Dewi Sri, dewi kesuburan, dan rombongannya muncul di sekolah yang dikelilingi oleh sawah hari itu. Di sekelilingnya, padi sudah matang dan siap dipanen. Suara ketukan drum memenuhi udara. Orang-orang melantunkan doa.
Ini adalah perayaan Wiwitan, yang diamati oleh siswa sekolah alternatif Sanggar Anak Alam (SALAM) bersama dengan penduduk desa pada 23 April.
Wiwitan, juga dikenal sebagai Wiwit, adalah tradisi Jawa yang telah diturunkan dari generasi ke generasi. Wiwitan sendiri adalah perayaan untuk menyampaikan rasa terima kasih petani kepada Dewi Sri karena memberkati mereka dengan panen yang sukses.
Dalam mitologi Jawa, Dewi Sri adalah dewi padi dan kesuburan dan Wiwitan dilakukan untuk menjaga hubungan manusia dengan Tuhan, serta memelihara sawah.
Tradisi Wiwit mengambil padi lama untuk disimpan untuk digunakan pada musim tanam.
Perayaan Wiwitan tahun ini adalah kolaborasi antara SALAM, forum orang tua SALAM (FOR SALAM), penduduk desa Nitiprayan di Kabupaten Bantul, Yogyakarta dan asosiasi petani Suka Tani. Kolaborasi ini didukung oleh Dinas Kebudayaan Bantul.
SALAM telah menyelenggarakan perayaan Wiwitan sejak 2004.
Awalnya, ini adalah acara tahunan tetapi dihentikan selama bertahun-tahun hingga diselenggarakan kembali sebagai acara dua tahunan mulai dari 2013. Didirikan pada tahun 1988 di Lawen desa, SALAM adalah laboratorium untuk "sekolah kehidupan", yang menekankan proses pembelajarannya pada kebutuhan dasar manusia seperti makanan, kesehatan, lingkungan, dan sosial budaya.
Tema tersebut adalah perspektif yang dikembangkan melalui pembelajaran sehari-hari.
Sumber: Jakarta Post
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News