Sapi merupakan komoditas utama bagi warga Sinjai. Bagaimana tidak, warga Sinjai dapat mencukupi kebutuhan hidupnya bahkan membayar uang panai sebagai syarat adat untuk biaya pesta perkawinan pengantin wanita pun bisa. Namun begitu, masih banyak hewan peliharaan dan hewan ternak yang kurang terawat dan sakit-sakitan.
Selain itu, ada pula hewan ternak yang tetap kurus meski sudah banyak makan. Lebih fatalnya lagi, harga jual sapi sering dipermainkan tengkulak sehingga peternak tidak mendapatkan harga yang seharusnya. Hal ini tentunya membuat banyak peternak sapi mengalami kerugian.

Berangkat dari kondisi inilah, akhirnya drh. Mappamancu atau yang akrab disapa Mancu membuat resolusi terbaru di dunia peternakan. Lelaki kelahiran Sinjai, 30 Mei 1980 ini merupakan seorang dokter hewan yang akhirnya mencetuskan pengadaan manajemen dan kesehatan bagi hewan ternak. Saat ini Mancu memiliki jabatan sebagai Kepala Seksi Kesehatan Masyarakat Veteriner di Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Sinjai.
Ide ini dicetuskannya pada tahun 2016 saat diundang menjadi pembicara dalam pertemuan penanggulangan penyakit hewan Kawasan Indonesia Timur yang dilaksanakan Balai Besar Veteriner Maros di Mamuju Sulawesi Barat.
La Sapi bermula dari kejadian modus penipuan via SMS dengan kedok “mama minta pulsa” yakni dengan cara SMS broadcast. Dari sistem SMS broadcast ini, Mancu meniru cara pelaku tersebut untuk melakukan SMS broadcast yang bisa dimanfaatkan sebagai peringatan dini kepada masyarakat apabila ada kejadian penyakit hewan, khususnya yang berbahaya seperti anthraks atau rabies.

Layanan Selular Peternakan Terintegrasi atau La Sapi ini merupakan program berbasis aplikasi SMS yang memberikan pelayanan kepada semua peternak di Kabupaten Sinjai. Ada 15 ribu nomor telepon peternak yang berhasil dikumpulkan. Mereka bisa mendapatkan layanan selama masih terhubung ke jaringan telepon seluler.
Dalam program La Sapi ini terdapat lima aksi bantuan peternak (5 Baper) yang diberikan melalui La Sapi, yakni bantuan jual ternak, bantuan beli ternak, bantuan layanan yang meliputi layanan IB (inseminasi buatan), layanan kesehatan hewan, layanan kartu dan asuransi ternak, bantuan informasi manajemen peternakan dan kesehatan hewan, serta bantuan layanan penggaduhan ternak.
Namun, sebuah ide baru yang ia cetuskan tersebut agaknya sulit diterima dalam kegiatan yang didanai oleh pemerintah daerah melalui belanja dinas. Meski begitu, Mancu tidak patah semangat dan berupaya mencari sumber pendanaan lain. Akhir 2017, proyek dengan nama La Sapi ini bisa terealisasi. Mancu memenangkan kompetisi bantuan dana hibah (Alumni Grant Scheme/AGS) dari Australia Global Alumni yang diadministrasikan oleh Australia Awards in Indonesia.
Dengan bantuan ini, para alumni didukung untuk mewujudkan inovasi dan perbaikan bagi masyarakat di sekitarnya. Bantuan AGS membiayai semua komponen program yang meliputi pembelian peralatan, pengumpulan nomor HP peternak, pembelian pulsa serta kebutuhan lainnya.
Cara kerja program ini sangat mudah. Setiap peternak yang akan menjual hewannya akan menginformasikan kepada petugas di Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Sinjai melalui SMS di nomor 085 315 01 01 01. Petugas kemudian memverifikasi informasi tersebut terkait dengan berbagai data seperti jenis kelamin, umur, berat, kondisi kesehatan dan sebagainya.
Setelah itu petugas dinas akan mem-broadcast informasi ini ke seluruh pedagang sapi yang ada di kabupaten Sinjai. Karena informasi bersifat terbuka dan semua pedagang mengetahuinya, harga jual menjadi lebih kompetitif dan menguntungkan peternak.
Begitu pula ketika ada hewan yang sakit. Peternak dapat mengabarkan melalui ponsel masing-masing dan langsung direspon melalui SMS broadcast. Bila perlu penanganan lebih lanjut, petugas kesehatan hewan terdekat dari lokasi peternak bisa datang memeriksa. Salah satu kelebihan sistem ini karena bisa diterima dan menjangkau siapa pun yang berada di dekat ternak.

Setelah menyelesaikan kuliah di Universitas Udayana Bali, pada tahun 2004, drh. Mappamancu langsung mengabdi sebagai tenaga sukarela Dinas Peternakan Kabupaten Sinjai. Saat itu datang sejumlah tawaran kerja dari perusahan swasta yang bergerak di bidang obat hewan.
Tawaran itu cukup menggiurkan, dengan iming-iming gaji sekitar 10 kali lipat, malah 20 kali lipat bila termasuk tunjangan dan lainnya, dari honor saya sebagai tenaga sukarela plus mobil operasional Mancu tidak serta merta menerima tawaran ini. Namun Mancu memohon petunjuk Allah SWT dan berdiskusi dengan orang tua. Orang tua Mancu yang dua-duanya juga PNS menyarankan untuk tetap teguh dalam pengabdian kepada masyarakat sebagai pegawai sukarela. Pada akhirnya, pada tahun 2005 Mancu diangkat menjadi CPNS setelah lolos tes CPNS pada akhir tahun 2004.
Berkat kreativitas dan inovasi Mancu, peternak di Kabupaten Sinjai menjadi lebih sejahtera. La Sapi membuat mereka tidak perlu khawatir ketika ternaknya sakit atau terkena masalah lain. Mereka juga bisa menjual ternaknya sesuai harga pasar, tanpa didikte oleh tengkulak.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News