Dialita, Kelompok Padus Berisikan Korban Selamat Tragedi 1965 Dihadiahi Gwangju Human Rights Award

Dialita, Kelompok Padus Berisikan Korban Selamat Tragedi 1965 Dihadiahi Gwangju Human Rights Award
info gambar utama

Dialita Choir, sebuah kelompok terdiri dari orang selamat dari tragedi 1965 di Indonesia, telah diapresiasi dengan Hadiah Gwangju untuk Hak Asasi Manusia 2019 karena "menunjukkan jalan menuju rekonsiliasi dan penyembuhan melalui musik".

Hadiah itu diberikan oleh May 18 Memorial Foundation pada hari Sabtu di Gwangju, Korea Selatan.

"Penghargaan ini merupakan pengakuan atas perjuangan untuk hak asasi manusia melalui musik dan budaya. Pengakuan ini telah memotivasi kami untuk melanjutkan perjuangan kami melalui seni," kata ketua Paduan Suara Dialita, Uchikowati Fauzia dalam pidatonya saat upacara pemberian penghargaan.

Uchikowati mengenang dalam pidatonya pergantian peristiwa yang melibatkan Partai Komunis Indonesia (PKI) 53 tahun yang lalu, yang telah mengubah perempuan dan anak-anak menjadi korban tragedi ketika keluarga mereka dituntut dan dibunuh.

"Banyak orang kehilangan hak-hak sipil mereka. Mereka dipecat dari pekerjaan mereka, dikeluarkan dari sekolah mereka, dan properti mereka dirampok. Kami hanya anak-anak saat itu. Kami tumbuh dalam ketakutan dan tekanan. Beberapa orang tua kami dipenjara sementara yang lain pergi hilang dan tidak pernah ditemukan lagi," tambahnya.

Paduan Suara Dialita | Foto: Rosa Panggabean / Jakarta Post
info gambar

Dia mengatakan stigma yang melekat pada PKI telah merampas hak-hak sosial, politik, dan budaya para korban tragedi 1965.

"Melalui bernyanyi, anak-anak korban 1965 dapat merasakan kedamaian dan kekuatan untuk mencapai impian mereka, karena masa depan dimiliki oleh semua orang, termasuk para korban 1965," kata Uchikowati.

Dia juga menyatakan harapan bahwa Indonesia dapat mendengar suara mereka dan mengakui pelanggaran HAM 1965.

Sekretaris Jenderal asosiasi nasional Ikatan Keluarga Orang Hilang Indonesia (IKOHI) Zaenal Muttaqien mengatakan May 18 Memorial Foundation telah meminta organisasinya untuk merekomendasikan kelompok atau tokoh yang pantas menerima Hadiah Gwangju untuk Hak Asasi Manusia.

"Dalam tiga tahun terakhir, Dialita telah secara aktif tampil, mengatur lagu, membuat album, dan menerima sambutan hangat dari masyarakat. Kelompok ini telah membantu mengikis stigma terhadap para korban 1965. Film dokumenter tentang mereka juga menerima penghargaan Piala Citra," Zaenal menjelaskan alasan di balik pencalonan Dialita.

Dia menambahkan bahwa dengan mengambil pendekatan budaya, secara relatif Dialita tidak menerima adanya penolakan dari publik dibandingkan dengan kegiatan lain yang terkait dengan tragedi 1965.


Sumber: Jakarta Post

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini