Pemerintah mengklaim telah memastikan New Yogyakarta International Airport (NYIA) yang sedang dibangun akan memiliki sistem yang baik terhadap bencana alam, menjawab kekhawatiran para ahli bahwa bandara tersebut akan rentan terhadap gempa bumi dan tsunami.
Bandara baru di Kabupaten Kulon Progo terletak sekitar 400 meter dari garis pantai Samudera Hindia.
Menteri Transportasi Budi Karya Sumadi mengatakan di Yogyakarta baru-baru ini bahwa pemerintah telah melibatkan para ahli dari berbagai lembaga untuk mengembangkan sistem mitigasi bencana yang dapat menahan gempa berkekuatan 8,8 dan tsunami 12 meter.
”Kami telah menunjuk ahli dari Jepang, Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Universitas Gadjah Mada (UGM) dan kami telah mengukur bahwa dalam peristiwa tsunami besar, bandara ini akan masih ada. Kami sudah menyiapkan mitigasi [bencana],” katanya.
Dia mengatakan gedung terminal bandara dirancang cukup tinggi untuk menyediakan ruang yang aman bagi penumpang selama tsunami. Juga, pekerja Desember lalu mulai memasang bukit pasir buatan lima meter dan vegetasi lebat 300 meter dari pantai antara Pantai Glagah dan Pantai Congot yang dimaksudkan untuk mengurangi dampak gelombang.
Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo mengatakan langkah-langkah mitigasi bencana akan menelan biaya total Rp 100 miliar.
Sebelumnya, para ahli dalam sebuah diskusi di Yogyakarta mempertanyakan seberapa siap bandara baru itu terhadap bencana setelah kehancuran Palu dan kota-kota di Sulawesi Tengah dan Anyer di Banten baru-baru ini yang disebabkan oleh gempa bumi dan tsunami.
Para ahli memperingatkan tentang lima zona megathrust di bawah Samudra Hindia di Enggano, Selat Sunda, Jawa Barat bagian tengah, Jawa Timur, dan Sumba yang dapat menyebabkan gempa berkekuatan 8 atau lebih kuat dan tsunami.

Di zona megathrust, tepi dua lempeng tektonik bertemu, memaksa salah satunya untuk berada di bawah yang lain.
"Dari lima [megathrusts], gempa megathrust di Jawa Barat tengah dan Jawa Timur dapat mengakibatkan tsunami setinggi 10 hingga 15 meter yang dapat memengaruhi New Yogyakarta International Airport,” kata Widjo Kongko, seorang ahli tsunami di Asesmen dan Penerapan Teknologi Badan (BPPT).
Widjo mengatakan para ahli tsunami dan masyarakat belum diberi informasi dengan jelas tentang sistem mitigasi bencana bandara baru.
"Saya adalah ahli Tsunami dan masyarakat seharusnya tahu tentang studi desain konstruksi bangunan tersebut, ” dia bersikeras.

Sumber: Jakarta Post
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News