Perempuan Penulis dan Komunitasnya

Perempuan Penulis dan Komunitasnya
info gambar utama

Kecewa Terlahir PEREMPUAN?

Sungguh anugerah terindah dan patut disyukuri. Sosok perempuan merupakan panutan bagi generasi yang dilahirkannya. Apalagi dalam agama yang saya imani, perempuan menjadi sosok yang patut dihormati sebagai wujud seorang ibu, ummi, simbok, emak, yang ditakdirkan mampu melahirkan anak-anaknya serta menjadi sekolah pertama bagi anak-anaknya, termasuk anak asuh, anak bimbingan, dan anak titipan.

Sejenak kita resapi rangkaian kata dalam syair lagu berikut:

Kasih IBU kepada beta
Tak terhingga SEPANJANG MASA
HANYA MEMBERI tak harap kembali
Bagai sang surya MENYINARI DUNIA

Makna terdalam dari lagu tersebut menggambarkan betapa seorang ibu dalam sosok perempuan tak pernah berharap balas jasa atas apa yang telah diberikan untuk buah hatinya, anaknya.

Seorang perempuan yang kelak menjadi seorang ibu senantiasa ingin mengasihi, mengasuh, dan mengasah anak-anaknya menjadi buah hati yang tumbuh sebagai pribadi tangguh dan siap mengarungi samudera kehidupan, serta manfaat bagi semua.

Oleh karena itu, lagu tersebut sangat menginspirasi bagi kaum perempuan untuk berlomba berbuat kebaikan kepada generasi selanjutnya agar; lebih KUAT, lebih AMANAH, lebih BIJAK, lebih CERDAS, dan lebih KOKOH menegakkan tiang kehidupan.

Sosok ibu yang penulis

Setiap ibu ingin selalu bermanfaat bagi anak-anaknya. Salah satu cara yang dapat dilakukan agar manfaat dengan cara menjadi seorang penulis. Mengapa?

Pastilah ingin menuliskan semua yang dialami sebagai prasasti diri untuk bisa dijadikan peninggalan bagi generasinya kelak. Setiap tulisan diharapkan dapat diambil pelajaran sebagai contoh menebar manfaat bagi anak cucu, generasi selanjutnya.

Langkah awal sebagai seorang penulis bisa diawali dengan membaca peristiwa sekitar dan menuliskannya. Mungkin hal yang #sepele# bagi banyak orang, menuliskan yang dialami baru saja merupakan hal yang mudah.

Perbedaan muncul dalam hal konsisten menuliskan peristiwa atau cerita sekitar yang terjadi. Hal inilah yang membedakan dengan sosok perempuan lain. Konsisten menulis yang dibiasakan, dilatih, dan dilakukan secara berkelanjutan. Sosok ibu harus mempunyai label menjadi pribadi yang berbeda dari ibu lainnya.

Jadilah seorang ibu yang luar biasa untuk generasinya dengan menjadi ibu yang penulis. Berbeda itu penting, agar mudah dikenali. Selain itu, perempuan sebagai ibu harus mau belajar dan terus belajar.

Perempuan yang penulis dengan banyak karya harus terus belajar? Iya. Belajar sepanjang hayat. Manusia tidak ada yang sempurna, jadi harus terus belajar.

Bagaimana cara menulis berkelanjutan?

Wadah berupa komunitas akan menjadi pemicu semangat kebersamaan dalam peminatan yang sama. Perempuan dalam sosok seorang ibu yang penulis akan semakin kuat semangat menulisnya jikalau bergabung dengan sesama penulis.

Komunitas akan merangsang para anggota komunitas untuk saling berbagi dan bersinergi. Demikian halnya komunitas menulis, siapa yang bergabung akan memperoleh manfaat berbagi ilmu.

Seperti bunyi hadis tentang penjual minyak wangi, jika kita berteman dengan penjual minyak wangi akan tertular bau wanginya. Apabila perempuan penulis bergabung dengan komunitas penulis akan beroleh semangat menulis, dan terus berusaha berimbang dengan prestasi anggota lainnya dalam komunitas.

Ada banyak komunitas penulis, pilihlah yang sreg di hati. Komunitas Ibu-ibu Doyan Nulis (IIDN) merupakan komunitas para perempuan dengan minat yang sama yaitu menulis.

Inilah komunitas yang saya ikuti, dan sangat membantu saya dalam menjaga semangat menulis dan berbagi lewat tulisan. Bergabung dan belajar dalam komunitas semakin memantapkan langkah saya menuju #PEREMPUAN PENULIS#

Menulislah untuk kebaikan nan manfaat agar memperpanjang usiamu.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

TH
AI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini