Menulis adalah Sahabat Terbaik Bagi Saya

Menulis adalah Sahabat Terbaik Bagi Saya
info gambar utama

Menulis adalah sahabat terbaik bagi saya. Mungkin, karena saya yang entah terlahir atau terbentuk sejak kecil menjadi pribadi yang introvert, senang menyendiri, mencintai ketenangan, tidak suka merepotkan orang lain dengan keluhan-keluhan saya.

Maka saya memilih, menulis sebagai teman terbaik saya.

Awal mula suka dunia menulis

Sejujurnya saya tidak tahu pasti kapan saya suka menulis. Yang saya ingat, waktu kecil saya begitu cinta membaca.

Apapun saya baca, baik buku bacaan ringan, novel pendekar hingga novel percintaan, bahkan buku pelajaran. Bahkan, saking cintanya saya dengan dunia membaca, kertas potongan bekas gorengan pun rela saya pungut dan baca dengan semangat.

Mungkin karena kegemaran saya dalam hal membaca tersebut, saya jadi bisa dengan mudah merangkai kata dalam bentuk tulisan, meskipun masih sangat jauh dari kriteria seorang penulis sejati. Setidaknya saya bisa.

Sejak SD, saya begitu bahagia jika ada pelajaran Bahasa Indonesia, terutama jika ada tugas mengarang.

Saya bahagia, karena merasa pelajaran mengarang itu mudah banget bagi saya. Tentunya saya selalu mendapatkan nilai terbaik untuk pelajaran mengarang bebas.

Di waktu SMP, saya bahkan sering menulis surat cinta untuk keperluan teman-teman saya. Iya, kebanyakan teman saya sudah mengenal dunia pacaran sejak SMP, dan karena zaman dahulu belum ada handphone atau email seperti sekarang, maka surat-suratan manual sangatlah populer di masa itu.

Selepas lulus STM, saya sempat menganggur selama setahun, karena adik saya meninggal dunia. Saya tidak tega untuk langsung kuliah dan meninggalkan mama sendiri di rumah dalam kesedihannya yang baru saja ditinggal oleh anak kesayangannya.

Untuk mengisi kekosongan waktu saya menganggur selama setahun tersebut, saya putuskan untuk menulis saja. Tapi, jangan bayangkan seperti sekarang, menulis itu mudah. Dahulu, saya rela menulis di kertas HVS. Iya, saya menulis dengan manual.

Karena mama melihat hobi saya menulis, beliau meminjamkan saya mesin ketik milik kantornya, dan begitulah, setiap hari saya memencet tuts-tuts mesin tik tersebut. lalu hasil tulisan saya tersebut, saya simpan di sebuah kotak, yang akhirnya dibakar oleh kakak saya, karena sesuatu dan lain hal.

Telat mengetahui passion menulis

Seharusnya, saya tahu sejak dulu, kalau passion saya adalah menulis. Seharusnya juga saya mendalami bidang tulis menulis.

Sayangnya, background keluarga kami rata-rata pekerja di bidang kesehatan, maka sekolah di bidang kesehatan adalah semacam wajib buat kami, meskipun sejujurnya orang tua saya sama sekali tidak memaksakan saya harus sekolah di mana.

Begitulah, meskipun keluarga mengincar sekolah kesehatan untuk saya, dan ternyata berakhir dengan masuk STM karena gagal masuk sekolah perawat, dan karena sistem zonasi pendidikan, membuat saya harus rela masuk STM dengan jurusan Bangunan Gedung.

Sungguh sebuah sekolah yang amat sangat bertolak belakang dengan saya maupun hobi saya.

Setelah menganggur setahun pasca-lulus STM, saya akhirnya melanjutkan kuliah di Surabaya. Masuk ke dunia Teknik Sipil, minim fasilitas teknologi, membuat saya melupakan dunia tulis menulis selama bertahun-tahun.

Di sekitar tahun 2004, saya mendapatkan fasilitas komputer dari orang tua. Betapa bahagianya saya, karena bisa menulis meski baru selembar dua lembar ukuran A4, saya sudah bosan, dan memutuskan menulis hal lain dari awal lagi, hehehe.

Sampai akhirnya, masa-masa internet mulai gaung dan saya ikutan masuk ke dalam pusaran dunia digital tersebut, lalu di sekitar tahun 2006-2007, saya mulai kembali menulis di Multiply.

Di sekitar tahun 2008, saya mulai menulis di blogg, meskipun dalam perjalanannya saya pindah ke wordpress, lalu balik lagi membuat blog baru di blogger.

Saya menikmati menulis di blog, meski sejujurnya saya menulis tanpa tujuan. Kadang saya berpikir, menulis untuk meninggalkan jejak, karena saya ingin nama saya bisa muncul di Google *saya memang narsis hahaha...

Setelah bertahun-tahun mengabaikan blog, dalam artian tetap menulis meski jarang sekali update tulisan, akhirnya di awal tahun 2018 lalu, saya memutuskan untuk mencintai dunia blogging, setelah mengetahui ternyata blogging bisa membuka jalan untuk saya mendapatkan uang.

Iya, awalnya saya memang hanya ingin menulis di blog demi uang, meskipun demikian, artikel postingan di blog saya juga kebanyakan adalah artikel organic atau bukan tulisan berbayar.

Waktu berlalu, tanpa saya sadari, saya sudah begitu mendalami dan mencintai dunia blogging, meskipun banyak tantangannya. Mulai dari puluhan bahkan mungkin ratusan artikel saya di catut tanpa sopan oleh orang lain, atau dengan kata lain, di copy paste oleh blogger yang tidak bertanggung jawab, performa blog seperti domain authority yang turun, page view blog yang segitu-segitu saja, penawaran kerja sama ditawar dengan harga yang kurang manusiawi, bahkan laptop yang kadang error.

Saya tetap bertahan, hingga akhirnya saya sadar, semua tantangan tersebut bisa saya lewati dan saya tetap bertahan, karena saya mencintai dunia menulis. Dan menulis adalah passion saya.

Menulis adalah sahabat terbaik saya

Konon, kata sebagian orang, passion itu adalah sesuatu yang membuat kita nyaman. Sepertinya saya setuju akan hal tersebut, karena saya nyaman menulis.

Menulis bagi saya seperti seorang sahabat terbaik buat saya.

Dengan menulis, saya bisa mencurahkan semua uneg-uneg saya, tanpa khawatir dihakimi oleh pendengar. Pun juga dengan menulis, saya jadi bebas berekspresi tanpa harus didikte atau semacamnya.

Menulis bagaikan surga untuk saya, sahabat terbaik yang membantu saya selalu bersemangat saat sedang merasa putus asa, sedih dan kecewa.

Menulis juga bagaikan obat yang menyembuhkan saya dari penyakit gejala postpartum depression yang saya alami. Menulis, bagaikan self healing bagi saya.

Menulis juga memberikan saya banyak hal, seperti :

  1. Ketentraman jiwa. Seperti yang yang saya jelaskan di atas, bahwa menulis bagaikan sahabat terbaik saya, yang tentunya menentramkan jiwa saya. Sahabat yang selalu pengertian, dan selalu melengkapi saya.
  2. Sahabat nyata dalam dunia maya maupun nyata. Meskipun saya introvert, bukan berarti saya tidak punya teman atau sahabat nyata sama sekali. Saya punya beberapa sahabat yang terutama saya peroleh sejak saya memutuskan rutin menulis di blog. Sahabat-sahabat saya ini beragam, mulai dari para sesama blogger, hingga para pembaca setia blog saya, yang setia membaca semua postingan saya, hingga akhirnya mereka menghubungi saya untuk ngobrol, bahkan curhat beberapa masalah mereka.
  3. Pengetahuan luas. Selain menulis opini, saya juga sering menulis beberapa review nyata ataupun report sebuah event. Dan sedikit untuk itu, saya harus punya banyak pengetahuan dengan cara lebih rajin membaca. Agar tulisan saya bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya.
  4. Uang. Ya, sebagai seseorang yang memutuskan menjadi ibu rumah tangga seperti saya, sudah pasti kehilangan aliran dana seperti yang saya dapatkan saat saya masih kerja kantoran. Syukurlah dari kecintaan saya dalam dunia menulis di blog, saya sudah bisa merasakan pundi-pundi rupiah yang mengalir di dalam rekening saya.
  5. Kesempatan menulis di buku. Meskipun baru sekali, tapi saya sungguh bangga bisa ikutan menorehkan tulisan saya di sebuah buku antologi karya komunitas Ibu-Ibu Doyan Ngeblog yang berjudul 'Ngeblog Seru Ala Ibu-Ibu'. Menulis buku sebenarnya merupakan salah satu dari hayalan saya di masa kecil, saat saya sedang memencet tuts mesin ketik yang keras dahulu. Dan semacam dreams come true saat berkesempatan diajak ikut berpartisipasi dalam pembuatan buku antologi tersebut.

Menulis adalah sahabat terbaik bagi saya.

Meskipun saya telat menyadarinya, tapi tak mengapa, karena sahabat terbaik selalu menemukan jalannya untuk sebuah pertemuan dan kenyamanan selalu.

Kalau teman-teman?

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

RR
AI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini