Suara dari Diaspora Indonesia untuk Pemilu 2019

Suara dari Diaspora Indonesia untuk Pemilu 2019
info gambar utama
  • Indonesian Diaspora Network-United (IDN-United) mengadakan jajak pendapat pada para diaspora Indonesia untuk mengetahui animo mereka di Pemilu 2019.
  • Jajak pendapat melibatkan 541 responden diaspora yang tersebar di 41 negara.
  • Hasilnya, para diaspora sangat antusias memberikan suara di Pemilu 2019, dan mereka juga menyuarakan keluhan-keluhan terkait kinerja pemerintah

Jelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 yang akan segera bergulir, Indonesian Diaspora Network–United (IDN-United) menggelar jajak pendapat bagi Warga Negara Indonesia (WNI) di luar negeri. Tujuannya untuk mengetahui animo dan aspirasi mereka terkait Pemilu 2019.

Jajak pendapat dari IDN-United secara keseluruhan melibatkan 541 responden diaspora yang tinggal di 41 negara (5 benua). Dari jumlah tersebut, diaspora Indonesia paling banyak berdomisili di Amerika Serikat (155 orang) dan Uni Emirat Arab (120 orang), disusul Inggris (41), Singapura (36), Australia (33), Malaysia (20), Kanada (17), Belanda (16), Taiwan (13), dan Jerman (11).

Survey yang berlangsung selama 12 November 2018 sampai 31 Januari 2019 ini disebar secara daring melalui milis, jejaring online, buletin berkala, dan media sosial IDN-United maupun mitra organisasi. Pertanyaan survey dipastikan bersifat netral (tidak bias) dan relevan.

Setelah data terkumpul, diketahui bahwa animo diaspora terkait Pemilu 2019 cukup tinggi. Ini terlihat dari temuan-temuan yang terlampir di siaran pers IDN-United, sesuai yang diterima GNFI.

  1. Lebih dari 2/3 responden mengatakan “akan memilih” pada Pemilu 2019.
  2. Korupsi, hoaks, dan penegakan hukum dan HAM adalah tiga isu yang paling disorot oleh para responden.
  3. 60% responden mengaku “tidak mengetahui” perwakilan mereka di DPR (dapil luar negeri) saat ini, dan 19% responden mengatakan “kurang mengetahui”.
  4. 56% responden mengaku “tidak mengetahui” calon perwakilan mereka di DPR (dapil luar negeri), dan 29% mengatakan “kurang mengetahui”.
  5. Media sosial, melalui PPLN, dan media online adalah tiga cara utama para responden mengetahui calon anggota legislatif pada Pemilu 2019.
  6. Rekam jejak, visi-misi, dan kepribadiaan calon anggota legislatif adalah tiga faktor terpenting bagi para responden dalam menentukan pilihan mereka untuk calon legislatif pada Pemilu. 2019 - mengalahkan partai pengusung dan kesamaan latar belakang (asal, suku, agama, dsb.)
  7. Visi-misi, rekam jejak, dan kepribadiaan calon presiden adalah tiga faktor terpenting bagi responden dalam menentukan pilihan mereka untuk calon presiden pada pemilu 2019 - mengalahkan partai pengusung, hasil debat calon presiden, dan kesamaan latar belakang (asal, suku, agama, dsb.)
  8. Perlindungan hukum terhadap WNI di luar negeri dan pelayanan konsuler yang lebih baik, serta aspirasi dwi-kewarganegaraan adalah tiga aspirasi utama para responden terhadap presiden dan anggota DPR terpilih lewat Pemilu 2019.

Selain itu, diaspora Indonesia juga menyuarakan keluhan terkait minimnya informasi dan sosialisasi tentang calon legislatif (caleg). Sebagian juga mengeluhkan kurangnya sosialisasi terkait Pemilu 2019.

“Kesaktian” paspor Indonesia juga menjadi perhatian para diaspora Indonesia, agar bisa mendapat fasilitas bebas visa di lebih banyak negara. Terakhir, diaspora Indonesia juga meminta pemerintah meninjau kembali kebijakan bebas visa pada negara-negara yang tidak memberikan asas resiprokal pada Indonesia.

“Kami berharap hasil dari survei ini dapat digunakan sebaik-baiknya sebagai masukan perbaikan bagi pihak-pihak terkait dan bukan untuk bahan saling serang atau kritik,” ujar presiden IDN-United, Herry Utomo.**

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini