Menyelamatkan Negeri Sejuta Sapi

Menyelamatkan Negeri Sejuta Sapi
info gambar utama

Oleh: Ahmad Cholis Hamzah

Indonesia ini saking besar dan luasnya- hampir sama dengan jarak London (Inggris) ke Teheran (Iran) atau pantai barat (West Coast) ke pantai timur (East Coast) di Amerika Serikat sehingga tidak semua penduduknya pernah mengunjungi daerah diluar propinsinya atau mengetahui potensi yang dimiliki suatu daerah di propinsi lain. Ketika saya menulis artikel di GNFI ini tentang potensi kabupaten Blitar Jawa Timur yang memproduksi 10,5 juta butir telur setiap hari dan men-supplyinya ke Jakarta dan propinsi-propinsi lain ada banyak teman (yang juga orang Jawa Timur) yang baru tahu potensi ekonomi seperti itu yang dimiliki Blitar.

Demikian pula, kalau kita bahas potensi daerah NTB misalnya. Tidak banyak yang tahu bahwa propinsi Nusa Tenggara Barat ini pada tahun 1960-70 an pernah mengekspor sapi ke Hongkong dan Singapura karena wilayah NTB ini memiliki potensi ternak sapi dan kerbau yang banyak. Sehingga NTB disebut sebagai Bumi Sejuta Sapi.

Pada tahun 2016 saja, menurut Pemprov NTB populasi sapi siap potong memang fantastis, yaitu 202.000 ekor; untuk kebutuhan NTB sendiri hanya 61.000 dan dikirim ke luar daerah sekitar 69.000 ekor. Produksi sapi sepanjang tahun 2016 itu sekitar 1.100.000 ekor yang tahun sebelumnya 1.048.340 ekor.

Sebaran populasi ternak sapi potong bervariassi di NTB ini, mulai dari kota Mataram – yang terkecil sampai ke kabupaten Sumbawa, Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur, Dompu, Kabupaten dan kota Bima, Kabupaten Sumbawa dan Kabupaten Lombok Utara.

Kita lihat misalnya kabupaten Dompu pada tahun 2016 ada sekitar 200 lebih Kelompok Tani Ternak memproduksi sekitar 200.000 ekor sapi pertahunnya. Pada tahun 2018 ini jumlah Kelompok Tani Ternak itu tentu bertambah. Karena itu potensi ternak sapi ini menjadi salah satu fokus pembangunan pemerintah daerah Kabupaten Dompu sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Sekaligus menjadikan Dompu sebagai daeraah swasembada daging. Memang Kabupten Dompu ini dikenal sebagai pemasok utama ternak untuk memenuhi kebutuhan daging di propinsi lain seperti Bali, Jawa dan Kalimantan.

Secara nasional kebutuhan daging Indonesia mencapai sekitar 675.000 ton per tahun sedangkan pasokan daging nasional yanya mampu mencapai 416.000 ton per tahun sehingga terjadi kekurangan 259.000 ton per tahun. “ini setara dengan 600.000 ekor sapi”, dan ini merupakan peluang yang harus ditangkap oleh pemerintah propinsi NTB.

Potensi NTB sebagai pen-supply daging sapi memang harus mendapatkan perhatian pemerintah secara seksama karena para peternak di wilayah ini secara umum masih tradisional, tidak seperti Ranch di negara-negara maju karena para peternak itu menempatkan ternaknya di padang rumput. Para peternak itu juga menjadi price taker bukan price maker karena ketika memerlukan dana pada saat menjelang hari lebaran, atau haji atau pendaftaran sekolah, para peternak itu menjualnya dengan harga murah ke tengkulak.

Selain itu harga daging di tempat lain menjadi mahal karena jalur distribusi yang panjang, dan mengakibatkan biaya transportasinya jadi mahal. Mungkin perlu ada subsidi khusus dari pemerintah daerah untuk mengurangi biaya transportasi itu. Tidak kalah pentingnya adalah perlunya pembinaan tentang gizi, penyakit ternak, kebersihan, informasi pasar dsb, dan ini pemerintah propinsi NTB bisa menggandeng perguruan-perguruan tinggi baik yang ada di NTB maupun di tempat lain.

Alumni Universitas Airlangga Surabaya,

University of London, UK

Staf Khusus Rektor Unair

Bidang Internasional



Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Akhyari Hananto lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Akhyari Hananto.

Terima kasih telah membaca sampai di sini