Siswa Masa Depan Menurut Generasi Milenial

Siswa Masa Depan Menurut Generasi Milenial
info gambar utama

Pendidikan kita adalah pendidikan tanpa arah. Begitulah yang sekiranya dikatakan oleh Y.B Mangunwijaya dalam sebuah komentar beliau di tahun 1996. Pendikan yang terlihat di Indoneisa saat ini memang semacam itu. Pelajar, kebanyakan hanya didikte untuk mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan nilai akademik dan mengesampingkan keberadaan aspek lain. Maka, guru dikenal sebagai objek dan tumpuan pokok yang memiliki semua kompetensi dalam kegiatan belajar. Tujuan pendidikan di sekolah hanya dipahami sebagai suatu proses mutlak yang berorientasi pada hasil belajar dengan tolok ukur ujian tertulis.

Saat ini, pembelajaran kehilangan metode dasar belajaranya. Hal ini mengakibatkan penerapan model, teknik, strategi, dan media yang telah menyesuaikan perkembangan teknologi dan zaman, tidak bisa maksimal difungsikan sebagai sarana menyampaikan materi. Metode belajar yang digunakan kadang salah kaprah, guru banyak melakukan ceramah dan tidak memberikan kesempatan pada peserta didik dalam mengungkapkan daya nalar dan pemikirannya. Lebih lagi dalam hal diskusi, terkadang diskusi bukan lagi sebagai jalan pemecahan masalah, namun menjadi jalan mengungkap siapa yang salah dan siapa yang benar.

Proses belajar memang akan terus berkembang. Sarana prasarana, metode, teknik, media dan pola belajar akan terus menyesuaikan perkembangan zaman. Semakin canggih zaman, pembelajaran akan semakin bervariasi dan berwarna. Dalam hal ini guru diuntungkan karena dimudahkan dalam membentuk proses belajar yang baik dalam menuju ke arah membentuk karakter peserta didik. Sementara murid juga dimudahkan dalam menyelami pengetahuan dengan mudahnya sumber yang ada. Keduanya harus berjalan beriringan, murid sebagai subjek. Guru juga sebagai subjek. Keduanya sama-sama pelaksana proses belajar dengan tujuan membentuk dan dibentuk.

***

Guru masa depan bukan hanya perkara mampu atau tidak mampu dalam penguasaan materi, melainkan lebih dari itu. Penerapan metode yang tepat dan dapat merangkul psikologi peserta didik dalam menjalankan proses pendidikan, tentu menjadi nilai lebih. Selanjutnya, guru bukan hanya perlu kreativitas dalam berpikir dan mencari variasi metode dalam pengajarannya. Melainkan menyatu dalam proses belajar. Kuncinya saat ini justru terapkan kembali pendekatan belajar masalalu yang mengedepankan aspek-aspek konvensional dan konservatif. Guru bukan lagi pengajar, melainkan teman yang dapat menjadi wadah untuk berbagi siswa-siswa yang memiliki masalah dalam pelajaran dan dalam hidupnya.

Melalui proses belajar dengan metode sederhana dan tepat seperti membaca, bertanya dan diskusi yang diterapkan dengan baik, seseorang akan terbentuk menjadi individu yang mampu berpikir, bernalar, memecahkan masalah, dan mengutamakan kepedulian pada sesama dengan etika. Itulah kunci dalam membentuk generasi cemerlang. Generasi yang mengutamakan akhlak, dan sifat mandiri dalam memecahkan masalah.

Dalam tetralogi buru yang berjudul Jejak Langkah, Pram menuliskan bahwa salah satu cara menakhlukan sebuah bangsa adalah dengan menguasai pendidikan. Pendidikan yang dimaksudkan bukan hanya murni akademis dan berorientasi pada nilai yang seperti sekarang ini banyak berkembang. Namun dengan cara belajar dari masyarakat, kepedulian sosial, belajar berpikir dan mencari pengalaman yang sebanyak-banyaknya. Terakhir penutup dari opini ini adalah kutipan dari cuplikan dialog bagian akhir film Lari Dari Blora yang dibintangi oleh W.S Rendra. “Apapun yang terjadi kalian akan terus belajar, negeri kita akan terus belajar bangsa kita akan terus belajar, manusia akan terus belajar. Bukan hanya iptek dan teknologi atau yang ada di buku-buku, kalian harus belajar ilmu kehidupan”

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini