Antara Negeri Yang Cantik dan Laboratorium Kebijakan Ekonomi Asia

Antara Negeri Yang Cantik dan Laboratorium Kebijakan Ekonomi Asia
info gambar utama

Hampir pasti anda mengenal merk-merk seperti Acer, Asus, HTC, atau D-Llink. Tak hanya populer dan mendunia, merk-merk tersebut di atas mempunyai reputasi sebagai produk dengan kualitas yang baik, dan terpercaya. Yang mungkin tak banyak kita tahu, semuanya berasal dari satu negara. Taiwan.

Taiwan, adalah satu dari contoh keajaiban Asia, bersama dengan Singapura, Korea Selatan, dan Hongkong. Pulau Taiwan, yang dulunya disebut Formosa ('Pulau yang Cantik" dalam bahasa Portugis) ini memang bukanlah pulau yang terlalu besar. Luasnya hampir sama dengan luas Propinsi Jawa Barat.

Pada tahun 1949, pemerintahan Nasionalis China Kuo Min Tang (KMT) terpaksa mengungsi ke Taiwan karena terdesak oleh kekuatan komunis pimpinan Mao Zedong dalam perang sipil yang melanda China daratan. Para cendekiawan, kaum terpelajar, dan pebisnis yang sukses ikut mengungsi ke Taiwan. Penjajahan Jepang yang singkat ternyata meninggalkan infrastuktur yang memadai, seperti cadangan makanan yang cukup, industri kimia dan pengolahan bahan baku, juga infrastruktur jalan. Mereka juga membawa cadangan emas dari China daratan sebanyak $170 juta yang membantu menstabilkan mata uang dan menghindari inflasi. Bantuan keuangan dan kredit lunak, juga militer dan makanan, membantu Taiwan cepat berdiri sendiri, dan mampu melaksanakan program-program ekonominya dengan cepat.

Li Kuo-Ting
info gambar

Itulah awal mula tumbuhnya Taiwan yang kita kenal sekarang. Dan, jika di Singapura kita mengenal sang arsitek ekonomi negara tersebut, yakni Lee Kuan Yew, di Taiwan, arsitek ekonominya adalah seorang insinyur Fisika bernama Li Kuo-Ting (1910-2001). Ia sarjana lulusan National Center University, Nanjing, yang kemudian melanjutkan studi ke Universitas Cambridge dalam bidang Fisika. Lulus pada 1934, Li kembali ke negerinya, terjun ke bidang industri perkapalan. Pada 1953, Li diangkat menjadi anggota Komisi Pengembangan Industri dengan tugas merencanakan pengembangan ekonomi Taiwan. Menjadi Menteri Ekonomi (1965-1969) dan Menteri Keuangan (1969-1976), Li tidak pernah mendapat pendidikan formal dalam ekonomi.

Li menyadari sepenuhnya bahwa pertumbuhan ekonomi Taiwan terhambat oleh kelangkaan sumber daya alam, modal, valuta asing, teknologi, dan keterampilan kewirausahaan. Melalui perencanaan ekonomi, pemerintah membangun infrastruktur dan memberikan insentif guna mempercepat tumbuhnya perusahaan-perusahaan swasta di Taiwan.

Pemerintah menyusun program investasi, memberikan pinjaman bunga rendah, membangun zona-zona industri, zona pemrosesan ekspor, dan taman industri berbasis sains. Menurut Li, ada dua peran yang dapat diambil pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi: mendukung perusahaan-perusahaan Taiwan dalam persaingan global dan memilih bidang-bidang produksi yang diprioritaskan.

Taiwan kemudian membangun infrastruktur industri besar-besaran, komunikasi, dan mengembangkan sistem pendidikannya. Antara tahun 1952 hingga 1982, pertumbuhan ekonominya rata-rata 8.2% per tahun, dan pada 1983 hingga 1986, pertumbuhan rata-ratanya adalah 6.9%. GDP-nya juga tumbuh 360% dalam rentang 1965 hingga 1986.

Salah satu sudut Taipei | Anton Burminstrov
info gambar

Pada tahun 1970, seiring 'ditendangnya' Taiwan dari keanggotaan PBB, negara tersebut justru makin terpacu membuktikan diri sebagai kekuatan ekonomi. Pemerinah memulai memperbesar dan memodernisasi industrinya, terutama di bidang teknologi, seperti microelectronics, PC, dan spare partnya.

Banyak merk-merk teknologi dari Taiwan yang menjadi penyuplai penting bagi perusahaan-perusahaan global seperti DEC atau IBM, dan mereka pun mulai melebarkan sayapnya ke Silicon Valley dan tempat-tempat lain di AS.

Generasi muda Taiwan | 500px
info gambar

Pada dekade 80'an, Taiwan telah menjadi kekuatan ekonomi penting di Asia, dengan ekonomi yang makin matang dan terdiversifikasi, dengan kehadirannya yang makin diperhitungkan di dalam pasar global, pun punya cadangan devisa yang tinggi. Perusahaan-perusahaannya mampu menancapkan kaki ke negara lain, memproduksi produk-produknya di negara lain, berinvestasi secara masif di Asia (terutama China), dan di negara-negara OECD, terutama AS.

Pada tahun 1952, pendapatan nasional perkapitanya hanya $170, setara dengan Congo (waktu itu bernama Zaire). Pada 2008, sudah mencapai $32,000.

Menurut pengamat ekonomi Dwight Perkins menyatakan bahwa keberhasilan Taiwan dalam waktu yang begitu cepat, karena mereka meningkatkan produktifitas negaranya. Dorongan produktifitas ini dicapai melalui reformasi tanah, perubahan struktural (urbanisasi dan industrialisasi), peningkatan pendidikan kepada rakyatnya, dukungan terhadap riset dan teknologi, dan kebijakan ekonomi dalam mendorong ekspor, bukan mensubstitusi impor.

Salah satu merk global Taiwan | IB Times UK
info gambar

Banyak yang kita bisa pelajari dari keajaiban Taiwan ini, inilah salah satu negara yang tak mempunyai sumber daya alam sebesar Indonesia, dan bisa menjadi salah satu negeri paling makmur di Asia. Taiwan bisa juga menjadi tempat belajar, bagaimana membangun kebijakan-kebijakan ekonomi, hingga dijuluki "Laboratory of Economic Policy"

Referensi :

https://www.taiwan.com.au/Polieco/History/ROC/report04.html

https://historycooperative.org/#FOOT16

https://www.povertyeducation.org/the-rise-of-asia.html

https://aipi.or.id/admin/assets/pdf/pdf_file/011014_belajar_dari_keajaiban_taiwanpdf_EPDJZ.pdf

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Akhyari Hananto lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Akhyari Hananto.

Terima kasih telah membaca sampai di sini