Sains: Belajar Mengenal Karang Hias dan Perairan Tempat Hidupnya

Sains: Belajar Mengenal Karang Hias dan Perairan Tempat Hidupnya
info gambar utama

Tidak semua jenis karang dijadikan target dalam perdagangan karang hias. Meski spesiesnya sama, namun hanya karang yang memiliki warna yang eksotik, ukuran yang pas dan bentuk yang menarik yang umumnya akan diambil dari alam oleh nelayan.

Menurut penelitian Green & Shirley (1999), ada beberapa jenis karang hias yang menjadi target utama dalam perdagangan. Diantaranya Cynarina lacrymalis, Tracyphyllia geoffroyi, Nemenzophyllia turbida, Physogyra lichtensteini, Plerogyra spp, Euphyllia spp, Blastomussa spp, Acanthastrea spp, dan Scolymia spp. Masing-masing spesies itu telah memiliki batasan kuota pengambilan tiap tahunnya oleh pemerintah, yang diatur oleh otoritas manajemen dan otoritas keilmuan.

Lalu apa yang membuat karang berbeda, meski masih tergolong satu spesies yang serupa?

Ternyata, keindahan warna karang tergantung pada spesies algae bersel satu simbiosisnya, yaitu zooxanthellae. Karang jenis yang sama bisa saja memiliki jenis zooxanthellae yang berbeda, demikian juga untuk jenis clade (kelompok zooxanthellae yang memiliki ciri yang sama). Berdasarkan hasil penelitian, dalam 1 cm2 polip karang, dapat dijumpai 10 milyar sel zooxanthellae!

Ada beberapa jenis zooxanthellae yang sudah teridentifikasi hingga saat ini, diantaranya: Symbiodinium microadriatum, sementara dalam suatu jenis terdapat lagi beberapa jenis clade lagi, saat ini sudah diketahui ada 9 cladeyaitu clade A – clade I.

Para peneliti mengelompokkan clade berdasarkan kemampuan beradaptasi zooxanthellae terhadap sinar matahari, sinar UV, dan suhu. Spesies yang paling banyak dijumpai berada pada cladeA.

Keberadaan Karang Hias di Perairan Indonesia

Dari beberapa lokasi dimana penulis pernah terlibat melakukan survei diantara tahun 2002-2018, yaitu perairan Lampung, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Jawa Tengah, karang hias dapat dijumpai di berbagai kedalaman dan tipe habitat seperti reef plate (dataran terumbu), reef crest (tubir), reef slope (lereng terumbu), dan gosong (patchreefs).

Biasanya penelitian kondisi karang secara saintifik sering dilakukan pada kedalaman 3, 5, dan 10 meter pada dataran terumbu dan tubir. Namun terumbu karang hias target perdagangan bisa saja tidak dijumpai di kedalaman ini. Bisa jadi lebih dalam.

Di dataran terumbu, yang umumnya memiliki kedalaman antara 1-3 meter, karang hias umumnya memiliki karakteristik pertumbuhan cepat dan populasi yang berlimpah. Karang di lokasi ini memiliki sifat sensitif terhadap perubahan suhu seperti pemutihan (coral bleaching) dan rentan terhadap kematian.

Namun sebaliknya, karang dataran terumbu memiliki sifat cepat tumbuh dan pulih cepat dalam waktu kurang dari empat tahun. Dengan syarat, selama substrat dan kondisi lingkungan mendukung untuk pertumbuhan.

Karang jenis Euphyllia ancora | Foto: Ofri Johan
info gambar

Jenis karang cepat tumbuh berasal dari kelompok yang memiliki pertumbuhan (life form) bercabang (branching), lembaran (folious) dan mengerak (encrusting). Jenis karang hias di lokasi ini diantaranya Acropora, Seriatopora, Pocillopora, Montipora dan Fungia. Semuanya sudah berhasil dibudidayakan untuk tujuan karang hias akuarium, kecuali jenis Fungia.

Karang di perairan tubir umumnya berada pada kedalaman 3-7 meter. Karang hias yang bisa dijumpai di perairan ini, diantaranya Euphyllia, Scolymia, serta beberapa jenis karang yang dijumpai di dataran terumbu.

Lereng terumbu berada pada kedalaman diatas 8-12 meter. Di kedalaman inilah biasanya banyak ditemukan karang dari kelompok polip besar seperti Cynarina lacrymalis, Tracyphyllia geoffroyi, Nemenzophyllia turbida, Physogyra lichtensteini, Plerogyra spp, Euphyllia spp, Blastomussa spp, Acanthastrea spp, dan Scolymia spp.

Beberapa jenis ini ada juga yang dijumpai pada daerah lebih dangkal atau lebih dalam.

Sebaliknya, tak semua perairan tubir merupakan habitat karang ini. Pada saat survey, belum tentu semua jenis karang target berada di dalam satu kawasan secara lengkap dalam jumlah banyak.

Karang jenis Cynarina lacrymalis dan Trachyphillia geoffroyi sering ditemukan bersamaan dalam satu kawasan. Sebaliknya, karang jenis Catalaphyllia jardeneidan Nemenzophyllia turbida sangat jarang ditemukan.

Karang jenis Plerogyra sinuosa | Foto: Ofri Johan
info gambar

Sebuah perkecualian, dalam sebuah penyelaman di suatu area di Sulawesi Tengah, penulis menjumpai karang Catalaphylliajardenei dalam luasannya bagai hamparan. Hal serupa dijumpai untuk karang genera Euphyllia yang hidup berkelompok dalam hamparan yang luas. Sebagai catatan, lokasi ini dirahasiakan oleh para nelayan dan pencari karang hias alam. Hanya pada tim peneliti yang dipercaya saja, akan mereka hantar ke lokasi ini.

Berbeda dengan lokasi lainnya, maka gosong umumnya berkondisi ekstrim, yaitu memiliki arus yang kencang dan cepat berubah arah dan kecepatan. Kedalamannya mulai dari dangkal hingga 30 meter atau lebih, bersubstrat pasir dan lumpur halus.

Di lokasi ini sering ditemukan karang polip besar tergeletak di atas pasir. Karang jenis ini tidak bisa menempel ke substrat dan tidak membentuk terumbu karena terhalang pasir. Nelayan dengan sangat mudah mengambilnya tanpa menggunakan alat bantu. Langsung dipungut masuk keranjang dan dibawa ke kapal.

Habitat karang hias polip besar umumnya ditemukan pada perairan dalam diatas 14 meter, substrat biasanya berpasir hingga lumpur. Kadangkala penyelam membutuhkan teknik penyelaman yang hati-hati, agar substrat lumpur dan pasir tidak teraduk yang dapat mengakibatkan perairan menjadi keruh.

Selain itu karang polip besar sering ditemukan pada perairan yang berarus. Hal ini karena banyak sumber makanan karang yang dibawa arus. Sifat perairan cepat menjadi jernih, karena air keruh akan terbawa arus dengan cepat.

Karang jenis Nemenzophyllia turbida | Foto: Ofri Johan
info gambar

Hingga saat ini, pemanfaatan karang hias polip besar umumnya masih bersumber dari alam. Karena sifatnya yang memerlukan waktu tumbuh lama, belum ada teknologi budidaya yang efisien dari sisi ekonomi untuk karang ini. Para ilmuwan masih melakukan pengkajian lebih lanjut tentang potensi budidaya secara seksual agar pemanfaatan karang dapat dilakukan di masa depan.

Agar tetap lestari, maka perlu ekstra kehati-hatian dalam pemanfaatan karang hias dari alam, juga lewat pengaturan dan pengawasannya yang ketat, karena belum semua jenis karang hias berhasil dibudidayakan.

* Dr. Ofri Johan, M.Si. penulis adalah peneliti pada Balai Riset Budidaya Ikan Hias, Kementerian Kelautan dan Perikanan.


Sumber: Diposting ulang dari Mongabay Indonesia atas kerjasama dengan GNFI

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini