Akan Ada Pernikahan Kerajaan di Bulan Januari Mendatang

Akan Ada Pernikahan Kerajaan di Bulan Januari Mendatang
info gambar utama

Keraton Puro Pakualaman di Yogyakarta akan mengadakan pernikahan kerajaan, yang disebut dengan Dhaup Ageng, di istana Puro Pakualaman pada hari Sabtu, 5 Januari 2019.

"Disebut Dhaup Ageng karena seluruh prosesi mengikuti tata cara yang berlaku di Istana Pakualaman," ujar Ketua Panitia Dhaup Ageng Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Indrokusumo di Yogya Rabu 26 Desember 2018.

Pernikahan tersebut adalah pernikahan antara Bendara Pangeran Hario BPH Kusumo Bimantoro yang berusia 26 tahun dan Maya Lakshita Noorya yang berusia 25 tahun. Mereka akan mengikuti tradisi upacara pernikahan khas kerajaan Jawa yang cukup kompleks.

B.P.H. Kusumo Bimantoro (kanan) | Sumber: Istimewa
info gambar

BPH Kusumo Bimantoro adalah putra mahkota Pura Pakualaman. Ia adalah sulung dari putra raja Pura Pakualaman yang juya Wakil Gubernur DIY, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario (KGPAA) Pakualam X yang bertahta saat ini.

"Kami akan mengundang pejabat pemerintah, termasuk Presiden Joko Widodo, ke pernikahan itu," kata ketua Dhaup Ageng, KPH Indrokusumo kepada wartawan.

Prosesi awal pernikahan itu diawali dengan bucalan atau penempatan sesaji di Kagungan Dalem Pura Pakualaman. Dilanjutkan Rabu malam 26 Desember 2018 dengan acara wilujengan atau upacara doa selamatan sebelum memulai sebuah hajatan.

Lalu pada Kamis 27 Desember 2018 pihak keluarga menggelar ziarah ke makam raja-raja Mataram baik di Kotagede, Yogyakarta maupun di Astana Girigondho, Kulonprogo dan di Makam Bergota, Semarang.

Rangkaian inti prosesi pernikahan akan dimulai pada 2-3 Januari 2018 dengan tradisi Majang dan Pemasangan tarub. Pada Kamis 3 Januari 2019 akan dilakukan tradisi Nyengket. Sedangkan prosesi siraman pengantin akan dilaksanakan padla Jumat 4 Januari 2019 yang malam harinya dilanjutkan prosesi midodareni dan tantingan.

Prosesi pernikahan akan diadakan pada hari Sabtu sore, sedangkan resepsi dijadwalkan untuk hari berikutnya pada hari Minggu, 6 Januari, pada Senin 7 Januari 2019 ditutup dengan acara pamitan.

Sedangkan rangkaian upacara panggih dan resepsi dilaksanakan di bangunan utama istana Pakualaman, yaitu Bangsal Sewatama, yang hanya untuk penyelenggaraan peristiwa penting oleh Kadipaten Pakualaman. Seperti Jumeneng Dalem, Ngabekten, serta Jamuan Istana untuk tamu khusus baik dari dalam maupun luar negeri.

Kepala Dhaup Ageng I KRT Radyowisroyo mengatakan bahwa di antara tradisi pernikahan Jawa yang langka dalam upacara itu adalah tantingan, sebuah ritual yang mencakup meminta pasangan tentang kesiapan mereka untuk memasuki kondisi pernikahan.

Selama prosesi pernikahan, sekitar 750 tamu VIP akan memiliki kesempatan untuk menikmati tiga beksan, atau tarian tradisional Jawa: Bedhaya Kembang Emas, Wilayakusumajana, dan Puri Melati.

Tari Bedhaya Keraton | Sumber: Tanah Jawa
info gambar

"Bedhaya Kembang Emas secara khusus dibuat oleh KGPAA Paku Alam X untuk pengantin wanita," kata Radyowisroyo.

Pengantin wanita dan keluarga kerajaan Pakualaman dilaporkan mengenakan batik bermotif dengan motif Surya Mulyarja, yang berasal dari filosofi naskah Sestradisuhul, yang ditulis oleh Paku Alam II pada tahun 1847. Motif Surya Mulyarja mewakili Batara Surya, karakter dalam "Asthabrata" yang digambarkan sebagai cermat dan murah hati, dan yang terus-menerus memotivasi murid-muridnya untuk mengejar kehidupan kemakmuran, baik secara fisik maupun spiritual.

Publik juga diizinkan menonton pernikahan kerajaan di layar yang akan dipasang panitia di depan istana.

Sumber: Jakarta Post | Tempo

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini