Sejarah Terasi : Dari Kerajaan Cirebon Hingga Dibawa Laksamana Cheng Ho

Sejarah Terasi : Dari Kerajaan Cirebon Hingga Dibawa Laksamana Cheng Ho
info gambar utama

Biasanya masyarakat di pulau Jawa menggunakan tambahan bumbu dalam masakannya, khususnya pada sambal, yaitu terasi. Dengan terasi, masakan atau sambal yang kita buat akan bertambah kenikmatannya. Namun siapa sangka terasi ternyata memiliki perjalanan sejarah yang cukup membuat kita kagum.

Sejarah itu bermula dari Raja pertama di Cirebon yaitu Pangeran Cakrabuana atau Mbah Kuwu Cirebon yang sering mencari udang rebon. Kemudian hasil dari tangkapan tersebut diolah menjadi terasi olehnya.

"Udang yang diolah menjadi terasi itu menjadi memiliki nilai lebih. Kepiawan Pangeran Cakrabuana membuat terasi menjadikan Cirebon diangkat menjadi Ketumenggungan," kata Opan Safari, Dosen IAIN Syekh Nurjati Cirebon yang dikutip dari Detik.com

sumber : beritahati
info gambar

Beliau juga menceritakan bahwa Pangeran Cakrabuana memiliki gelar sebagai Tumenggung Kelimangana di bawah kekuasaan kerajaan Padjajaran pada saat Cirebon menjadi Ketumenggungan. Pada saat itu Cirebon diwajibkan untuk membayar upeti.

Kerajaan Singhapura

Open safari juga mengatakan bahwa terasi sudah ada sejak zaman dulu, bahkan sejak zaman kerajaan Singhapura, sebuah kerajaan Melayu yang pernah berpusat di wilayah Temasek yang kini adalah pulau Singapura modern.

sumber : zetizen
info gambar

Pada tahun itu adalah tahun-tahun kejayaan dari terasi, saat Laksamana Cheng ho datang bersama dengan pasukan besarnya dari Tiongkok menuju kerajaan Singhapura. Selain menyebarkan agama Islam di Nusantara, cheng ho juga memiliki tujuan lain yaitu pertukaran komoditas dari Cirebon dan Tiongkok.

"Saat itu, Cheng Ho menyebarkan ilmu tentang kesyahbandaran, seperti mendirikan pelabuhan. Nah, uniknya Cheng Ho itu selalu membawa terasi saat pulang ke negerinya," kata Opan.

--

Sumber : detik

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini