakan, mengakibatkan tumpukan orang di dalamnya akan menjadi pertanyaan, “Kamu yang mana?”
“Silang” oleh Gilang Mustofa
Berawal dari pengalaman mengalami mimpi yang tumpeng tindih dengan narasi acak, instalasi rumah digambarkan sebagai analogi ruang. Sedangkan, objek benda yang saling menumpuk sebagai analogi dari narasi yang acak dan tumpeng tindih.
“Rekonstruksi Sentimen” oleh Ivan Oktavian
Pengalaman penggusuran kampung halaman untuk proses pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung merupakan inspirasi utama dari karya ini. Proses yang penuh dengan rasa sentiment berlebihan ini juga sekaligus penuh dengan nostalgia dan harapan.
“Koneksi” oleh Jinggam
Kombinasi antara lukis pada media kardus dengan visual mapping, merupakan penggambaran akan manusia yang merupakan makhluk individual sekaligus tetap membutuhkan individu lainnya pada saat tertentu. Saling butuh, saling terkoneksi, itulah manusia.
“Seen/Unseen Known/Unkown” oleh Kevin Nathaniel
Refleksi pendekatan antroplogis dengan eksplorasi ruang liminal dan interaksi kehidupan merupakan konsep dari karya ini. Keadaan mental individu yang berada pada rasa kehilangan kesadaran akan kenyataan dan kesadaran yang terperangkap dalam khayal, itulah ruang liminal.
“An Alter Ego Minded” oleh Amiiko
Mencintai segala sesuatu dengan latar belakang Jepang, sudah menjadi bagian dari kehidupan Perupa Muda ini. Inilah karya yang merupakan analogi dari kehidupan sehari-hari dan interaksi antar manusia. Warna hitam dan putih mengartikan masa lalu, sedangkan warna merah menjadi analogi aksentuasi karakter dari setiap cerita.
“Nord” oleh Raka Septianto
Inilah penggambaran akan kisah Nord (Mitologi Nordik) yang berawal muncul di dataran Eropa Utara berupa dongeng ataupun mitos tentang makhluk supranatural dan penciptaan dunia. Mitologi Nordik dikenal dengan Sembilan Semesta (Nine Worlds), yaitu Asgard, Vanaheim, Alfheim, Midgard, Jotunheimer, Svartalfheim, Niddhavelir, Nilfheim dan Muspell.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News