Tersingkapnya Inspirasi Menulis Tanpa Henti

Tersingkapnya Inspirasi Menulis Tanpa Henti
info gambar utama

“San! Ke depan sebentar! Tolong catat buku halaman 34 sampai halaman 36 di papan tulis ya. Nanti teman-teman mencatatnya di buku masing-masing. Ibu ada keperluan ke dinas pendidikan sebentar”.

Percakapan itu acap kali kualami saat aku bertindak sebagai sekretaris kelas selama SMP. Mulai dari kelas satu sampai kelas tiga, jabatan itu sepertinya betah bertengger pada diriku.

Aku juga bingung mengapa mereka lebih memilihku menjadi sekretaris daripada ketua kelas atau bendahara. Kalau kata mereka sih karena tulisanku bagus. Bukan ge'er ya.

Kalau dibilang capek sih nggak, karena aku sangat menyukai menulis. Sekali lagi bukan karena mereka memuji tulisanku, tapi karena aku sangat menyukainya. Kalau ditanya mengapa, itu sulit diungkapkan dengan kata-kata.

Cie cieee...

Kecintaanku dalam tulis menulis terbukti dari catatan buku pelajaran sekolah yang rapi dan sering dipinjam oleh teman-teman. Demikian halnya saat SMA dan kuliah. Bergelut dengan tulis menulis seolah tidak ada habisnya.

Jatuh cinta ingin menjadi penulis

Majalah-majalah Islami yang sering memenuhi bacaan mingguanku selalu menjadi favorit dan kutunggu. Cerita-ceritanya masih berbekas hingga sekarang. Sebagai contoh misalnya. Sebuah majalah Annida yang menceritakan kehidupan remaja muslim dan membawa pesan inspirasi di dalamnya.

Cerita pendek (cerpen) yang sering kuikuti adalah cerpen buah karya bunda Helvy Tiana Rossa. Aku sangat kepincut dengan cerita “Ketika Mas Gagah Pergi” di situlah keinginanku untuk menulis mulai bersemi. Namun terkalahkan karena aku sibuk kuliah dengan penelitian.

Setelah menikah, rasa keinginan menulis itu mulanya biasa saja. Namun setelah dimotivasi oleh sang suami barulah aku semangat untuk menulis kembali.

Berawal dari kelahiran anak ketiga kami, di mana aku pun telah resign dari pekerjaan mengajar. Banyaknya waktu luang membuatku mulai bosan dengan keseharian berada di rumah. Namun semua berangsur membaik saat semangat menulis bersemi kembali.

Rasa ingin menulis selalu

Aku mulai mengikuti komunitas-komunitas yang memiliki ruh yang sama seperti aku, yaitu komunitas menulis. Ada beberapa yang aktif kuikuti hingga sekarang. Di antaranya IIDN (Ibu-ibu Doyan Nulis), Blogger Perempuan, dan Forum lingkar Pena.

Berbagai kompetisi cerpen, dan blog serta challenge selalu kuusahakan untuk diikuti. Aku berharap dengan keikutsertaanku dalam semua kompetisi itu, aku bisa tahu di manakah letak kelemahanku dalam tulis menulis.

Banyak suka dan duka yang kualami, mulai dari kalah dalam kompetisi namun pada akhirnya aku menang dan melahirkan lebih dari 7 buku antologi. Alhamdulillah.

Demikian juga dengan kompetisi blog. Untuk kompetisi blog aku belum masuk nominasi. Menurutku ini agak sedikit berat. Nah ngeles deh. Hehe. Mengingat harus ada keahlian desain grafis yang ditampilkan dalam gambar-gambarnya. Di sinilah titik kelemahanku.

Ada juga ikut challenge yang diadakan oleh Blogger perempuan selama sebulan. Dengan tema-tema harian yang menantang memicu adrenalinku untuk bisa membahas tema yang disampaikan.

Menyunting gambar dan mengunggahnya setiap hari. belum lagi gangguan internet saat mengirim tulisan. Semuanya seru dan semua itu harus bisa kulakukan disamping berjibaku dengan kegiatan harian keluarga maupun anak didik. Kebetulan aku mengajar di sekolahan suami.

Tidak berhenti menulis

Kalian tahu, mengapa rasa ingin menulisku sangat tinggi dan tanpa henti? Banyak hal yang membuatku terus menulis berpacu dengan waktu dan ibadah. Ada beberapa hal yang mendorongku untuk bisa melakukan semua itu

Motivasi Diri

Motivasi dari orang lain memiliki daya tarik yang cenderung lebih lemah daripada motivasi yang hadir dari diri sendiri. Aku terus memotivasi diriku menulis walau apapun yang terjadi. Semua kuusahakan setiap hari meskipun hanya sebuah kalimat dan hanya menuliskan ide tulisan untuk hari ini.

Berbicara mengenai ide tulisan, biasanya aku lebih banyak mengamati orang dan lingkungan sekitar. Prinsipku semua yang ada di sekitar kita patut menjadi sejarah dalam tulisan-tulisan kita.

Membahagiakan orang tua

Keinginanku yang paling besar adalah mempersembahkan sebuah buku yang kutulis dari tanganku sendiri pada kedua orang tua. Aku ingin membuktikan bahwa wanita tidak harus bekerja di luar rumah, namun bisa di rumah melalui tulisan dan tulisan itu bisa dinikmati oleh semua orang.

Untuk persembahan yang satu ini, aku baru memberikan buku antologiku. Itu saja mereka sudah sangat senang, apalagi jika buku soloku yang terbit. MasyaAllah. Doakan ya teman-teman agar Allah mempermudah tulisan-tulisanku bisa terbit menjadi sebuah buku dan bisa menginspirasi banyak orang. Aamiin.

Menikmati proses

Menjadi penulis yang andal dan mengispirasi itu adalah cita-cita tertinggiku saat ini. Aku ingin meraihnya meskipun proses itu sangat panjang dan harus bersakit-sakit dahulu.

Banyak hal yang kualami dalam proses meraih mimpiku. Mulai dari tereliminasinya aku dari kelompok menulis, sampai harus dimarahi dari tulisan yang bersalahan. Namun semua kunikmati dengan sabar. Toh Allah pasti punya skenario yang indah untuk diriku suatu hari.

Dari sini aku juga dapat mengetahui di mana kesalahan-kesahan yang kudapatkan. Namun begitu aku menemukan jawabannya melalui bacaan-bacaan buku yang mendukung proses mimpi itu.

Perkuat ibadah

Untuk yang satu ini, mutlak bagi diriku sendiri. dalam buku biografi Imam Malik dikatakan, beliau tidak akan memberikan ilmunya kepada orang lain sebelum beliau berwudu. MasyaAllah.

Aku selaku orang yang telah terjun dalam tulis menulis, memegang satu hal itu. mengapa? Karena ilmu itu adalah cahaya, dan harus disampaikan oleh orang yang suci dirinya.

Aku merasakan energi positif menulis ini. Memang saat aku menulis tanpa disertai wudu, pastinya tulisan itu mandek di tengah jalan. Namun, jika aku mendahuluinya dengan berwudu dulu, maka tulisan itu mengalir seperti air yang mengalir.

Tingkatkan amal saleh

Apakah cukup dengan ibadah wudu saja? Tidak. Masih ada ibadah yang lebih penting jika aku bercita-cita menjadi penulis yang andal dan menginspirasi. Kalian tahu apa itu?

Jangan mentang-mentang kita aktif menulis, salat ditinggalkan, tilawah juga apalagi ibadah sunnah. Jadikan semua itu pemicu semangat kita untuk terus menulis, atau berdakwah melalui tulisan.

Itulah lima hal yang membuat aku terus bertahan dalam dunia menulis. Menjaga spirit diri, meningkatkan ketakwaan pribadi, berniat semua karena Allah dan untuk Allah.

Kelak anak dan cucu kita akan bisa merasakan tulisan-tulisan yang kita sampaikan. Semoga tulisan kita menjadi catatan untuk memberatkan amal baik kita di akhirat nanti. Walahualam.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

SA
AI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini