Argo Bromo Anggrek, Sang Legenda yang Enggan Tua

Argo Bromo Anggrek, Sang Legenda yang Enggan Tua
info gambar utama
  • Argo Bromo Anggrek termasuk KA cepat angkatan pertama yang diluncurkan PT. KAI.
  • Kereta ini menempuh jarak terjauh di pulau Jawa (Jakarta-Surabaya PP), dengan waktu tercepat. Hanya 9 jam saja.
  • Walau dikategorikan kereta legenda, tapi KA Argo Bromo Anggrek masih sanggup berlari kencang layaknya anak muda.

Usia boleh tua, status boleh legenda, tapi performa masih bak anak muda. Dengan label sebagai cikal bakal kereta api kelas eksekutif pertama di Indonesia, Argo Bromo Anggrek dengan lincahnya berlari sampai 100 Km/jam, dan menjadi kereta api dengan jarak tempuh terjauh dengan waktu tercepat di pulau Jawa.

Rute yang dilahap Argo Bromo Anggrek adalah Jakarta Gambir (GMR) – Surabaya pasar Turi (SBI), sejauh 725 Km dan dapat ditempuh dengan waktu hanya 9 jam! Sebagai perbandingan, kereta api eksekutif lainnya butuh waktu 11-15 jam untuk menyelesaikan rute itu.

Cepatnya waktu tempuh yang dicatatkan Argo Bromo Anggrek lantaran kereta api ini ditarik oleh lokomotif CC 206, yang kecepatan maksimalnya mencapai 120 Km/jam. Selain itu adanya jalur ganda (double track) di jalur Pantura yang dilewati juga sangat membantu dalam mempersingkat waktu tempuh Jakarta-Surabaya via jalur darat.

Pun dengan stasiun pemberhentian yang hanya 3-5, membuat perjalanan Argo Bromo Anggrek terasa sangat singkat. Jika berangkat dari Gambir, kereta api ini berhenti di stasiun Cirebon, Pekalongan (khusus kereta pagi), Semarang Tawang, dan Pasar Turi. Kemudian apabila meluncur dari Surabaya, stasiun yang disinggahi adalah Semarang Tawang, Cirebon, Jatinegara, dan Gambir.

Embrio kereta cepat di Indonesia

Argo Bromo Anggrek menjadi awal kisah eksistensi kereta api berkecepatan tinggi di Bumi Pertiwi. Cerita bermula ketika kereta api Argo Bromo JS-950 diluncurkan tanggal 31 Juli 1995. JS-950 sendiri memiliki arti Jakarta-Surabaya, ditempuh selama 9 jam pada HUT RI yang ke-50.

Istilah tersebut diambil lantaran KA Argo Bromo diluncurkan tepat di HUT RI yang ke-50, berbarengan dengan peluncuran Argo Gede. Keduanya adalah dua kereta jenis argo pertama di Indonesia.

Pada zamannya, KA Argo Bromo adalah yang tercanggih di Indonesia. Kereta api ini rangkaiannya memakai bogie K9 yang terkenal nyaman dan bersuspensi udara. Selain itu ada pula pintu otomatis di gerbong kereta, dan toilet Go-Green dengan kotak penampung agar limbah kotoran tidak langsung dibuang di rel.

Akan tetapi dikarenakan minimnya perawatan yang dilakukan, fasilitas-fasilitas mewah ini perlahan berganti lagi sesuai kelas eksekutif biasa. Hingga akhirnya, KA Argo Bromo Anggrek muncul sebagai Argo Bromo generasi kedua, dan tetap menjadi kereta api kebanggaan DAOP VIII Surabaya.

Di awal masa operasionalnya, KA Argo Bromo Anggrek sempat melaju bersama saudara tuanya, KA Argo Bromo atau JS-950. Lalu seiring kebijakan yang dikeluarkan PT. KAI, akhirnya nama Argo Bromo Anggrek yang dipakai seterusnya, sedangkan rangkaian kereta JS-950 diberikan ke KA Bima.

Tahun demi tahun berlalu, KA Argo Bromo Anggrek terus mengalami perkembangan. Walau di usia yang terus bertambah, peremajaan terus dilakukan dengan perawatan-perawatan intensif. Ini membuat KA Bromo Anggrek tetap nyaman ditunggangi, walau interior beberapa gerbongnya masih bernuansa lawas dengan jendela panjang dan tirai geser.

Interior KA Argo Bromo Anggrek 4 GMR-SBI | Foto: Aditya Jaya/GNFI
info gambar

KAI pun tak ketinggalan untuk melakukan inovasi di KA Bromo Anggrek. Terbaru, tahun lalu diluncurkan kelas eksekutif luxury, dan KA Argo Bromo Anggrek adalah yang pertama menggunakannya. Kelas ini berada di atas eksekutif, dengan kursi sleeper yang bisa dipakai untuk posisi tidur, dengan kemewahan pelayanan mirip kelas bisnis di pesawat.

Sang legenda memang benar-benar enggan tua. Ia ingin selalu awet muda, demi memberi pelayanan terbaik pada para pelanggan kereta api Indonesia.


Sumber: Railfansid

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini