Atasi Krisis Akses Air dan Sanitasi Melalui Kredit Mikro dari Lembaga Keuangan

Atasi Krisis Akses Air dan Sanitasi Melalui Kredit Mikro dari Lembaga Keuangan
info gambar utama

Ketersediaan air bersih yang belum merata di Indonesia masih menjadi isu penting yang melibatkan banyak pihak. Kemudahan akses terhadap air bersih dipercaya sebagai salah satu cara memutus mata rantai kemiskinan serta menjaga rantai kehidupan.

Meski dalam 20 tahun terakhir tingkat pendapatan dan ekonomi di Indonesia meningkat, namun dari 255 juta penduduk, lebih dari 33.4 juta penduduk kekurangan air bersih dan 99,7 juta kekurangan akses ke fasilitas sanitasi yang baik.

pembangunan cadangan air yang dibangun warga

Kebutuhan sumber daya dan pembiayaan yang besar untuk pembangunan dan pengembangan akses air bersih dan sanitasi. Menurut data dari Kementerian PUPR, sampai akhir 2018 masyarakat yang mendapatkan layanan air minum dan sanitasi yang baik baru sekitar 72 persen. Untuk itu pemerintah gencar berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk bisa memenuhi target yang telah ditetapkan.

Kepala Satuan Kerja Pengembangan Air Minum Berbasis Masyarakat, Direktorat Pegembangan Sistem Penyediaan Air Mimum, Dirjen Cipta Karya, Kementerian PUPR, Abdul Hakam, ST. MM mengatakan,

”Peningkatkan dan mengembangkan pelayanan Kelompok SPAMS pedesaan diharapkan mampu melengkapi investasi pemerintah pada sektor air dan sanitasi di perdesaan dengan menggerakkan Kelompok SPAMS Pedesaan agar lebih berkelanjutan dan mampu mendapat pembiayaan komersil dari lembaga keuangan guna memperluas cakupan pelayananya”.

Pada Desember 2017, KPSPAMS Jolotundo mengikuti program water credit dan mendapat pembiayaan sebesar Rp 50 juta, yang diberikan oleh Bank Boyolali. Dana tersebut digunakan untuk melakukan pengeboran sumur air tanah dalam tambahan serta membangun jaringan pipa distribusi baru. Hingga Oktober 2018, program ini berhasil meningkatkan pelayanan kepada 45 sambungan rumah (SR) baru.

Pada 5–6 Maret 2019, water.org dan Danone-AQUA melakukan kunjungan ke KPSPAMS Jolotundo di Desa Juwangi, Boyolali, Jawa Tengah yang merupakan salah satu kelompok dampingan yang mengikuti program ini.

Dalam kesempatan itu, Agus Kepala Desa Juwangi mengisahkan sebelum ada program water credit, masyarakat harus menempuh jarak 5-20 Km untuk mendapatkan air bersih dari mata air Jolotundo. Selain itu, kurangnya sanitasi menyebabkan masyarakat sering terjangkit diare.

“Di Juwangi ini, banyak titik mata air tapi jauh dari jangkauan masyarakat. Dengan adanya program dari water credit ini, sekarang kebutuhan air masyarakat tercukupi, tidak ada lagi yang BAB (buang air besar) di hutan karena sudah memiliki MCK (mandi cuci kakus) di rumah masing-masing,” ujar Agus.

Untuk mendukung tercapainya target pemerintah dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 dalam mencapai akses universal 100-0-100, Danone-AQUA berkolaborasi dengan water.org mengembangkan inovasi peningkatan akses air dan sanitasi melalui kredit mikro dari lembaga keuangan (Water Credit). Inisiatif ini sekaligus mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) terkait air dan sanitasi pada 2030.

Kolaborasi ini dijalankan dengan skema WaterCredit yang dipelopori oleh water.org. Skema ini mendorong lembaga keuangan mikro untuk mengembangkan dan meluncurkan produk keuangan dalam pembangunan air dan sanitasi.

Produk keuangan berupa pinjaman ini ditujukan bagi Kelompok Pengelola Sistem Penyediaan Air Minum (KPSPAM) agar dapat mengembangkan cakupan layanan air bersih dan sanitasi di daerah mereka.

Sejak dimulainya program pada 2014, sebanyak 22 lembaga keuangan mikro dengan dukungan dari water.org telah memberikan manfaat kepada 476.000 jiwa dalam mengakses air dan sanitasi.

Melalui inovasi skema tersebut, water.org dan Danone-AQUA menargetkan dampak yang lebih besar melalui solusi keuangan yang berkelanjutan dengan memberdayakan Kelompok SPAMS Pedesaan.

water.org dan Danone-AQUA juga melakukan pendampingan kepada Lembaga Keuangan agar dapat membuat produk kredit air dan sanitasi serta membangun kapasitas kelompok SPAMS Pedesaan agar bankable dan layak mendapat pinjaman.

Sejak diluncurkan pada tahun 2016, kerja sama ini telah berjalan di Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan melibatkan 3 lembaga keuangan yang telah menyalurkan pinjaman bagi 18 Kelompok SPAMS di 18 Desa.


Sumber: water.org

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

MZ
AI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini