Pasangan Suami Istri di Kota Malang Ini Ubah Garasi dan Teras Rumahnya Jadi Perpustakaan Komunitas

Pasangan Suami Istri di Kota Malang Ini Ubah Garasi dan Teras Rumahnya Jadi Perpustakaan Komunitas
info gambar utama

Anak-anak baru-baru ini terlihat pada hari Minggu berbondong-bondong ke sebuah perpustakaan komunitas bernama TBM Teras Literasi, yang terletak di salah satu rumah di sebuah kompleks untuk pegawai negeri sipil di kecamatan Lesanpuro, kota Malang, Jawa Timur.

Tempat tersebut, didirikan oleh Eko Muji Wibowo yang berusia 45 tahun dan Suyanti yang berusia 44 tahun, secara teratur menyelenggarakan taman bermain anak-anak dan berfungsi sebagai tempat mereka membaca dan belajar. Anak-anak dapat ditemukan berkumpul di teras dan garasi pasangan yang sudah menikah ini dari jam 8 sampai 10:30 pagi.

Anak-anak melakukan kegiatan menggambar dan mewarnai di perpustakaan tersebut | Foto: Aman Rochman / Jakarta Post
info gambar

"Inisiatif ini dimulai satu tahun yang lalu ketika saya melihat tumpukan buku anak-anak saya yang tidak digunakan di rumah. Kami awalnya ingin menjualnya di pasar loak tetapi membatalkan rencana karena buku-buku itu cukup mahal," kata Eko.

"Kemudian kami meletakkan buku-buku tersebut di teras dan garasi kami di rak dan mengubah tempat kami menjadi perpustakaan komunitas untuk penduduk setempat, terutama anak-anak. Kami mengundang mereka melalui acara komunitas untuk datang ke rumah kami pada hari Minggu pagi sambil menawarkan makanan ringan sederhana."

Dalam dua bulan pertama, sekitar 30 anak mengunjungi tempat itu setiap hari Minggu. Tiga bulan berikutnya, semakin sedikit anak yang datang, mungkin karena bosan, maka pasangan ini memulai kegiatan baru setiap minggu dengan bantuan sukarelawan setempat.

Untuk mendorong mereka membaca, tidak ada yang diizinkan menggunakan telepon mereka di tempat itu. Berbagai kegiatan kreatif ditawarkan untuk membuat anak-anak sibuk seperti mendaur ulang botol plastik dan pembungkus bekas kemasan menjadi meja, kursi, dan mainan serta berkebun, memasak, bermain permainan tradisional, dan menari.

Daftar harga yang terdapat di perpustakaan tersebut untuk ditukar dengan plastik sampah | Foto: Aman Rochman / Jakarta Post
info gambar

"Since I joined cooking at the community library, I always eat all the food cooked by my mother. I also buy less snacks and save the money instead," said 8-year-old Rina Melati.

"The kids here usually spend their spare time doing the same thing every day and play with gadgets a lot. Most of them were introduced to gadgets by their parents at 2 years old," said Eko.

The community library also encouraged children to pay for snacks or school equipment with plastic waste from their home and managing their own flea market of children's clothes.

The place welcomes donations of items that will help the children's creativity and improve their knowledge such as books, videos, learning tools and games. (kes)

"Sejak saya bergabung memasak di perpustakaan komunitas ini, saya selalu makan semua makanan yang dimasak oleh ibu saya. Saya juga membeli lebih sedikit camilan dan menyimpan uang sebagai gantinya," kata Rina Melati yang berusia 8 tahun.

"Anak-anak di sini biasanya menghabiskan waktu luang mereka melakukan hal yang sama setiap hari dan bermain dengan banyak gadget. Sebagian besar dari mereka diperkenalkan dengan gadget oleh orang tua mereka pada usia 2 tahun," kata Eko.

Perpustakaan komunitas juga mendorong anak-anak untuk membayar makanan ringan atau peralatan sekolah dengan sampah plastik dari rumah mereka dan mengelola pasar loak pakaian anak-anak mereka sendiri. Tempat menyambut sumbangan barang-barang yang akan membantu kreativitas anak-anak dan meningkatkan pengetahuan mereka seperti buku, video, alat belajar, dan permainan.


Sumber: Jakarta Post

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini