Profil PNS Inspiratif 2018: Yunina Resmi Prananta dan SIPANCA untuk Mengamalkan Pancasila

Profil PNS Inspiratif 2018: Yunina Resmi Prananta dan SIPANCA untuk Mengamalkan Pancasila
info gambar utama

Mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) seringkali dianggap membosankan oleh para murid. Materi yang itu-itu saja dan penuh hapalan membuat mata pelajaran ini kurang diminati para siswa karena kurang menarik.

Berawal dari situasi itulah, Yunina Resmi Prananta tergerak hatinya untuk membuat inovasi. Guru SDN Wonolelo di Kabupaten Wonosobo ini bersama rekannya menciptakan sebuah aplikasi untuk mengamalkan nilai-nilai Pancasila, yang sekaligus menjadi warna baru di dunia mata pelajaran PPKn.

“Aplikasi SIPANCA dibuat selama dua minggu melalui aplikasi MIT App Inventor, sebuah web sumber terbuka yang awalnya dikembangkan oleh Google, dan saat ini dikelola oleh Massachusetts Institute of Technology (MIT),” kata Yunina.

Dalam penerapannya, Yunina membagikan aplikasi SIPANCA melalui aplikasi Share It ke murid-muridnya, beserta satu lembar kertas berisi 50 sikap pengamalan nilai-nilai Pancasila. Setelah diunduh, Yunina kemudian mengajari para anak didiknya cara memakai aplikasi SIPANCA, yang boleh digunakan kapanpun selama jam sekolah.

Di halaman muka, siswa menekan opsi Pilih Tugas untuk memilih tugas apa yang sesuai dengan pengamalan Pancasila. Tidak ada ketentuan tertentu, setiap siswa bebas menentukan tugasnya sendiri. Sembari atau setelah melakukan tugas, siswa harus mengambil foto sebagai bukti ia telah melaksanakan tugas. Foto tersebut kemudian dikirimkan ke guru untuk dilakukan validasi.

Selesai memakai SIPANCA, tahap selanjutnya adalah menggunakan media Perisai Pancasila yang berbasis mikrokontroler. Pada waktu pulang sekolah siswa memasukkan data sesuai perilaku Pancasila yang telah diamalkan di sekolah, dan dari situ akan terlihat pengamalannya masuk ke sila berapa.

Kemudian hasil nilai yang diperoleh bisa langsung diketahui karena terpampang di layar LCD, beserta ucapan selamat dan rekapan nilai di laptop dalam format Microsoft Excel. Nilai tersebut nantinya dicetak untuk 40 siswa sebagai bukti telah mengamalkan nilai-nilai Pancasila dan sadar konstitusi nasional.

Hasil akhir dari pemakaian aplikasi SIPANCA adalah terpilihnya Duta Pancasila. Siswa yang terpilih adalah 5 besar dari 40 siswa, yang ditugaskan menyampaikan kampanye demi kemajuan sekolah. Layaknya kampanye Pemilu atau Pilkada, salah satu dari kelima siswa tersebut dipilih sebagai Duta Pancasila berdasarkan pemungutan suara oleh seluruh siswa SDN Wonolelo.

Yunina dan seorang Duta Pancasila | Foto: Dok. GNFI
info gambar

Berinovasi dan berbagi

Inovasi yang dibuat Yunina tak berhenti sampai di situ. Wanita lulusan S2 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Malang ini juga mengajar anak-anak kurang mampu di Desa Wonolelo dalam kelompok belajar secara gratis, dan menerbitkan 11 buku ber-ISBN.

Kemudian yang terbaru, Yunina menciptakan gim edukasi untuk anak-anak PAUD, yang membuatnya meraih juara harapan 5 di lomba Kanal PAUD tingkat nasional 2018. Ia juga membuat media interaktif aksara Jawa, dan menjadi pemenang kontributor lomba mobile Ki Hajar Dewantara tingkat nasional 2018.

Deretan inovasi yang dibuat Yunina itu membuatnya jadi sosok inspiratif di kalangan tenaga pengajar. Ia pun tidak segan membagikan ilmunya pada rekan-rekan guru, seperti melalui grup obrolan di WhatsApp (WA) dan menulis beberapa artikel ilmiah serta artikel populer.

Pun ketika di Belanda sebagai peserta tiga besar pemenang Olimpiade Guru Nasional (OGN), Yunina menjalin kerja sama yang baik dengan peserta lain maupun dengan penyaji kegiatan. Penyelenggaraan kebijakan, pengalaman-pengalaman terbaik, dan sistem pendidikan di Belanda menjadi perbincangan hangat kala itu.

Lalu saat singgah di Jepang sebagai peserta lolos seleksi Bantu Guru Melihat Dunia (BGMD) yang diselenggarakan PPI Dunia, Yunina memperkenalkan budaya Wonosobo ke kancah internasional. Ia membawakan tari Lengger Solasih yang merupakan tarian tradisional Kabupaten Wonosobo.

Yunina mementaskan tari Lengger Solasih di Jepang | Foto: Kementerian PANRB
info gambar

Setelah kunjungannya ke Jepang itu, Yunina memperoleh wawasan baru dan idenya diwujudkan di SD Negeri Wonolelo. Perubahan yang dilakukannya kemudian mengawali program Sekolah Ramah Anak di SD tersebut.***

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini