Melihat Lagi Indeks Kota Toleran di Indonesia 2018

Melihat Lagi Indeks Kota Toleran di Indonesia 2018
info gambar utama

Sebagai negara yang terdiri dari ragam latar belakang budaya rasanya sudah sewajarnya jika kita memiliki tingkat toleransi yang tinggi terhadap perbedaan. Namun sayangnya, bukan sebuah good news tapi merupakan sebuah fakta, semakin kesini semakin banyak sikap ketidak-toleransian yang menjadi viral.

Karena banyak dari sikap ketidak-toleransian tersebut yang menjadi viral semakin banyak yang berpikiran bahwa toleransi sudah hilang di negara ini. Padahal, banyak juga atau mungkin lebih banyak yang masih memegang teguh toleransi sebagai value dalam dirinya masing-masing. Hanya saja tidak banyak berita-berita baik tersebut yang tersebarkan dengan baik.

Oleh karena itu tidak banyak yang sadar bahwa toleransi sesungguhnya masih hidup di sela-sela terpaan isu ketidak-toleransian yang viral tersebut.

Sebuah organisasi yang mempromosikan pluralisme, SETARA Institute, mengeluarkan daftar indeks kota toleran tahunan yang dirilis setiap bulan terakhir dalam satu tahun.

Diakui oleh Hendardi selaku ketua dari SETARA Institute, tujuan dari penetapan indeks tersebut antara lain untuk mempromosikan kota-kota yang dianggap berhasil membangun dan mengembangkan toleransi di wilayahnya masing-masing sehingga dapat memicu bagi kota lainnya untuk bergegas mengikuti, membangun, dan mengembangkan toleransi di wilayahnya.

Untuk tahun 2018, indeks ini sudah keluar di bulan Desember tahun 2018 lalu. Mungkin sudah banyak juga yang melihatnya, namun tidak ada salahnya untuk kembali mengingatkan sekaligus menjadi apresiasi bagi kota-kota yang memegang titel tersebut.

Atraksi tatung dalam festival Cap Go Meh Singkawang, Selasa (19/2) | Foto: Hi!Pontianak
info gambar

Di tahun 2018 kota Singkawang menjadi kota yang paling toleran di Indonesia dengan skor tertinggi sebesar 6,513 dari skala penilaian 1-7.

Kota Singkawang dinilai mempunyai beberapa atribut yang mendukung penobatan kota paling toleran se-Indonesia yaitu diantaranya pemerintah kota punya regulasi yang kondusif bagi praktik dan promosi toleransi, baik dalam bentuk perencanaan maupun pelaksanaan, serta di Singkawang sendiri tingkat peristiwa dan tindakan pelanggaran kebebasan beragama/berkeyakinan rendah atau tidak ada sama sekali.

Menurut saya pribadi, salah satu sikap toleransi nyata yang ada di Singkawang terletak pada fakta dimana kota ini dipimpin oleh seorang perempuan berdarah Tionghoa. Walikota Tjhai Chui Mie terpilih bukan karena masyarakat tidak memiliki pilihan lain, jumlah kandidat pada periode tersebut adalah 4 pasang calon yang terdiri dari 2 calon Walikota yang merupakan berdarah Tionghoa dan 2 calon Walikota yang tidak berdarah Tionghoa. Hal tersebut membuktikan bahwa masyarakat Singkawang memilih berdasarkan objektifitas (apa yang bisa dibawa oleh calon pemimpin untuk kota-nya) bukan berdasarkan subjektifitas (siapa calonnya). Sekali lagi, ini adalah pendapat saya pribadi berdasarkan analisa pribadi terhadap fakta yang terjadi di lapangan. Tidak ada hubungannya dengan politik, saya melihat sisi humanis sisi hubungan sosial dan budayanya.

Kajian dan indexing Indeks Kota Toleran (IKT) 2018 dilakukan terhadap 94 kota di Indonesia dalam hal isu promosi dan praktek toleransi yang dilakukan oleh pemerintah kota masing-masing.

Berikut daftar lengkap 10 kota paling toleran di Indonesia di tahun 2018 sesuai urutan:

  1. Kota Singkawang (6,153)
  2. Kota Salatiga (6,477)
  3. Pematang Siantar (6,280)
  4. Manado (6.030)
  5. Ambon (5,960)
  6. Bekasi (5,890)
  7. Kupang (5,857)
  8. Tomohon (5,833)
  9. Binjai (5,830)
  10. Surabaya (5,823)

Dikutip dari kompas.com Tjhai Chui Mie, Walikota Singkawang yang berdarah Tionghoa menyebutkan bahwa prestasi tersebut dapat diraih berkat keberhasilan tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, dan seluruh masyarakat Kota Singkawang, Kalimantan Barat dalam menjaga dan menjalin hubungan baik antarumat beragama yang mana ia menyatakan apresiasi setinggi-tingginya terhadap mereka.

"Tingkatkan terus komunikasi yang sudah baik ini dan perlu dijaga serta dipertahankan. Tentu peran Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) Kota Singkawang yang juga berperan penting dalam meraih prestasi ini," ujar Tjhai Chui Mie.

12 Replika Naga Bulan Awali Ritual Buka Mata Naga di Singkawang | Sumber: Lelemuku
info gambar

Selain itu, sang Wakil Walikota, Irwan juga turut menjelaskan bahwa untuk mewujudkan lingkungan yang penuh toleransi, semua lapisan harus bergerak dan aspirasinya sama pentingnya. Apa yang berlaku di Singkawang ialah hadirnya FKUB, komunitas pemuda lintas agama, bahkan komunitas anak-anak. Pesan toleransi-pun diakui Irwan bisa disampaikan melalui beragam media, salah satunya musik.

"Engga harus oleh orang tua. Bahkan anak paud bisa menyampaikan pesan toleransi disana. Artinya dari anak kecil itu mengingatkan kembali pesan ini tidak harus kita yang senior, atau pemerintah, coba diberi ruang seluas-luasnya. Ruang ekspresi kita buka seluas-luasnya. Kita cenderung ya lewat anak muda ini, lewat musik, pemuda, bukan (bermaksud) mengabaikan yang tua, tidak,” jelas Irwan.

Bahwasanya Indonesia adalah bangsa yang majemuk, maka tanggung jawab kita sebagai anggota masyarakatnya untuk menjaga kemajemukan tersebut sebagai kebanggaan kita, bukan sesuatu yang memecah belah kita.

Have faith in Indonesia.


Sumber: SETARA Institute | Kompas | Kompasiana

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini