Kedai Kopi Ala Mahasiswa Ini Ajak Konsumen Tolak Sedotan Plastik

Kedai Kopi Ala Mahasiswa Ini Ajak Konsumen Tolak Sedotan Plastik
info gambar utama

Polusi sampah plastik telah menjadi perhatian masyarakat global. Berbagai elemen masyarakat, lembaga pemerintah, dan kalangan bisnis beramai-ramai mengambil tindakan.

Salah satunya adalah dengan mengurangi pemakaian sedotan plastik atau lebih dikenal dengan #NoStrawMovement. Gerakan ini pun turut didukung oleh Skip, sebuah kedai kopi rintisan mahasiswa President University yang beroperasi di Cikarang.

Hari Syafar, salah satu pemilik Skip, mengungkapkan bahwa kedai kopinya mulai mengurangi penggunaan sedotan plastik. Selain karena faktor dampak lingkungan, ia menyebut bahwa gerakan ini pelan-pelan akan menjadi gaya hidup di masa yang akan datang.

“Seperti yang kita tahu, plastik sangat sulit terurai. No straw itu akan menjadi lifestyke ke depannya dan ada peluang bisnis juga di situ. Ke depan kami akan menjual sedotan stainless, bambu, dan kami juga coba mencari (sedotan) berbahan rumput laut, sekali pakai dan bisa langsung dimakan,” cerita Hari saat ditemui di kantin President University, Jumat (25/1).

Meskipun niatnya baik, menurut Hari, nyatanya tidak semua konsumen menyadari pentingnya gerakan mengurangi pemakaian plastik ini.

“Ada juga (konsumen) yang menganggap itu konyol, menganggap hanya alasan agar tidak keluar budget lagi. Tetapi ada juga yang mendukung, lebih banyak yang mendukung,” lanjutnya.

Bisnis rintisan kedai kopi Skip digagas oleh lima mahasiswa President University dengan latar jurusan yang berbeda pada 19 Februari 2018.

Prata Praudy Alif Muhammad berasal dari jurusan Hubungan Internasional dan Fadlan Abdullah dari Manajemen. Para pemilik lainnya yakni Farhan Alfaridzi, Sigit Naufal Pramadyatmo, dan Hari Syafar berasal dari jurusan Ilmu Komunikasi.

Sebagian pemilik sekaligus kru kedai kopi 'Skip' yang beroperasi di Cikarang (Foto: Mohammad Shihab).
info gambar

Walaupun baru beranjak satu tahun, omzet rata-rata kedai kopi Skip sudah mencapai 30 juta per bulan. Padahal, modal membeli bahan saat akan berjalan terhitung kecil.

“Modal awalnya 400 ribu, benar-benar 400 ribu. Kalau aset kami sudah punya duluan. Kenapa Alif dikatakan sebagai founder karena dia yang sudah menyiapkan peralatannya dari awal. Modal awal beli bahan itu hanya 400 ribu untuk kopi dan Thai Tea.”

Saat ini, kedai kopi Skip menyediakan kopi dan Thai Tea. Ke depan, mereka berencana menggabungkan model bisnisnya dengan kampanye sosial. Dengan kopi sebagai batu loncatan, Skip berharap bisa merambah produk-produk lainnya.

“Proyek ke depan kami akan menjual tumbler. Jadi setiap orang yang menggunakan tumbler kita akan mendapat potongan harga,” tutupnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

MS
YF
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini