Profil PNS Inspiratif 2018: Sutopo Purwo Nugroho, Suara Terpercaya di Info Bencana

Profil PNS Inspiratif 2018: Sutopo Purwo Nugroho, Suara Terpercaya di Info Bencana
info gambar utama

Bencana alam silih berganti menerpa Indonesia. Tsunami Aceh, gempa Yogyakarta, erupsi Gunung Merapi, Gunung Sinabung, dan Gunung Agung, kemudian gempa dan tsunami Donggala, lalu yang terbaru adalah tsunami di Selat Sunda.

Beragam informasi pun silih berganti menghiasi pemberitaan bencana tersebut. Beberapa ada yang bisa dipercaya, tapi juga tak sedikit yang ternyata info tidak valid atau hoaks. Lalu jika Kawan GNFI bingung harus ke mana untuk mencari informasi bencana yang tepat, Sutopo Purwo Nugroho adalah jawabannya.

Pria kelahiran Boyolali, 7 Oktober 1969 ini merupakan Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (Pusdatin Humas BNPB). Tugas beliau menyampaikan kebenaran data dan informasi terkait setiap bencana yang melanda Bumi Pertiwi.

Menjadi suara terpercaya yang disebarluaskan di info bencana tidak semudah membalikkan telapak tangan. Sutopo harus mencari cara agar informasinya bisa tersebar secara cepat dan tepat, tanpa mengurangi fakta yang terkandung di dalamnya.

Ide pun didapat. Lulusan Fakultas Geografi UGM tahun 1993 ini membuat beberapa grup WhatsApp yang berisi wartawan untuk keperluan berita dan update kondisi terbaru keadaan bencana dan cuaca di setiap daerah Indonesia. Media sosial pribadinya juga dipakai untuk menyajikan data terbaru di setiap wilayah setiap harinya, lengkap dengan bahasanya yang khas.

Tak berhenti sampai di situ, data-data dan ilmu-ilmu penting tentang penanganan bencana juga disampaikan Sutopo ketika menjadi pembicara dalam berbagai seminar dan forum diskusi.

Kemudian Sutopo juga membuat diorama bencana di lantai 11 dan 12 Graha BNPB, sebagai sarana edukasi kebencanaan pada masyarakat, khususnya pelajar. Diorama ini dirancang dengan sangat menarik sehingga tidak membosankan ketika dikunjungi.

Sutopo Purwo Nugroho dalam sebuah sesi wawancara | Foto: IDN Times
info gambar

Membina staf melalui keakraban

Walau berstatus sebagai atasan, Sutopo tidak segan untuk mengakrabkan diri dengan bawahannya. Beliau memiliki kiat-kiat khusus agar bisa akrab dengan para stafnya, sembari membina mereka dalam meningkatkan kemampuan.

Ide ini didapat ketika Sutopo ditempatkan di Pusat Data Informasi dan Humas BNPB. Di awal masa kerjanya, SDM di sana masih minim secara kuantitas dan kualitas. Sutopo juga menilai budaya kerjanya biasa-biasa saja, bahkan jauh jika dibandingkan di tempat kerja sebelumnya yakni BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi).

“Saya melakukan inovasi-inovasi dengan mengadopsi apa yang baik. Contoh membuat majalah, kami meniru National Geographic Magazine. Saya ajari mereka cara foto dan sebagainya. Kita undang para pakar dan kemudian kita berdiskusi, memahami dan sebagainya, sehingga tercipta kreasi-kreasi,” terangnya.

Sutopo juga berinisiatif mencarikan beasiswa untuk para stafnya, yang bertujuan agar aspek akademis mereka meningkat. Para staf yang lulusan SMA melanjutkan ke S1, yang S1 ke S2, dan S2 ke S3.

Para staf bahkan juga dipersilakan untuk mencoba kesempatan berkarier di tempat lain. Ini terlihat dengan adanya dua staf Pusdatin Humas BNPB yang sudah menduduki posisi eselon 2 di unit kerja lain, dan lima staf yang menempati jabatan eselon 4 di tempat lain.

“Saya sebagai pimpinan harus menghargai semua itu. Mereka kadang saya bimbing saat menyusun skripsi, tesis, dan itu betul-betul saya bimbing. Kebetulan saya juga menjadi dosen Pascasarjana di Universitas Indonesia, Universitas Pertahanan, dan Institut Pertanian Bogor. Mereka betul-betul saya bimbing agar ke depan karier mereka meningkat,” imbuhnya.

Memunculkan Sutopo-Sutopo lain

Inovasi-inovasi yang dilakukan Sutopo untuk para stafnya itu semata-mata agar kualitas mereka jadi lebih baik. Dengan begitu, diharapkan akan muncul Sutopo-Sutopo lainnya di kemudian hari, yang siap ditempatkan di manapun dan harus lebih baik dari kariernya.

“Saya selalu berprinsip profesional dan kesejahteraan harus bersama, sehingga di pundak, di dada, dan di saku kita meningkat. Di pundak artinya kita siap menerima tanggung jawab dan bisa ditempatkan di mana saja. Di dada, kita bangga sebagai ahli, apa lagi sudah master, doktor, dan dikenal luas. Di saku, artinya profesional dan tentu kesejahteraan juga akan meningkat karena bisa menjadi narasumber di mana-mana, ahli di mana-mana, sesuai aturan yang berlaku,” urai Sutopo menjelaskan filosofinya.

Luar biasa memang, apa yang dilakukan Sutopo. Beliau begitu mendedikasikan hidupnya untuk menjalankan misi mulia, memberi informasi terpercaya pada masyarakat terkait bencana alam, sembari meningkatkan kualitas SDM para stafnya.

Lebih luar biasa lagi karena beliau melakukan itu semua di tengah penyakit kronis yang sedang diidapnya. Awal Januari 2018 lalu, lulusan S3 Hidrologi di Institut Pertanian Bogor ini divonis mengidap kanker paru stadium 4B.

Namun beliau tidak menjadikan penyakitnya sebagai penghambat dalam bekerja, justru sebaliknya membuatnya semakin terpacu dalam berkarya. Tak hanya di instansi di tempatnya berkarier, tapi juga produktif dalam menulis buku maupun makalah.

“Keinginan saya yang paling utama saat ini adalah diberi kesembuhan sehingga bisa berbuat lebih banyak lagi untuk negeri ini,” pungkasnya, di hadapan dewan juri PNS Inspiratif 2018, akhir November lalu.***

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini