Inovasi MINU Balikpapan dalam Menggiatkan Literasi Membaca

Inovasi MINU Balikpapan dalam Menggiatkan Literasi Membaca
info gambar utama

Menggerakkan kebiasaan membaca sejak kecil menjadi misi sebuah madrasah di Balikpapan. Madrasah Ibtidaiyah Nahdatul Ulama (MINU) namanya, atau yang juga dikenal dengan MINU Balikpapan.

Dimotori oleh kepala madrasahnya, Bapak Gunanto, MINU membuat beragam inovasi untuk menggerakkan budaya literasi para muridnya. Ini dilakukan dengan salah satu alasannya untuk menerapkan perintah Tuhan di kitab suci.

“Dengan segala keterbatasan, kami ingin siswa-siswi kami menerapkan apa yang telah diperintahkan Allah untuk pertama kalinya kepada nabi, yaitu membaca!” ucap Gunanto dalam siaran pers yang diterima GNFI.

Tiga program dibuat MINU untuk menggiatkan budaya literasi di kalangan para muridnya. Program-program ini dimulai akhir bulan September 2018 lalu setelah pelatihan progtam PINTAR Tanoto Foundation tentang literasi.

Para murid sangat antusias mengikuti program membaca di MINU Balikpapan | Foto: Tanoto Foundation
info gambar

Ada hari-hari khusus yang ditetapkan sebagai penerapan program gemar membaca, yaotu Selasa, Rabu, dan Kamis. Di hari-hari tersebut para murid membaca senyap selama kurang lebih 15 menit sebelum pelajaran dimulai. Membaca senyap ditujukan agar siswa-siswi bisa berkonsentrasi penuh pada apa yang mereka baca.

“Setelah membaca senyap, anak-anak saya persilakan bertanya kata-kata sulit yang tidak dimengerti selama membaca. Misalnya hari Minggu kemarin, beberapa anak-anak bertanya arti kata strategis, masa lampau, dan sebagainya,” tutur Ibu Lusi, guru kelas dua di MINU.

Kemudian di hari Sabtu, para murid dikumpulkan di lapangan untuk membaca massal selama 15 menit. Membaca massal bertujuan supaya siswa-siswi semakin semangat dalam membaca, karena terpacu melihat teman-temannya membaca. Setelah 15 menit selesai, tiap kelas mengirimkan satu muridnya untuk menceritakan hasil bacaannya di hadapan teman-temannya.

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)
info gambar

Tak hanya para murid yang aktif membaca, guru pun tak lepas dari kewajiban memberi contoh kebiasaan membaca. Setiao hari Selasa, para guru diharuskan melakukan kegiatan membaca nyaring, yakni membaca cerita secara ekspresif. Contohnya seperti menceritakan kisah Malin Kundang yang durhaka ke orang tuanya.

“Para siswa jadi tahu bagaimana cara bercerita yang ekspresif dan menyenangkan. Beberapa siswa yang berani mencoba meniru gurunya, bercerita di depan anak-anak lain. Ini membuat mereka juga jadi tampil berani dan terlatih kemampuan komunikasinya,” terang Bu Lusi.

Sementara itu fasilitas penunjang juga disediakan oleh MINU Balikpapan. Tiap kelas di MINU memiliki tempat strategis untuk membaca yang disebut dengan Halte Baca dan Stasiun Baca. Keduanya berbentuk seperti gazebo dan terletak di luar kelas. Lalu di lantai tiga ada Terminal Baca.

Suasana membaca di MINU Balikpapan | Foto: Tanoto Foundation
info gambar

Menggiatkan budaya literasi tidak hanya tentang membiasakan para murid membaca buku, tapi juga mengharuskan mereka untuk merawatnya. MINU pun membuat aturan yang mewajibkan perwakilan kelas 4, 5, dan 6 secara bergantian bertanggung jawab terhadap buku-buku di tempat tersebut. Antara lain dengan menjaga dan memasukkan kembali buku ke ruang kantor guru saat sekolah usai.

Inovasi yang diterapkan MINU Balikpapan langsung berbuah manis. Bu Lusi menuturkan, anak asuhnya mulai kaya kosa kata, bisa membuat cerita dengan kalimat panjang, dan bisa memberi deskripsi di gambar.

““Anak-anak kelas dua yang saya asuh, mulai kaya dengan kosa kata. Mereka juga mampu membuat cerita dengan kalimat panjang-panjang, seperti saat saya tugaskan membuat cerita tentang bencana alam. Mereka mampu menggambar dengan baik dan bahkan di antara mereka membuat deskripsinya lebih dari 10 kalimat. Bagi saya ini perkembangan luar biasa!” pungkas Bu Lusi.**

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini