Boso Suroboyoan : Bahasa Jawa dengan Keunikan Jawa Timur

Boso Suroboyoan : Bahasa Jawa dengan Keunikan Jawa Timur
info gambar utama

“Koen wis mangan ta?” (Kamu sudah makan?)

“Wis kok, awakmu wis?” (Sudah, kamu sudah?)

“wis mau” (Sudah tadi)

Dari percakapan di atas, mungkin banyak orang menebak percakapan tersebut menggunakan Bahasa Jawa. Apalagi jika kawan sedang berada di Surabaya. Namun ternyata, bahasa tersebut bukan sekedar bahasa Jawa seperti di Jawa Tengah (Solo, Semarang), DIY Yogyakarta, dan kota-kota lainnya di Pulau Jawa. Lebih dari itu, dialek ini bisa dikatakan memiliki keunikan dan spesial dari bahasa Jawa lainnya.

Dialek Arekan atau dikenal juga sebagai bahasa Arekan (menurut wikipedia) atau bahasa Suroboyoan adalah sebuah dialek bahasa Jawa yang diucapkan di Surabaya dan sekitarnya (Gresik, Sidoarjo, hingga Malang). Dialek ini berkembang dan digunakan oleh sebagian masyarakat Surabaya dan sekitarnya.

Secara tingkatan bahasa jawa, bahasa Suroboyoan bisa dikatakan sebagai bahasa paling kasar. Namun banyak diantara masyarakat Surabaya yang mencampurkan dengan bahasa jawa halus (madya sampai krama) ketika berbicara dengan orang yang lebih tua, hal ini juga sebagai bentuk penghormatan mereka.

Tidak ada kejelasan pada batas wilayah penggunaan dialek suroboyoan ini, karena masyarakat Surabaya yang sering berpindah-pindah. Contohnya pada masa lalu banyak warna Surabaya yang berpindah ke Sidoarjo untuk tempat tinggal, karena diperkirakan Surabaya akan menjadi kota perkantoran.

Wilayah Selatan : Perak, Jombang.

Wilayah Perak Utara masih banyak menggunakan Dialek Surabaya, sementara Perak Selatan kebanyakan telah menggunakan Dialek Kulonan.

Malang : Sebagian besar penduduk kabupaten dan kota Malang menggunakan bahasa Suroboyoan, namun mereka memiliki bahasa yang unik yaitu boso walikan.

Wilayah Utara

Madura : Beberapa orang Madura menggunakan dialek suroboyoan secara aktif, namun ada juga yang mencampurnya dengan kosakata bahasa Madura.

Wilayah Barat

Gresik, Lamongan, Tuban dan sebagian Bojonegoro.

Wilayah Timur

Pasuruan, Lumajang, Banyuwangi. Namun sebagian besar mencampur dengan kosakata bahasa Madura, dan memiliki kosatasa sendiri.

Partikel khusus yang digunakan

Masyarakat Surabaya biasa menggunakan kata “Arek” sebagai pengganti kata “bocah” atau menggunakan kata “rek” untuk memanggil kawan. Contohnya : “Arek cilik iki podo nakal-nakal” (bocah ini pada bandel semua) atau “Rek, ayo mangan!” (Rek, ayo makan!)

Selain kata Arek, kata “Seh” (e dibaca seperti “sate”) juga sering dipakai pada sebuah kalimat. Contohnya : “Kok isok seh?” (kok bisa sih?”

Orang surabaya juga menggunakan huruf “i” menjadi “e”, seperti : titip menjadi tetep (e dibaca seperti “sate”) dan “u” menjadi “o”, seperti : tutup menjadi totop (o dibaca seperti “soto”). Namun berbeda dengan kata “Iyo” yang artinya “iya” dan “iso” untuk “bisa”, o dibaca seperti “orang”.

--

Sumber : Wikipedia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini