Gerakan "1 Juta Boneka" untuk Anak-anak Korban Gempa

Gerakan "1 Juta Boneka" untuk Anak-anak Korban Gempa
info gambar utama

Tidak kurang dari 15-an lebih organisasi madani dan perlindungan anak yang ada di SAI- Sahabat Anak Indonesia seperti Klinik Digital Vokasi Komunikasi UI, LPAI, Yayasan Koalisi Anak Madani Indonesia (KAMI), Jefri Nichol Fans Club, Sahabat Yatim Indonesia, Kementerian Sosial, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Alumni SMA 35 Jakarta, Alumni SMAN 35 Jakarta, Paud Igra, Forum Paud sampai pihak Mayora dan CT ARSA ikut berpartisipasi dan menjadi salah satu tempat penerimaan (drop box) atas donasi Gerakan 1 Juta Boneka untuk Senyum Anak Indonesia.

Kegiatan pengumpulan boneka dan mainan telah berlangsung 3 bulan. Mereka menyerahkan sumbangan boneka dan mainan anak kepada anak korban bencana di Banten serta 50-an Paud dan TK se-Banten, yang diadakan di SDN Kadumerak 01 Pandeglang, Minggu (11/2) bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Kak Seto dan Kak Jefri Nichol.

Foto: Medianews.com
info gambar

“Luarbiasa dan saya 1000% mensupport donasi boneka atau mainan baru malah tidak sedikit boneka kesayangan sejuta cinta direlakan dan ikhlas untuk saudaranya yang mengalami bencana,” tutur Seto Mulyadi, yang merupakan tokoh International Perlindungan Anak, dikutip Kompas.com.

Boneka dan mainan telah lama dikenal dalam dunia akademik sebagai salah satu metode terapi yang strategis untuk membantu manusia khususnya anak melewati masa-masa sulit akibat berbagai trauma seperti perceraian, pertengkaran, kehilangan orang tua akibat bencana dan sebagainya.

“Gerakan 1 juta ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa anak-anak korban bencana mendapatkan perhatian terkait penguatan psikologi mereka untuk menghadapi kehidupan pasca bencana. Bantuan pertama akan kami tujukan bagi anak-anak korban Tsunami di Selat Sunda, “ ujar Hoky Soegiharto, Sekjen KAMI dalam pernyataannya.

Foto: medianews.com
info gambar

Menurut Devie Rahmawati, Ketua Program Studi Vokasi Komunikasi UI, boneka dan mainan anak merupakan pendekatan yang menyediakan ruang untuk anak merekonstruksi trauma yang dialami.

Ketika seorang anak tidak mampu mengungkapkan kepenatan yang dialami, melalui mainan, mereka dapat berkomunikasi dengan orang lain, menggunakan bahasa yang menyenangkan untuk mentransfer kegelisahan mereka.

“Karakter mainan yang multiguna karena mampu menjadi alat rekreasi, edukasi sekaligus terapi bagi anaklah yang mendorong banyak organisasi mendukung kegiatan ini. Kami sangat mengharapkan masyarakat dari seluruh kalangan dapat berpartisipasi,” tutup Devie.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Indah Gilang Pusparani lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Indah Gilang Pusparani.

Terima kasih telah membaca sampai di sini