Cerita Perjuangan dari Seorang Pejuang Pendidikan

Cerita Perjuangan dari Seorang Pejuang Pendidikan
info gambar utama

Pada suatu hari saat kami mengabdi menjadi seorang guru, mula-mula sulit sekali beradaptasi dengan lingkungan sekolah, siswa-siswi, serta guru-guru. Setelah beberapa hari kami berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah, kemudian baru merasakan betapa indahnya kebersamaan di lingkungan sekolah itu.

Ada tawa dan canda menyertai kami selama di sekolah, kadang ada siswa yang membuat kami merasa marah karena sulit diatur, tetapi kami jadikan itu semua sifat anak-anak yang masih usia dini dan harus dimaklumi.

Khususnya saya seorang guru di kelas satu, setiap hari kami harus hadir lebih awal. Padahal, jarak sekolah dengan tempat tinggal saya lumayan jauh, antara Kota Bima dengan Kabupaten Bima tepatnya di wilayah Rabangodu Utara Kota Bima, dengan Desa Belo Kabupaten Bima.

Akan tetapi saya berusaha semaksimal mungkin untuk berdisiplin. Rasa lelah dan letih sungguh ada, namun kami tidak merasakan dan mengeluh karena tanggung jawab terhadap peserta didik yang sangat besar, sehingga hati terasa ikhlas dalam memperjuangkan nasib anak bangsa.

Dengan perjuangan yang kami perbuat ini semoga ada hasil yang mengharumkan nama negara dan bangsa di kemudian hari, karena tanpa guru sekolah dasar, siswa kita tidak bisa menulis, mengenal huruf, mengenal angka, berhitung dan membaca.

Kami yang mengajar di kelas rendah harus bisa membawa diri sebagai seorang guru sekaligus orang tua dari siswa dan siswi kami karena mereka masih mambutuhkan kasih sayang dan belaian dari sosok ibu seperti di rumah mereka.

Ketika kami mengajar di depan kelas rendah, sikap dan perilaku siswa-siswi sangat unik. Ada yang manja, usil, nakal dan suka cari perhatian tetapi kami tetap sabar menghadapinya apalagi mereka sangat suka berlari dan bermain-main.

Jadi, kami harus menggunakan metode yang menyenangkan bagi mereka. Metode belajar sambil bermain dan bernyanyi adalah metode yang sering saya gunakan dalam mengajarkan siswa di kelas.

Permainan tersebut seperti permainan ular naga panjang. Dalam permainan ini, semua siswa punya tanggung jawab. Ada dua orang yang menjadi tuan rumah kemudian siswa yang lain menjadi tamu dan diiringi lagu ular naga panjang.

Setelah sampai di tempat, tuan rumah akan menyebutkan nama yang disepakati lebih awal pada permainan. Contohnya pada tema "Keluargaku", diharapkan kepada siswa dapat menyebutkan nama orang tuanya masing-masing.

Metode yang kedua yaitu belajar sambil bernyanyi dan bertepuk tangan. Ini juga metode yang sangat menarik, bersemangat, dan mudah dipahami.

Metode yang ketiga adalah bermain kartu. Permainan ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban sesuai pertanyaan yang diberikan oleh guru.

Syukur siswa sangat bersemangat dan memperhatikan materi yang disampaikan, mereka pun duduk dengan tenang di bangkunya. Dengan menggunakan metode ini materi yang disampaikan mudah diingat, dihapal, dan dipahami, sedangkan metode ceramah sangat monoton, membuat siswa jenuh dan bosan.

Sungguh perjuangan seorang guru sangatlah besar, tetapi itu semua sudah menjadi asam garam yang dinikmati oleh para pejuang tanpa tanda jasa. Semoga pejuang tanpa tanda jasa ini mendapat keberkahan dari keikhlasan dan ketulusan hatinya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

NF
AI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini