Isapmadu Elok, Burung Menawan Hati di Tanah Papua

Isapmadu Elok, Burung Menawan Hati di Tanah Papua
info gambar utama

Dari jauh, bulu-bulu hitam yang mendominasi sekujur tubuhnya, memberikan kesan menggoda bila ia bagian dari jenis gagak. Tapi, gelambir jingga terang di lingkar luar matanya mengingatkan orang yang melihatnya pada burung melipotes pipi-kuning (Melipotes fumigatus). Beberapa helai bulu jingga pada bagian sayap, makin melengkapi kemolekan tubuhnya. Terlebih saat sayapnya direntangkan, anggun seperti cendrawasih. Jenis apakah ini?

Dulu, jenis ini memang disebut cendrawasih elok. Namun, berdasarkan bukti-bukti genetik terakhir, jenis sejatinya masuk ke dalam famili burung pemakan madu. Oleh karena itu, ia “dikeluarkan” dari kumpulan burung dari surga tersebut, dimasukkan sebagai raksasa, karena postur tubuhnya, dalam keluarga jenis burung penghisap madu. Panggilannya adalah burung isapmadu elok (Macgregoria pulchra).

Burung berukuran sekitar 39 cm ini dapat ditemukan di wilayah Pegunungan Jayawijaya dan Pegunungan Bintang, Papua. Masyarakat Adat Katengban melindungi jenis ini karena merupakan bagian penting dari tradisi lokal mereka.

Macgregoria pulchra, burung yang tersebar di Papua ini awalnya dianggap bagian dari keluarga cendrawasih | Ilustrasi: John Gerrad Keulemans/Wikimedia Commons
info gambar

Burung dalam keluarga Meliphagidae (Honeyeaters) ini hidup berpasangan dan berbiak secara monogami. Meski dikenal pemalu akan tetapi, ia kerap bersuara keras “jeet jeet” yang diulang cepat saat terbang di antara lereng perbukitan. Biasanya pada ketinggian 3.200 – 3.500 meter di atas permukaan laut.

Meski studi genetik menyatakan ia lebih dekat dengan famili burung pemakan madu pancaran keindahan tubuhnya tidak memudar. Macgregor’s Honeyeater tetap tersebar di habitatnya dalam rentang 131.000 kilometer persegi. Umumnya, sering terlihat pada hutan subalpin yang berada di tepi padang rumput.

Selain di wilayah Indonesia, burung isapmadu elok ini juga dapat ditemui di wilayah Papua Nugini. Tempat yang diperkirakan pertama kalinya jenis ini ditemukan oleh Letnan Gubernur Sir William MacGregor, saat Nugini masih menjadi koloni Kerajaan Inggris. Jumlahnya saat ini, diperkirakan dalam rentang 2.500 hingga 10 ribu individu dengan status keterancaman Rentang (Vulnerable/VU).

Pegunungan Jayawijaya merupakan rangkaian pegunungan yang membentang di Papua dengan puncak tertinggi adalah Puncak Jaya (4.884 meter dari permukaan laut) | Foto: Alfindra Primaldhi/Wikimedia Commons
info gambar

Nuansa sejarah

MacGregor bukan bukan lah administrator biasa. Sepanjang kariernya sebagai perwakilan Kerajaan Inggris di berbagai wilayah koloni, MacGregor dikenal sebagai penjelajah serta kolektor benda-benda etnografi dan spesimen biologi. Tak heran jika ia banyak melakukan penjelahan ke beragam tempat yang belum tereksplorasi di Nugini, juga dekat dengan masyarakat adat setempat. Ketertarikan MacGregor terhadap dua hal tersebut seperti apa yang dilakukan Sir Thomas Stamford Raffles di Hindia Belanda.

Reputasi MacGregor sebagai seorang gubernur diperkaya dengan antusiasmenya terhadap ilmu pengetahuan dan kemampuannya di lapangan saat bekerja sebagai gubernur “bergaya” ilmuwan. Salah satu cerita penjelajahannya yang sempat tersiarkan adalah saat ia menjadi orang pertama yang berhasil mencapai puncak tertinggi Pegunungan Owen Stanley, Nugini, pada 1888.

Dalam berita yang dituliskan koran mingguan The Cardigan Observer pada 5 Oktober 1889 bertajuk “British New Guinea, Notable-Mountaineering”, MacGregor dan rombongannya berangkat pada 20 April dan tiba di puncak tertinggi Pegunungan Owen Stanley (yang ia beri nama Gunung Victoria) pada 11 Juni. Saat melakukan pendakian, MacGregor berhasil menangkap sejumlah burung cendrawasih, salah satunya diperkirakan merupakan spesies baru. Selama di puncak gunung itu, MacGregor dikabarkan tampak sibuk mengumpulkan berbagai spesimen flora dan fauna yang bertebaran di sana. (Berbagai sumber)

Silakan unduh, wallpaper keren edisi Mei 2017 hasil kerja sama Mongabay Indonesiadengan Burung Indonesia ini untuk gadget dan perangkat komputer Anda. Klik tautan ini.


Sumber: Ditulis oleh Rahmadi Rahmad dan diposting ulang dari Mongabay Indonesia atas kerjasama dengan GNFI

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan. Artikel ini dilengkapi fitur Wikipedia Preview, kerjasama Wikimedia Foundation dan Good News From Indonesia.

Terima kasih telah membaca sampai di sini