Perdagangan digital Indonesia diperkirakan akan menjadi dukungan terbesar bagi perekonomian negara pada tahun 2030, dengan membantu komoditas dan barang-barang manufaktur serta layanan untuk mendapatkan akses pasar online yang lebih besar.
Penelitian ini dilakukan bersama oleh AlphaBeta, Yayasan Hinrich, dan Centre for Strategic and International Studies (CSIS), berjudul Digital Komodo Dragon: Bagaimana Indonesia dapat menangkap peluang perdagangan digital di dalam dan luar negeri.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa perdagangan digital dapat menciptakan peluang senilai Rp 2,3 kuadriliun atau sebesar 172 miliar dolar Amerika baru untuk perekonomian domestik saja pada tahun 2030, setara dengan 9 persen dari produk domestik bruto Indonesia yang diproyeksikan, dari hanya Rp 125 triliun pada 2017.
Sektor-sektor yang dapat mengambil manfaat dari perdagangan digital termasuk pertanian dan makanan, pendidikan dan pelatihan, konsumen dan ritel, infrastruktur, sumber daya, layanan keuangan, manufaktur dan kesehatan.
Ekspor digital juga diharapkan tumbuh 768 persen menjadi Rp 240 triliun pada 2030 dari Rp 28 triliun pada 2017, jika Indonesia dan mitra dagangnya bersedia mengurangi hambatan perdagangan terkait dengan perdagangan digital.
"Perdagangan digital dapat membantu bisnis [...] mengidentifikasi dan memasuki pasar baru dengan mudah," ujar Genevieve Lim selaku rekan AlphaBeta, selama rilis laporan pada hari Selasa.
"Dahulu, identifikasi pasar mahal dan berisiko, tetapi sekarang, yang semua perusahaan harus lakukan adalah mendaftar melalui platform yang ada dan mulai menjual."
Sumber: Jakarta Post
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
