World Dance Day ke-13 ditandai dengan kegiatan Solo Menari pada tanggal 29 dan 30 April di Surakarta, Jawa Tengah. Di kampus Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, sekitar 6.000 penari dari berbagai rombongan dan universitas menampilkan banyak tarian.

Enam penari menari selama 24 jam tanpa henti, menampilkan 600 tarian dan disertai dengan 191 kelompok tari. Keenam penari tersebut adalah Arbi Nuralamnsyah, Abib Igal, I Nyoman Agus Triyuda, Darmasti, Pulung Jati Rangga Muri, dan Sri Hadi.
Dengan tagar #GegaraMenari dan tema "Urip Mawa Urup, Urip Hanguripi" (hidup dengan semangat, hidup untuk hidup), pertunjukan 24 jam ini mendapat sambutan hangat dari penonton, yang terdiri dari orang-orang dari Surakarta dan pengunjung dari kota-kota lain.

Jumlah penari yang berpartisipasi berlipat ganda dari 3.000 tahun lalu menjadi 6.000 tahun ini.
“Sekitar 6.000 penari - profesional, seniman, siswa, dan rombongan tari - ambil bagian tahun ini. Kami juga menampilkan tarian untuk anak-anak cacat yang dilatih oleh maestro tari Jonet Sri Kuncoro,” kata penyelenggara Eko “Pece” Supriyanto.

Solo Menari didukung oleh pemerintah Surakarta, yang menggelar tarian massal Jaranan - tarian rakyat yang berasal dari Jawa Timur dan biasanya dilakukan oleh anak-anak dengan kuda anyaman bambu - yang melibatkan 5.000 siswa sekolah dasar dan menengah pertama di Stadion Sriwedari. Tarian ini dicatat di Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai tarian Jaranan terbesar yang pernah ada.

Sumber: Jakarta Post
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News