Ternyata Budaya Nyirih Juga Ada di Myanmar

Ternyata Budaya Nyirih Juga Ada di Myanmar
info gambar utama

Budaya nyirih ternyata bukan hanya terjadi di Indonesia, tetapi budaya tersebut juga masih bertahan di Myanmar. Jika kamu jalan-jalan ke Myanmar, pasti menemukan orang-orang muda makan sirih. Bahkan di pinggiran jalan, banyak penjual sirih, berderet sepanjang jalan.

“Konon nyirih memiliki banyak khasiat bagi tubuh, salah satu khasiat dari kebiasaan menyirih adalah meningkatkan kekuatan gigi. Lihat saja orang tua zaman dulu atau kakek-nenek kita yang terbiasa nyirih, giginya lebih kuat dan masih utuh, dibandingkan dengan yang tidak terbiasa nyirih. Nenek moyang kita telah mengetahui cara untuk memperkuat gigi dengan nyirih, sebelum ditemukannya pasta gigi. Jauh sebelum nenek moyang kita menemukan sirih, Rasulullah telah memerintahkan, supaya gigi kita kuat, mulut kita wangi, adalah memakai siwak”, ujar Budy Budiawan, Dai Ambassador Dompet Dhuafa yang ditempatkan di Myanmar.

Siwak adalah dahan atau akar dari pohon Salvadora persica yang digunakan untuk membersihkan gigi, gusi dan mulut. Jika saja bersiwak ini tidak memberatkan, niscaya nabi Muhammad akan mewajibkan umatnya untuk memakai siwak. Maka dari itu, hukum memakai Siwak adalah sunnah yang sangat dianjurkan.

Bagaimana ketika bulan puasa? Yang benar adalah disukainya penggunaan siwak setiap saat, baik bagi yang berpuasa maupun tidak. Ada yang menyaratkan boleh bagi yang berpuasa untuk menggunakan siwak setelah tergelincirnya matahari dan sebelumnya.

Dalilnya adalah hadis Amir bin Rabi’ah yang disebutkan dalam kitab-kitab sunnah, ia mengatakan, “Aku melihat Rasulullah berkali-kali menggunakan siwak ketika beliau sedang berpuasa".

Ia tidak membedakan apa yang dilihatnya itu, apakah sebelum tergelincirnya matahari atau setelahnya, ia menyebutkannya secara global. Biasanya yang dilihat itu adalah setelah tergelincirnya matahari, karena shalat siang hari itu semuanya setelah tergelincirnya matahari. Sementara siwak itu sendiri sangat dianjurkan penggunaannya sebelum salat.

Adapun orang-orang yang memakruhkan penggunaannya bagi yang sedang menjalankan puasa, mereka berdalih dengan hadis, “Jika kalian berpuasa, hendaklah kalian bersiwak di awal hari dan janganlah kalian ber-siwak di akhir hari”. Tapi hadis tersebut lemah, jadi tidak dapat menjadi hujjah.


Sumber: Dai Ambassador Dompet Dhuafa/Corps Dai Dompet Dhuafa

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

BK
AI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini