Tunas Kasih dan Ibu Katharina

Tunas Kasih dan Ibu Katharina
info gambar utama

Punya semangat serupa Kartini tidak harus berasal dari tanah Jawa. Katharina Miteng Teluma asal Kalimantan Utara, jadi buktinya.

Wanita asli timur Indonesia yang sudah lama bermukim di Kalimantan ini jadi inisiator pembangunan PAUD di desa tempat tinggalnya, yang berbatasan langsung dengan Malaysia, yakni desa Sekikilan, kecamatan Tulin Onsoi.

Sejak 2011, Katharina menginisiasi pembangunan PAUD desa Sekikilan yang masuk ke wilayah Kabupaten Nunukan, provinsi Kalimantan Utara. Tidak adanya ruang belajar khusus untuk anak-anak usia dini membuat beliau resah.

Guru-guru SD setempat juga mengeluhkan banyaknya anak di bawah tujuh tahun yang mendaftar menjadi siswa SD karena ingin sekolah. Adanya anjuran pemerintah pusat agar pemerintah desa turut mengelola PAUD di wilayah masing-masing juga makin mendukung pembentukan PAUD.

Keresahan dan benturan tersebut berujung pada ide pembentukan PAUD Tunas Kasih pada 2010.

Mengandalkan koneksinya sebagai pengurus PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga), Katharina yang mencari tenaga pengajar maupun siswa. Beliau pula yang mencari lokasi sementara untuk kegiatan belajar mengajar.

Usahanya berbuah manis dengan hadirnya dua tenaga pengajar untuk mengajar 14 orang siswa di tahun pertama dibukanya PAUD Tunas Kasih.

Perjalanan Katharina mengelola PAUD tak selalu mulus. Proses kegiatan belajar mengajar harus terus menumpang di bangunan-bangunan desa. Berawal di bangsal serba guna desa, hingga dipindahkan ke kantor desa, bahkan gereja.

Para pengajar PAUD juga sempat menyerah karena ketidakjelasan lokasi dan seringnya mobilisasi siswa. Hingga akhirnya usaha Ibu Katharina melibatkan pemerintah desa Sekikilan dalam pengadaan bangunan untuk PAUD berhasil.

Dengan bantuan dana PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat), gedung PAUD dengan tiga ruang belajar berhasil berdiri pada 2013.

Meski sempat vakum satu tahun, PAUD Tunas Kasih kembali aktif di tahun ajaran 2013/2014 hingga saat ini. Sebagai kepala sekolah, dana sebesar Rp 1 juta tiap bulannya harus beliau kelola untuk pengoperasian PAUD, sekaligus tunjangan para pengajar.

Sadar akan kapasitasnya, Katharina berupaya mengajak kolaborasi pihak-pihak lainnya. Beliau bekerja sama dengan Pengajar Muda Gerakan Indonesia Mengajar penempatan kabupaten Nunukan dalam pembuatan bahan ajar, serta melibatkan pemerintah desa dalam pelaksanaan pelatihan kapasitas guru PAUD.

Di tahun kedelapannya mengelola PAUD Tunas Kasih, Katharina bukan hanya jadi kebanggaan Sekikilan, tapi juga desa sekitar Sekikilan. Karena kini, PAUD Tunas Kasih juga jadi ruang belajar bagi anak-anak dari desa sekitar Sekikilan.

*Diceritakan oleh Kamri Ibrahim, Pengajar Muda XV Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini