Peduli Terapi Autis, Mahasiswa UM Ciptakan E-bout

Peduli Terapi Autis, Mahasiswa UM Ciptakan E-bout
info gambar utama

E-bout (Education Biomedic for Autism) merupakan program yang diciptakan oleh mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM), Jawa Timur, dengan menerapkan terapi biomedik diet free gluten free casein (GFCF) atau bebas gluten dan bebas kasein.

Diet ini merupakan salah satu intervensi bagi anak autis, sehingga meminimalisir perilaku hiperaktif anak. Program ini sudah dilaksanakan pada Sekolah Luar Biasa Laboratorium UM Malang dengan sasaran orang tua dan guru, beberapa waktu lalu.

Berbeda dengan intervensi lainnya, diet GFCF ini mengobati dari dalam karena pada anak autis terdapat hipermeabilitas usus, sehingga tidak dapat mencerna protein kompleks yang pada akhirnya dapat memicu perilaku hiperaktif anak.

Kegiatan E-bout dilaksanakan beberapa kali pertemuan yang terdiri dari pemaparan materi oleh para ahli seperti ahli gizi, psikolog, dan ahli tata boga.

Ahli gizi menjelaskan mengenai diet bebas gluten dan bebas kasein bagi anak dengan spektrum autis. Smeentara itu psikolog anak berbicara tentang apa pengaruh atas perilaku anak ketika mengonsumsi makanan yang mengandung gluten dan kasein.

Setelah itu para orang tua dan guru mengikuti kelas memasak yang diadakan oleh ahli tata boga yang berasal dari pengajar tata boga UM yang mengajarkan penerapan makanan bebas gluten dan bebas kasein.

Pada setiap kegiatan selalu ada grup fokus diskusi, sehingga orang tua dan guru lebih memahami materi.

Salah satu orang tua penyandang autism spectrum disorder atau ASD, Sutia Rahmawati menyatakan, ia merasa terbantu oleh program tersebut.

”Kami juga senang karena pengetahuan tentang diet bebas gluten dan bebas kasein bertambah, selain itu tim E-bout mampu mengemas kegiatan pendampingan ini dengan baik” jelasnya.

Lhutam, Wakil Kepala SLB Laboratorium Malang menambahkan, di SLB yang ia pimpin sudah ada berbagai terapi yang telah terprogram, namun untuk terapi biomedik memang memiliki tingkat kesulitan berbeda dengan yang lain. Hal itu karena tidak hanya guru saja yang berperan melainkan orang tua juga turut andil.

“Jika terapi yang lain mengobati dari luar, ini mengobati dari dalam. Jadi saya rasa program ini sangat tepat sasaran,” ujar Lutham yang menjadi Wakil Kepala Sekolah bagian Kurikulum SLB Laboratorium Malang.

Program E-bout dibuat oleh tim yang beranggota Lhulu’ Annisa (mahasiswi psikologi), Uswatun Hasanah (mahasiswi biolog), Nanda Devi (mahasiswi teknik informatika), dan Luqyana Dhiya (mahasiswi pendidikan luar biasa) Universitas Negeri Malang.

Para mahasiswi yang peduli kepada penyandang autis itu memiliki peranan penting dalam pelaksanaan, sehingga mampu tercipta kolaborasi antardisiplin ilmu secara baik.

Ketua tim E-bout, Sunsya Putri mahasiswi jurusan tata boga UM menjelaskan, E-bout merupakan program yang ditujukan bagi orang tua dan guru yang tersebar di berbagai SLB.

Apabila pada umumnya program tercipta lewat sebuah inovasi, beda dengan E-bout yang tercipta karena adanya masalah yang terjadi di masyarakat, khususnya anak dengan sprektrum autis.

Untuk anak dengan ADS, selain perlu dibuatkan membuat resep (jenis makanan atau minuman) yang dapat dikonsumsi, perlu ada uji coba dan uji laboratorium atas makanan dan minuman itu sehingga aman dikonsumsi.

Tim pembuat E-bout berharap adanya kegiatan tersebut, orang tua dan guru dapat menerapkan terapi biomedik GFCF secara optimal, sehingga dapat mendukung terapi yang telah diterapkan lainnya seperti terapi bermain, terapi wicara, maupun terapi okupasi.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

SP
AI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini