Lahan Kritis Itu Kini jadi Kebun Buah dan Sedot Wisatawan

Lahan Kritis Itu Kini jadi Kebun Buah dan Sedot Wisatawan
info gambar utama
  • Kebun Buah Mangunan, kini jadi salah satu sasaran wisatawan menikmati keindahan alam. Ceritanya, dulu, kawasan ini adalah lahan kritis dan rawan longsor. Disulap, dengan menanam beragam buah-buahan dan berbagai sarana
  • Kebun ini berada di bawah Dinas Pertanian Pangan Kelautan dan Perikanan Bantul. Ia mulai dirintis pemerintah, sejak 2003, dan resmi pada 2010 oleh Bupati Bantul. Melihat kondisi lahan kritis, pemerintah Bantul, kemudian mengembangkan konsep pertanian terpadu. Tujuannya, konservasi lahan sekaligus meningkatkan pendapatan petani
  • Jarak dari Yogyakarta, sekitar 23 kilometer. Dari tempat terbaik di ujung tebing bukit itulah foto-foto panorama alam menyebar di media sosial. Banyak anak muda berswafoto dengan latar belakang awan putih. Seolah-olah mereka berada di puncak gunung yang melebihi tingginya awan
  • Kebun Mangunan, mengembangbiakkan ternak sapi, penangkaran rusa Timor–bekerja sama dengan BKSDA Yogyakarta–, dan kolam ikan. Sayuran organik, pengunjung bisa melihat penanaman sayuran ramah lingkungan dan berbagai fasilitas antara lain, aula tertutup, pendopo, gazebo, sampai camping ground. Ada lintasan downhill menantang sampai kolam pemancingan, dan arena outbound. Tiket masuk, hanya Rp5.000.

Awan tipis mulai menghilang dari Perbukitan Mangir. Kini, kelokan Sungai Oyo, terlihat jelas, mengular hingga lenyap ditelan perbukitan hijau di sebelah selatan. Nun jauh di sana samudera Indonesia, berada.

Beberapa pengunjung mulai meninggalkan tempat terbaik melihat awan putih yang menyelimuti hamparan bukit. Pengunjung yang baru datang masih bisa menyaksikan keindahan bentang alam Mangunan, tanpa awan. Tempatnya, tak jauh dari puncak Kebun Buah Mangunan.

Awan putih akan muncul sebelum matahari terbit dan mulai menghilang ketika matahari naik hingga sekitar 30 derajat. Jadi, sebaiknya pengunjung datang lebih pagi kalau harus menempuh perjalanan dari Yogyakarta, sekitar 23 kilometer. Awan yang terlihat sebenarnya adalah kabut yang menyelimuti bukit, ngarai, dan liukan Sungai Oyo.

Dari tempat terbaik di ujung tebing bukit itulah foto-foto panorama alam menyebar di media sosial. Banyak anak muda berswafoto dengan latar belakang awan putih. Seolah-olah mereka berada di puncak gunung yang melebihi tingginya awan.

Rujiyanti, petugas pengelola Kebun Buah Mangunan, mengatakan, pengunjung sudah mendatangi kebun sejak subuh. Mereka berharap, bisa menyaksikan matahari terbit, dengan pemandangan hamparan awan putih yang memanjakan mata itu.

“Akhir pekan atau hari libur tambah ramai. Mereka banyak juga dari luar kota, agar melihat sunrise bisa menginap di sini, atau homestay di sekitar sini juga banyak,” katanya.

Pintu masuk Kebun Buah Mangunan. Tiket masuk hanya Rp5.000 | Foto: Nuswantoro/ Mongabay Indonesia
info gambar

Lahan kritis

Siapa sangka Kebun Buah Mangunan, terletak di Desa Mangunan, Kecamatan Dlingo, Bantul ini, dulu lahan kritis. Saat itu, sebagian tanah terbuka dan berpotensi longsor. Kebun menempati lahan sekitar 23 hektar, berada di ketinggian 200 meter di atas permukaan laut. Lahan sebagian tanah kas desa dan tanah sewa, dengan kontur berbukit.

“Kebun Buah Mangunan bertujuan mengoptimalkan produktivitas lahan kritis dan meningkatkan pendapatan masyarakat tani,” kata Ari Wibowo, dari Dinas Pertanian Pangan Kelautan dan Perikanan Bantul, kepada Mongabay.

Kebun di bawah pengelolaan dinas ini. Ia mulai dirintis pemerintah sejak 2003, dan resmi pada 2010 oleh Bupati Bantul. Melihat kondisi lahan kritis, pemerintah Bantul, kemudian mengembangkan konsep pertanian terpadu. Tujuannya, konservasi lahan sekaligus meningkatkan pendapatan petani.

Berbagai jenis tanaman buah-buahan dikembangkan, seperti durian, rambutan, belimbing, jeruk, jambu biji, matoa, sawo, mangga, dan kelengkeng. Ada juga berbagai pohon perindang dan penahan tanah agar tak longsor seperti cemara, jati, beringin.

Dari tempat terbaik di ujung tebing bukit itulah foto-foto panorama alam menyebar di media sosial. Banyak anak muda berswafoto dengan latar belakang awan putih. Seolah-olah mereka berada di puncak gunung yang melebihi tingginya awan | Foto: Rujiyanti, pengelola Kebun Buah Mangunan
info gambar

Berkonsep agrowisata, pengunjung bisa memilih dan memetik sendiri buah-buahan. Nanti, pengunjung tinggal membayar sesuai berat buah dipetik. Kalau ingin rasakan sensasi memetik buah sendiri, katanya, usahakan datang saat musim tiba.

Ari bilang, pengelola kebun juga mengkaj peningkatan produksi buah, merekomendasikan pemupukan cukup, dan pengairan efisien.

“Ke depan, Kebun Mangunan bisa jadi model pengembangan lahan kritis yang dipadukan dengan wisata edukasi.”

Konsep pertanian terpadu yang diterapkan model pertanian yang memanfaatkan kotoran ternak. Hewan ternak mendapatkan makanan yang dikembangkan di lahan pertanian yang ada. Jadi, dihasilkan siklus yang bisa meningkatkan kualitas tanah sekaligus angkat pendapatan petani karena panen lebih baik.

Kebun Mangunan, mengembangbiakkan ternak sapi, penangkaran rusa Timor, bekerja sama dengan BKSDA Yogyakarta, dan kolam ikan. Sayuran organik juga dikembangkan di sini. Pengunjung bisa melihat bagaimana penanaman sayuran ramah lingkungan di greenhouse.

Berbagai fasilitas tersedia untuk pengujung, antara lain, aula tertutup, pendopo, gazebo, sampai camping ground. Bagi mereka yang menyukai bersepeda gunung, ada lintasan downhill menantang. Tersedia pula, kolam pemancingan, dan arena outbound. Harga relatif murah, misal, tiket masuk perorang Rp5.000. Tidak heran, kalau banyak mahasiswa memanfaatkan lokasi ini untuk acara kampus seperti malam keakraban.

Durian, salah satu tanaman buah-buahan di Kebun Buah Mangunan | Foto: Rujiyanti, pengelola Kebun Buah Mangunan
info gambar

Sesar geser

Selain belajar pertanian, Kebun Mangunan, juga berpotensi sebagai tempat belajar bentang alam gunung kars, terutama formasi Wonosari dan pergerakan batuan di sesar Kedungjati dekat Mangunan.

Data Departemen Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada menyebutkan, kelokan Sungai Oyo, yang terlihat dari Kebun Buah Mangunan adalah tubuh sungai ini. Hulu sungai, sebenarnya ada di Perbukitan Gunung Gajah Mungkur-Kukusan.

Sungai dengan panjang 100 kilometer lebih ini melewati Wonogiri, Gunung Kidul, dan Bantul. Sungai Oyo, bermuara di Sungai Opak Imogiri, Bantul, melewati kars Pegunungan Sewu.

Kelokan Sungai Oyo, yang terlihat dari gardu pandang Kebun Buah Mangunan, terjadi karena gerakan batuan yang disebut sesar. Sesar geser itu terjadi masa Miosen Tengah hingga Plestosen, 15 juta hingga 3 juta tahun lalu. Sesar memotong breksi dari formasi Nglanggeran dan batu gamping terumbu formasi Wonosari.

Batuan breksi di Mangunan, diperkirakan dari erupsi gunung berapi mati. Pusat erupsi diperkirakan ada di Gunung Sudimoro-Pucung-Dengkeng dan atau Dlingo-Kretek.

Kebun Mangunan, sering mendapatkan kunjungan dari sekolah yang ingin mengenalkan pertanian kepada siswanya. Mereka sediakan pemandu untuk kunjungan terjadwal.

Tempat ini, pas sebagai sarana wisata edukasi meskipun lebih banyak pengunjung tertarik karena panorama awan putih di pagi hari.

Pohon belimbing yang sedang berbuah di Kebun Buah Mangunan | Foto: Nuswantoro/ Mongabay Indonesia
info gambar

Magnet wisata

Keberadaan Kebun Mangunan mendorong tempat-tempat wisata baru muncul di sekitar lokasi. Tak jauh dari sana, lahir desa wisata bernama Kakilangit. Dirintis sejak 2012, Desa Wisata Kakilangit menawarkan budaya dan ciri khas kehidupan perdesaan yang bersahaja dan lestari.

Fahlul Mukti, Pengurus Desa Wisata Kakilangit, mengatakan, setidaknya ada 25 homestay di desa ke Mangunan. Homestay itu mengikuti animo wisatawan berkunjung ke Mangunan, yang kian meningkat. Pada hari libur panjang, kerap terlihat antrean mobil mengular di Jalan Imogiri-Mangunan.

“Desa Wisata Kakilangit, berawal 2012, melalui program PNPM Mandiri Pariwisata. Prinsipnya, bukan mengubah profesi sebagian besar warga yang petani namun memberikan opsi lain untuk pengembangan usaha baru di jasa pariwisata,” katanya, kepada Mongabay.

Fahlul mengatakan, Kakilangit, merupakan model desa wisata berbasis masyarakat (community based tourism). Mereka menawarkan wisata alam, budaya, dan kerajinan. Untuk konservasi alam dengan dana sukarela mereka dari jasa homestay di Kakilangit.

Salah satu kreasi memenuhi hasrat berwisata ke Mangunan, adalah penyelenggaraan Pasar Kakilangit, setiap Sabtu dan Minggu. Deretan gubuk menyajikan panganan tradisional tertata rapi. Di ujung, ada panggung yang menyajikan kesenian tradisional, pangung musik, dan atraksi hiburan lain. Di depan pintu masuk, ada gubuk dengan tulisan lurah pasar dan tempat penukaran koin terbuat dari kayu. Koin ini sebagai alat tukar untuk membeli aneka jajanan.

Ada sekitar 20 penjaja kuliner tradisional menawarkan beragam panganan khas seperti tiwul, gudeg, jadah, nasi bakar. Juga aneka minuman seperti dawet, wedang uwuh, ronde.

Selain mengunjungi Kebun Buah Mangunan, sempatkan mampir di tempat-tempat wisata di sekitarnya seperti Desa Kakilangit ini. Selain itu, sejauh lima kikometer di sebelah utara ada Puncak Becici, yang dulu sempat disinggahi Obama dan keluarga. Sejauh 1,2 km di sebelah utara ada hutan pinus Mangunan yang instagramable.

Meski harus siap bangun pagi buta, kepuasan menyaksikan keindahan panorama alam berupa kabut putih bakal sebanding. Jangan lupa siapkan kartu memori dengan kapasitas lega di telepon genggam agar bisa merekam momen saat di negeri atas awan.


Sumber: Ditulis oleh Nuswantoro dan diposting ulang dari Mongabay Indonesia atas kerjasama dengan GNFI

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini