Karena Saya Menulis untuk Bahagia

Karena Saya Menulis untuk Bahagia
info gambar utama

Menulislah untuk bahagia, berbagi cerita, dan mengabadikan usia melalui goresan pena (Gitaria Eka).

Menulis untuk bahagia, sebuah kalimat yang sering kita dengar dalam dunia literasi.

Writing for healing

Writing for therapy

Serta berbagai macam ungkapan lain yang identik, bermuara pada satu tujuan, menulis untuk bahagia.

Awal mula berkenalan dengan dunia kepenulisan adalah setelah saya resign dari salah satu perbankan syariah di Indonesia.

Beradaptasi dari ritme kehidupan ibu bekerja menjadi ibu rumah tangga tidaklah semudah membalikkan kedua telapak tangan. Ada sebuah perjuangan tersendiri, terutama mencari sarana aktualisasi diri dari dalam rumah.

Di tengah masa pencarian tersebut, saya berkenalan dengan dunia menulis, dimulai dari bercerita di blog pribadi, mencoba mengikuti tantangan menulis, hingga akhirnya tulisan tersebut terpilih untuk dibukukan bersama dengan 23 kontributor lainnya.

Setelah itu lambat laun saya mulai menikmati bercerita melalui goresan pena digital, menjadikan menulis sebagai sarana untuk menuangkan pemikiran dan mewujudkan bahagia.

Di tengah aktivitas domestik dan peran nyata di masyarakat, saya berusaha menulis meskipun untaian kalimat sederhana, minimal melalui status di media sosial.

Menulis adalah sebuah aktivitas yang merefleksikan diri pribadi, menyambungkan ide, jari jemari, hingga mata, sehingga bisa jadi sarana olahraga otak tersendiri.

Dari perjalanan setahun semenjak mengenal dunia menulis, banyak hal positif yang saya dapatkan antara lain:

Media untuk bahagia

Saya menjadikan menulis sebagai sarana untuk bahagia, meluapkan energi negatif dengan cara yang elegan, memvisualisasikan ide yang memenuhi pikiran sehingga tak hanya sekedar lintasan semata melainkan tertuang dalam jejak digital. Dan ya, semua itu membuat saya bahagia, dengan cara sederhana.

Mengenal banyak hal baru

Selama belajar menulis, saya banyak mengenal hal baru, apalagi saat belajar menulis artikel atau tulisan non-fiksi yang menuntut untuk memahami apa yang akan ditulis.

Dunia penulis serupa pelangi dengan kemilau yang membuat saya belajar, bahwa banyak hal menarik di dunia yang bisa ditemukan melalui sebuah aktivitas menulis.

Melatih kreativitas

Menulis adalah momen ketika saya harus belajar menggali kreativitas, terutama saat mengikuti tantangan dan kompetisi menulis.

Sebagai seorang ibu rumah tangga yang identik dengan pekerjaan domestik monoton, menulis adalah cara saya untuk melatih diri agar tetap kreatif, memaksimalkan potensi yang dimiliki agar menghasilkan tulisan yang baik dan bermanfaat bagi pembaca.

Sarana berbagi

Menulis adalah sarana berbagi paling sederhana, oleh karena itu, sebisa mungkin saya hanya menulis hal baik, nyaman dan bermanfaat untuk dibaca, serta menghindari hoaks.

Blog pribadi adalah media yang saya gunakan untuk berbagi, terinspirasi dari pengalaman diri sendiri yang mendapat manfaat dari tulisan di blog orang lain.

Banyak informasi yang bisa kita dapatkan di blog, terutama pengalaman yang dibagikan para blogger.

Berangkat dari situ, saya berupaya menulis pengalaman yang bisa dibagi ke dalam blog agar membantu pembaca yang membutuhkan informasi tersebut.

Sumber penghasilan

Selain membuat bahagia, menulis dapat dijadikan sarana mendapat penghasilan tambahan.

Selama setahun ini, saya menjadi kontributor dari tiga buku antologi yang memberikan manfaat secara materi, sehingga walau status ibu rumah tangga, tetap bisa produktif (baca menghasilkan uang) dari dalam rumah.

Kelima hal tersebut yang membuat saya jatuh cinta dengan dunia menulis, sehingga di tengah kesibukan domestik dan aktivitas sosial, selalu menyempatkan diri menulis, walau hanya kalimat sederhana.

Jadi, yuk kita menulis!

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

GP
AI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini