Batik Amerika dan Pembuka Jalan Karya-karya Indonesia

Batik Amerika dan Pembuka Jalan Karya-karya Indonesia
info gambar utama

Pagi itu saya menaiki taksi dari KBRI di Washington DC menuju ke Bethesda (sebuah county di negara bagian Maryland). Jaraknya tak terlalu jauh sebenarnya, tapi rasanya kok sering ketemu lampu merah. Untungnya, sang sopir ternyata sangat aktif mengajak bicara saya sepanjang jalan, dan ketika mengetahui bahwa saya orang Indonesia, kontan dia bertanya " Why didnt you wear your Batik?" tanyanya. Saya kaget ini orang kok ya kenal sama Batik dan Indonesia. Ternyata dia pernah dua kali ke Indonesia, dan dia sangat menyukai batik. Dalam dua kunjungannya, dia memborong batik. Alfred namanya, masih muda. Katanya dia keturunan Slowakia.

"Look at my hat..." katanya sambil membuka topinya. Saya baru tersadar, ternyata topi Alfred memang bermotif batik, dan menurutnya dia beli di Bali pada 2009. Saya kemudian berpikir, bahwa rasanya benar kalau saya bilang bahwa Batik kini sudah lumayan mendunia, dan rasanya sulit untuk mencari "lawan" batik, yang begitu banyak corak. Dan kok ya kebetulan, pagi harinya saya mendapatkan email dari seorang staff di KBRI Washington DC, dan mengatakan bahwa KBRI akan mengadakan kompetisi design Batik di Amerika Serikat yang dikemas dalam "American Batik Design Competition".

Saya sempat tweet, dan posting di website ini. Namun kemudian saya terlupa....dan pagi itu membaca Kompas.com, ternyata kompetisi berjalan lancar, dan pemenang bahkan sudah diumumkan. Saya sempat google dan inilah beberapa pemenangnya :

Lihatlah spirit budaya Amerika, yang tertuang dalam untaian batik Indonesia. Menarik. Saya setuju, batik bukan lagi hanya menjadi milik orang Indonesia, melainkan telah menjadi milik dunia. Kita sebaiknya tak perlu cemas orang lain mempelajari batik. Kita seharusnya seperti orang Inggris yang bangga dengan bahasa Inggris yang dipakai di seluruh dunia.

Tugas lainnya masih menanti. Setelah batik, sepertinya banyak karya atau produk Indonesia yang perlu diduniakan sehingga mata dunia makin tertuju ke Indonesia dan adiluhungnya budaya kita. Sejumlah karya, seperti rendang, kopi, nasi goreng, dan dangdut layak dibawa ke pentas dunia.

Saya kemudian melihat Alfred yang fokus mengendarai taksinya. Batik bisa menjadi pembuka jalan bagi karya-karya bangsa kita menembus hati orang-orang di seluruh dunia, seperti bagaimana dia membuat seorang Alfred beberapa kali datang ke Indonesia, meski katanya harus menabung cukup lama.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Akhyari Hananto lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Akhyari Hananto.

Terima kasih telah membaca sampai di sini