Mengenang NH Dini, Sang Sastrawan Tiga Zaman

Mengenang NH Dini, Sang Sastrawan Tiga Zaman
info gambar utama

"Kesedihan tidak untuk dipampangkan kepada semua orang. Itu adalah sesuatu yang seharusnya diimpit-diindit, diselinapkan di balik lapisan penutup. Karena kesedihan adalah hal yang sangat pribadi, seperti rahasia, harus disembunyikan dari pandang orang lain." ― Nh. Dini

Itulah beberapa potong kalimat yang pernah diselipkan sang novelis Nh. Dini.

Ialah sastrawan yang enggan disebut sastrawan, namun berhasil dikenal berkat karyanya yang luar biasa. Diketahui melalui CNN Indonesia, berdasarkan dokumen Nh Dini di Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin, menyebut bahwa Dini telah menulis syair dan sajak sejak usia sembilan tahun.

Mulanya, wanita kelahiran Semarang 29 Februari 1936 ini menulis untuk ditujukan pada sang kakak. Namun lambat laun, tulisannya semakin meluas mengenai keadaan sekeliling rumah dan lingkungan pergaulan.

Disebutkannya bahwa sang ayah memiliki pengaruh penting bagi pengembangan bakat menulisnya. Dari buku-buku pinjaman, ia mulai membaca kumpulan karya Rabindranath Tagore.

Ia pun memiliki kesan tersendiri terhadap buku-buku terbitan Balai Pustaka karya pengarang Suman Hs, Marah Rulis, Selasih, Amir Hamzah, bahkan pengarang-pengarang lain yang muncul pada zaman mendekati pendudukan Jepang.

Namun, baru saat duduk di bangku SMP, Dini mulai memahami kemampuan juga bakat menulis yang ia miliki, setelah guru bahasa menetapkan karangannya sebagai contoh terbaik.

Tak hanya itu, saat SMA ia pun menulis cerita pendek pertama yang berjudul Pendurhakaan, yang dimuat dan diubah oleh HB Jassin.

Menariknya, seusai lulus SMA, Dini pernah menulis karya Hati jang Damai, yang baginya itu menjadi sebuah karya mengenai kenangan mesra akan dunia yang digelutinya yakni dunia penerbangan, lebih-lebih penerbangan kemiliteran.

Di 1960, Dini diketahui bertolak ke Kobe, Jepang untuk menikah dengan seorang diplomat Perancis, Yves Coffin, yang dikenalnya pada tahun 1956. Konsekuensinya, ia pun harus mengikuti ke mana suaminya ditugaskan sebagai seorang diplomat.

Selama mengikuti sang suami di Paris, ia tercatat sebagai bagian dari keanggotaan Les Amis dela Natura (Green Peace). Ia rupanya turut menyelamatkan burung belibis yang terkena polusi oleh tenggelamnya kapal tanker di pantai utara Perancis.

Melalui pernikahannya dengan Coffin, keduanya dikaruniai dua orang anak yakni Marie-Claire Lintang Coffin dan Pierre Louis Padang Coffin, yakni seorang creator Minions.

Potret NH Dini Bersama Keluarganya | Sumber dok: WANITA.me
info gambar

Dalam beberapa karya yang ditulisnya, Dini dikenal identik menghadirkan bumbu-bumbu perselingkuhan. Di antaranya Rina di La Barka, Hilda di cerpen Istri Konsul, dan Sri di Pada Sebuah Kapal. Sementara tokoh Hiroko dalam Namaku Hiroko, lain lagi. Melalui Hiroko, ia menunjukkan bahwa perempuan mandiri dan sukses dalam karier bukanlah dengan cara berselingkuh, melainkan memutuskan tidak menikah dan bahagia menjadi perempuan simpanan suami sahabatnya.

Yang tak pernah terlupakan, Nh Dini selalu berupaya mengangkat tema mengenai persoalan kemanusiaan dalam tulisan-tulisannya. Seperti halnya yang tertuang dalam Orang-Orang Tran dan Tanah Air Kedua.

Meski telah dilabeli sebagai seorang sastrawan negeri ini, namun Dini tetap berusaha rendah hati. Ia pun hanya mengaku sebagai pribadi yang suka membuat karya dan lebih cocok disebut pengarang, yang menuangkan realita kehidupan, pengalaman pribadi, dan kepekaan terhadap lingkungan ke dalam setiap tulisannya.

Tak heran, dengan karya-karya yang dihasilkan, ia pun digelari sebagai pengarang sastra feminis.

Ialah Sastrawan yang Enggan Disebut Sastrawan | Sumber dok: Medium
info gambar

Dari banyaknya karya tersebut Dini pun beberapa kali menerima penghargaan. Seperti SEA Write Award di bidang sastra dari Pemerintah Thailand dan di tahun 2017 lalu ia menerima Penghargaan Sepanjang Masa atau Lifetime Achievement Award pada Ubud Writers and Readers festival 2017.

Penghargaan yang diterimanya pun bukan tanpa alasan. Hal ini disebabkan, harus diakui bahwa Dini memiliki pengaruh juga kontribusi besar bagi dunia kesusastraan di Indonesia. Tak hanya itu, ia juga berjasa bagi penegakan hak perempuan, di mana ia termasuk sebagai pionir penulis perempuan di dunia sastra Indonesia.

Dengan demikian, tak dapat dipungkiri jika kepergiannya di sore ini, Selasa (4/12) memberikan kesedihan yang mendalam bagi para pecinta sastra, lebih-lebih sastra Indonesia. Nh Dini diketahui meninggal dunia karena mengalami kecelakaan di Semarang.

Namun biar bagaimanapun, karya juga jasanya akan selalu terkenang di hati kami, anak cucu dan penerusnya.

Selamat jalan Nh Dini.


Sumber: CNN Indonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini