Siapa Saja Jawara Indeks Kota Cerdas Indonesia 2018?

Siapa Saja Jawara Indeks Kota Cerdas Indonesia 2018?
info gambar utama

Dari dulu, orang-orang banyak yang bertransmigrasi ke wilayah perkotaan. Alasannya simple, karna dipercaya di wilayah perkotaan tersedia lebih banyak lapangan pekerjaan.

Kita ambil contoh ibu kota Indonesia, bisa dilihat pada musim libur lebaran atau natal, ibu kota Jakarta sangatlah sepi karena banyak sekali penduduknya yang pergi mudik. Hal ini menandakan, hanya segelintir saja penduduk Jakarta merupakan warga asli Jakarta sendiri.

Ilustrasi penduduk Jakarta | Sumber: My Story
info gambar

Diperkirakan pada 2050 sebanyak 70 persen penduduk dunia akan tinggal di perkotaan. Begitu juga di Indonesia.

Sesuai data Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2010, proporsi penduduk yang tinggal di perkotaan mencapai 49,8 persen. Pada 2030, proporsi penduduk yang tinggal di perkotaan mencapai 63,4 persen.

Seiring jumlah penduduk di kota merangkak naik, dampak dan masalah tentunya tidak dapat dihindari. Tuntutan kebutuhan masyarakat yang harus dilayani oleh aneka fasilitas publik mengemuka. Perekonomian juga diharapkan berputar lancar agar warga bisa hidup sejahtera tanpa memperlebar kesenjangan. Hal yang tak kalah mendesak adalah menjaga kelestarian lingkungan. Solusi dan perbaikan masalah mulai bermunculan di setiap kota.

Dari segala solusi dan perbaikan tersebutlah Kompas berangkat untuk menyusun Indeks Kota Cerdas Indonesia (IKCI) 2018. Indeks tersebut menunjukkan sebesar dan sejauh apa masing-masing kota yang terlibat menerapkan implementasi konsep kota cerdas tersebut.

Ilustrasi infrastruktur yang memudahkan penduduk kota | Sumber: Duniakerja
info gambar

Dalam IKCI 2018, 93 dari 98 kota termasuk dalam proses penghitungan indeks. 93 kota tersebut dikelompokkan berdasarkan jumlah penduduk yang dibagi ke dalam empat kategori; kota metropolitan atau kota dengan penduduk minimal 1 juta jiwa; kota besar, daerah berpenduduk lebih dari 500.000 jiwa hingga kurang dari 1 juta jiwa; kota sedang, daerah berpenghuni lebih dari 100.000 jiwa hingga 500.000 jiwa; dan kota kecil yang berpenduduk paling banyak 100.000 jiwa.

Indeks ini berfokus pada Lingkaran Kota Cerdas milik Boyd Cohen. Dimana lingkungan, mobilitas, pemerintahan, ekonomi, masyarakat, dan kualitas hidup menjadi patokan indikatornya.

Dalam lingkaran tersebut, kota cerdas ini dibangun dari banyak aspek yang bisa dikelompokkan menjadi enam pilar, yakni lingkungan, mobilitas, pemerintahan, ekonomi, masyarakat, dan kualitas hidup.

Kelas bahasa gratis di Rumah Bahasa Surabaya yang disediakan oleh Pemkot Surabaya | Sumber: IDN Times
info gambar

Bobot terbesar dari enam elemen kota cerdas ada pada aspek masyarakat, terutama dalam hal pendidikan, kreativitas, dan inklusivitas.

Kota-kota yang unggul dalam IKCI 2018 umumnya memiliki inisiatif-inisiatif dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Surabaya, misalnya, memenangi posisi pertama kategori kota metropolitan.

Kota ini telah mengembangkan pusat industri digital start up dan penyediaan Koridor Coworking Space untuk mendorong industri kreatif. Selain itu, ada Rumah Bahasa yang bisa melayani warga belajar bahasa asing dengan gratis. Teknologi pun telah membantu memudahkan pendidikan di Surabaya.

Berikut daftar lengkap Indeks Kota Cerdas Indonesia 2018 oleh Harian Kompas:

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)

Sumber: Tribun Makassar

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini