Gotong Royong Selamatkan Penyu Usai Tsunami Selat Sunda

Gotong Royong Selamatkan Penyu Usai Tsunami Selat Sunda
info gambar utama

Dampak Tsunami Selat Sunda tidak hanya memakan korban jiwa dari manusia dan memporak porandakan infrastruktur, tapi juga membuat sejumlah penyu terdampar.

Cukup banyak penyu yang terdampar di daratan akibat tsunami Selat Sunda. Mereka kesulitan kembali ke habitatnya di laut, lantaran terjebak di reruntuhan, jarak yang jauh ke pantai, dan ada beberapa penyu yang terbalik badannya.

Untuk mengembalikan penyu-penyu ini ke habitat aslinya, tim relawan bergotong royong melakukannya. Satu penyu dibungkus terpal atau karung beras dan diangkat dua sampai empat orang, karena bobot satu ekor bisa mencapai 180 kilogram untuk ukuran dewasa.

Sampai berita ini dirilis ada 20 ekor penyu yang sudah dikembalikan ke laut oleh tim relawan pimpinan Eko Sulistio. Tim yang terdiri dari tujuh orang itu berhasil menyelamatkan jenis-jenis penyu yang terancam punah, seperti penyu tempayan, penyu sisik, dan penyu hijau.

Kemudian di tim yang dibentuk Badan Konservasi Alam Serang, ada 13 ekor penyu yang sukses diselamatkan. Sebagian besar penyu ditemukan di kawasan resor Tanjung Lesung, tempat lebih dari 100 nyawa manusia melayang akibat diterjang tsunami.

Penyelamatan tak hanya dilakukan di area terdampak tsunami, tapi juga dari nelayan-nelayan yang menangkap penyu. Mereka diberi pengarahan bahwa penyu adalah hewan yang dilindungi hukum, jadi harus dikembalikan ke habitatnya.

Tak hanya di Banten, penyu terdampar juga ditemukan di Lampung. Ada setidaknya 15 penyu yang diselamatkan tim SAR dan dikembalikan ke laut, dengan berat satu ekornya kira-kira 30 kilogram.

“Menurut kami, mereka terhempas ke pantai oleh tsunami. Tapi mereka tidak cedera. Jadi kami kembalikan ke laut.” ucap Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Lampung, Teguh Ismail, dikutip dari VoA.


Sumber: Kompas.com, VoA Indonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini