Belajar Matematika Lewat Desain Baju

Belajar Matematika Lewat Desain Baju
info gambar utama
  • Seorang guru di SD 001 Balikpapan membuat inovasi dalam mata pelajaran matematika.
  • Beliau menerapkan desain baju sebagai medium pembelajaran, agar siswa tertarik mempelajarinya.
  • Inovasi ini merupakan buah pikiran dari metode MIKIR yang dikembangkan Tanoto Foundation.

Metode pembelajaran MIKIR (Mengalami, Interaksi, Komunikasi, dan Refleksi) yang digagas program PINTAR Tanoto Foundation, terus mengalami perkembangan. Terbaru, seorang guru di SD 001 Balikpapan menerapkan mata pelajaran matematika ke desain fesyen.

Ibu Tri Indriyanti namanya, dan beliau adalah guru kelas dua SD 001 Balikpapan. Bu Indri menemukan inovasi agar para murid tertarik mempelajari matematika, caranya dengan mendesain baju.

Langkah pertama, bu Indri menyuruh anak-anak membawa alat ukur sendiri, dan membuat desain baju sesuai kelompok. Alat ukur yang dibawa boleh berupa apapun, seperti alat ukur baju (penggaris, meteran roll, meteran bahan, dan alat ukur tidak baku seperti tali rafia contohnya.

“Jadi tidak lagi mengerjakan soal di buku. Dengan alat ukur tersebut, mereka diberi pengalaman langsung mengukur baju dan mendisain baju temannya,” terang Bu Indri, panggilan akrabnya.

Suasana belajar di kelas Bu Indri | Foto: Tanoto Foundation
info gambar

Setiap kelompok siswa di kelas tersebut rata-rata terdiri dari empat orang. Sebelum meminta anak-anak mendesain baju, Bu Indri memberi mereka lembar kerja yang isinya meminta para siswa mengukur baju teman-temannya dalam satu kelompok: tinggi badan, lingkar kepala, panjang lengan, panjang lingkar pinggang, panjang celana atau rok, dan lain-lain.

Setelah selesai mengisi lembar kerja, mereka juga diberi pertanyaan lanjutan. Siapakah yang paling tinggi di kelompok kalian? Mereka juga diminta mengurutkan nama-nama temannya yang paling panjang celananya.

Usai kerja kelompok, sebagai tugas Individu, siswa diminta menjawab pertanyaan sebagai berikut: Jika kalian menjadi desainer fesyen, siapakah temanmu yang membutuhkan paling banyak kain? Berikan alasan!

Dengan pertanyaan tersebut, setiap anak memberikan ukuran angka-angka. Misalnya panjang lengan 55 cm, lingkar pinggang 62 cm, dan seterusnya.

Hasil tugas yang diberikan Bu Indri ke anak didiknya | Foto: Tanoto Foundation
info gambar

Di akhir mata pelajaran, Bu Indri meminta siswa menggambar desain baju temannya yang paling tinggi tersebut berdasarkan ukuran-ukuran yang telah ditulisnya. Masing-masing siswa berlomba-lomba mendesain baju.

“Ternyata hasilnya tidak terduga sama sekali. Dengan saya bebaskan mereka menggambar sesuai dengan desain sendiri, untuk kelas dua, kreasi mereka sangat memuaskan,” ucap Bu Indri dengan nada terkejut.

Tanggapan para siswa/siswi di metode pembelajaran ini juga sangat positif. Adilla Fildzah Putri Diawan misalnya, yang setelah selesai melakukan tugas merasa bisa jadi perancang busana.**

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini