Ketika Material Arsitektur Bersatu Dengan Fashion

Ketika Material Arsitektur Bersatu Dengan Fashion
info gambar utama

Perancang busana Musa Widyatmodjo menunjukkan bahwa bahan arsitektur dapat diubah menjadi kostum di Viro Dream, sebuah penampilan yang menggabungkan pertunjukan seni dan peragaan busana.

Diadakan pada upacara pembukaan Indonesia Fashion Week (IFW) 2019 pada hari Rabu di Jakarta Convention Center (JCC) di Senayan, Jakarta Pusat, Viro Dream menampilkan kolaborasi antara Musa dan Viro, brand yang dimiliki oleh PT Polymindo Permata yang menyediakan solusi material untuk desain arsitektur dan interior.

Total sebanyak 18 tampilan dipresentasikan di pameran tersebut; semua terbuat dari bahan eco faux Viro, yang merupakan serat sintetis yang terbuat dari high-density polyethylene (HDPE).

 Model mengenakan kostum yang dirancang oleh Musa Widyatmodjo pada upacara pembukaan Indonesia Fashion Week 2019 di Jakarta Convention Center di Jakarta Pusat pada hari Rabu
info gambar

"Kita bisa membuatnya persis seperti rotan, bambu, kayu, dan alang-alang," kata Manajer umum Viro Hardjanto Nusantoro pada konferensi pers pada hari Rabu.

Musa bekerja bersama tim kreatif Viro selama sekitar satu bulan untuk menyiapkan kostum tersebut.

“Eco faux adalah bahan yang kaku karena digunakan untuk keperluan arsitektur, sedangkan bahan dalam mode sebagian besar organik dan fleksibel. Oleh karena itu saya mengatakan kepada tim Viro untuk mengembangkannya agar lebih fleksibel dan elastis,” kata Musa.

Meskipun penggunaan asli untuk eco faux, Musa menyatakan bahwa modelnya nyaman bergerak selama pertunjukan, namun bahan ini tidak direkomendasikan untuk dipakai sehari-hari.

"Itu dapat digunakan sebagai kostum [bahan] untuk pertunjukan karnaval atau teater," kata Musa, menambahkan bahwa bahan itu bisa menjadi alternatif yang menarik untuk industri fashion karena bahan alami semakin mahal.

Model menari di atas catwalk di Indonesia Fashion Week 2019 pada hari Rabu di Jakarta Convention Center di Jakarta Pusat. Meskipun terbuat dari eco faux, pakaian ini tetap nyaman untuk para model
info gambar

Dikatakan ramah lingkungan, eco faux juga tahan air dan panas.

"Bahan alami [umumnya] akan bertahan dua hingga tiga tahun jika terpapar ke luar [cuaca], sedangkan eco faux dapat bertahan selama 20 tahun dan dapat didaur ulang hingga tujuh kali," kata Hardjanto.

Memasuki tahun kedelapannya, IFW diselenggarakan dari tanggal 27 hingga 31 Maret, dengan nilai-nilai budaya sebagai tema utama. Acara tahun ini juga menyoroti Kalimantan sebagai inspirasinya.

“Hanya sedikit orang yang fokus pada budaya Kalimantan, meskipun etnis utama provinsi ini, yang meliputi Melayu, Dayak, Banjar Kutai, dan Dayak Paser, menawarkan suasana unik [untuk industri fashion],” kata Presiden IFW Poppy Dharsono dalam sebuah pernyataan.

Upacara pembukaan kemarin menampilkan koleksi dari desainer yang berbeda, termasuk desainer Myanmar May Myat Waso dan 10 desainer yang merupakan bagian dari kolaborasi antara perancang busana Caren Delano dan Asosiasi Perancang Mode dan Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) di APPMI Desainer Rising Star x Caren Delano.


Sumber: Jakarta Post

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini